Chap 3 : Feeling considered

56 9 0
                                    

Aku mulai merasa bosan berada dikamar seharian dan tidak melakukan apapun selain berbaring. Mau bagaimana lagi, dengan tubuh yang hampir rusak karena terjatuh daritebing bukit si de, serta memori pemilik tubuh sebelumnya yangmenghantam ingatan ku secara acak dan brutal, membuat tubuh ku lemas.

Aku baru ingat bukan kah Sǐwáng zhī shén mengatakan bahwa tubuh ku yang asli-Bai Lian- sedang digantung di tengah kota Xue He. Jika saja aku bisa kesana sekarang, aku pasti akan menurunkan tubuh ku yang digantung di tiang. Tapi jika pun bisa, pasti tidak mungkin diri ku ini -Liu Miren- menurunkan tubuh asli ku -Bai Lian-. Akan terasa aneh jika Liu Miren, sosok yang tidak begitu dekat dengan ku -Bai Lian-, dengan murah hati menurunkan tubuh anak dari wanita simpanan kaisar.


"Argh...." teriak ku frustasi, sambil mengacak rambutku dengan gusar.


Aku berpikir sejenak. Kemudian aku langsung mendapatkan ide. Aku langsung berteriak memanggil para pelayan. Tidak lama setelah teriakan ku menggema di seluruh ruangan, datang lah beberapa pelayan wanita yang langsung membungkuk hormat di hadapan ku.

Dengan segera aku bangkit dari posisi tidur ku dan langsung berdiri. Awalnya kaki ku terasa begitu sakit ketika di gerakan, sehingga beberapa pelayan langsung memegangi kedua tangan ku. Rasa sakit yang kurasakan benar-benar membuat ku menggigit bibir ku sendiri. Sehingga tanpa sadar, membuat bibir ku sedikit berdarah. Para pelayan yang ku panggil langsung segera memapah ku, mengikuti arahan yang ku berikan.

Setelah keluar dari ruangan ku. Aku mengarah kan para pelayan untuk membantuku berjalan menuju istana rongyao, yang letak nya tak jauh dari istana shui. Istana rongyao, merupakan salah satu istana kaisar yang hanya dihuni oleh para petinggi istana. Seperti penasehat, perdanamentri, serta para petinggi lainnya, selain itu istana rongyao dibangun sebagai tempat penyimpanan informasi dan beberapa buku mengenai dinasti Liu.

Setelah melewati balai fating, balai utama pengadilan. Serta menyebrangi sungai lianhua jian, aliran sungai yang menjadi pemisah antara istana shui dengan istana rongyao.

Akhirnya kami pun sampai di istana rongyao. Para penjaga yang melihat ku langsung membungkuk hormat dan mempersilah kan aku masuk kedalam.

Hal pertama yang bisa ku katakan mengenai istana rongyao adalah klasik namun terkesan sangat megah karena warna emas yang mendominan. Rak buku yang menghiasi dinding istana rongyao menjadi nilai tambahan bagi keindahan istana rongyao. Lorong yang menuju ruangan para petinggi istana yang di sungguhkan dengan pemandangan sungai lianhua jian, benar-benar membuat istana rongyao yang klasik terlihat asri,indah, serta megah. Aku hanya pernah mendengar mengenai istana rongyao. Namun belum pernah masuk kedalam istana.

Pandanganku langsung terkunci oleh sosok berambut silver dengan hiasan kepala khas seorang kaisar menghiasi ikatan rambutnya yang sedang duduk. Sosok tersebut begitu anggun dan menawan.

Dengan gerakan lambat ia membalikan halaman buku yang sudah selesai ia baca, setelah ia membalikan halaman buku nya, tatapan tajam bagai elang nya akan menjelajahi isi buku dengan tenang. Wajah putih pucat nya benar-benar terlihat sempurna, dengan bibir tipis yang menjadi pelengkap nya penampilannya.

Dia menyadari kehadiran ku yang sedari tadi mematung di ambang pintu,dengan para pelayan yang menyangga keseimbangan ku. Tatapan nya yang tajam menatap itens pada ku, sehingga membuat netra ku terkunci oleh netra setajam elang tersebut. Lama ia melihat diri ku. Akhirnya bibir tipis nya terbuka dan mengucap kan beberapa kata.


"Miren?"ucap nya dengan suara dingin yang mengalun merdu di gendang telingaku. Aku langsung mengalihkan pandangan ku, dan berjalan perlahan mendekati meja nya.


"Salam hormat saya pada kaisar Liu Ju Long" ucap ku gugup, sambil membungkukan badan dengan hormat ketika berhadapan dengan sosok yang tengah membaca buku.


"hm"gumam nya yang terdengar pelan, menjawab salam ku padanya. 


Aku menghela nafas lega, karena tidak membuat kesalahan di hari pertama menjadi Liu Miren. Sosok yang berhasil menyita perhatian ku adalah kaisar muda Liu Ju Long. Sosok yang selama ini selalu ku hindari,dimana pun aku bertemu dengan nya, aku pasti akan selalu menghindarinya. Entah mengapa setiap melihat dirinya, perasaan bersalah pasti selalu menghampiri ku dan mencekik batin ku. Sehingga aku membatasi diri, untuk berinteraksi dengan kaisar muda.

Dia berdeham pelan. Membuat diriku yang memejam kan mata langsung melihat kearah nya, yang tepat berdiri di depan ku. Entah mengapa kaki kulangsung merasa lemas karena berhadapan dengan sosok yang selama ini aku hindari. Dengan cepat tangan nya langsung menyangga tubuh ku yang lemas, dengan melingkarkan tangan kekar nya pada pinggang ramping ku.Para pelayan langsung mohon pamit undur diri, dan melenggang pergi meninggalkan ku yang jiwa nya melayang entah kemana.

Dengan hati-hati ia membantu ku duduk di kursi yang berada di sekitar meja yang khusus digunakan untuk para pembaca yang ingin mencari informasi atau hanya sekedar mengusir rasa bosan. Kemudian ia balik lagi ketempat semula ia duduk. Menatap ku yang masih memproses kejadian tadi.


"Miren?"suara dingin nya langsung membuat ku tersadar, dengan gugup aku langsung mengalihkan pandangan ku dan meremat erat hanfu yang kukenakan.


"Ada yang ingin kau cari?" tanya nya padaku dengan suara dingin serta wajah nya yang menatap ku  dengan datar.


Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Entah apa yang terjadi padaku sehingga lidah ku terasa kelu dan tak mampu berbicara. Dia langsung menyerahkan buku yang ia baca pada ku. Aku langsung menatap wajah datar nya dengan bingung, namun bibir tipis nya tidak mau memberikanku penjelasan mengenai kebingungan yang ku alami. Akhir nya aku menyerah dan mencari tau sendiri, isi buku yang ia berikan padaku.

Mataku langsung membulat sempurna, dan dengan cepat tangan ku langsung membalikan buku nya untuk melihat judul buku yang sedang ku baca.Buku yang ia berikan adalah buku catatan kematian. Kemudian aku mencari halaman yang tadi aku baca.


"Bai Lian" gumam ku, ketika menemukan halaman yang hanya berisikan nama Bai Lian dan sisa nya hanya kertas putih. Sepertinya kaisar belum menetapkan sebab dari kematian ku.


"Siapa yang menulis nama Bai Lian disini?!" ucapku setengah berteriak.


Dia hanya menghela nafas nya. Bibir tipis nya mulai terbuka kembali. 


"Aku yang menulis nya, lagipula dia adalah bagian dari istana" ucap nya dengan datar dan tanpa ekspresi. 


Seperti dugaan ku bahwa Liu Miren, adik dari panglima perang Liu Hongli serta sepupu dari kaisar Liu Ju Long ini benar-benar membenci ku. Sepertinya aku harus membenci diri ku sendiri agar tidak terlihat aneh.

Kemudian aku tersadar oleh ucapan kaisar yang ia lontarkan tanpa ekspresi. Namun, mampu membuat hati ku mulai merasakan desiran hangat. Hanya beberapa kata yang keluar dari bibir tipis nya, mampu membuatku merasa senang dan secara tidak langsung merasa di anggap. Andai saja jika aku -Bai Lian- masih hidup, aku pasti akan langsung bersujud dihadapan nya dan mengucapkan terimakasi, karena telah menganggap kehadiran ku.

Aku memandangi wajah nya, yang sedang memejam kan mata dan memijat pelipis nya. Secara tidak sadar aku membuat senyuman tipis. Aku langsung mendongak keatas dan memejam kan mataku.

Setidak nya ada seseorang di dunia ini, yang mau menulis nama ku di catatan kematian istana shui, sebagai bagian dari istana. Aku sangat bersyukur akan hal tersebut.

Tbc

15/03/21

Goodbye Dear Emperor [Orific]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang