Ketika aku memejamkan mata ku dan ingin beristirahat karena hari sudah gelap, sebuah mimpi menuntun ku ke dalam ingatan tepat sebelum kematian ku.
Hari ini hari penobatan kaisar muda, setelah kaisar lama-ayah ku- meninggal karena penyakit langka yang di idap nya. Beliau akhir nya menghembuskan nafas terakhir nya di istana shui-istana utama keluarga kekaisaran-.
Aku menghembuskan nafas mencoba membuang semua beban yang ada di pikiran ku. Jika di ingat, aku sudah tinggal di istana yinchen selama 10 tahun lama nya. Bukan sebuah keberuntungan aku bisa tinggal di istana yinchen, kerena kenyataannya aku dianggap sebagai aib bagi keluarga kaisar.
Aku membiarkan kaki ku kotor terkena lumpur yang ku injak di halaman istana yinchen. Aku berjalan tanpa alas kaki, berkeliling untuk sekedar menenangkan pikiran. Bukannya aku tidak pernah diundang ke istana shui, hanya saja aku takut membuat kaisar muda merasa kesal. Aku begitu mengagumi kaisar muda, dia tampan dan tangguh. Aku hanya berani memperhatikan nya dari kejauhan dan tidak berani menyapa nya.
Hari mulai menggelap, dan angin dingin mulai menerpa tubuh ku. Kemeriahan penobatan kaisar muda terdengar begitu meriah, diiringi suara teriakan pertunjukan, serta suara musik tradisional yang terdegar sayup-sayup. Aku menghela nafas dan memperhatikan istana shui yang letak nya sangat jauh, namun mampu dilihat dari sini. Karena lelah akhirnya aku terduduk di bangku dekat sungai lianhua jian.
Aku benci ketika diriku ini selalu diabaikan dan dihina oleh mereka, bahkan sebelum aku menginjakkan kaki ku ke istana yinchen para warga desa selalu saja menghina ku. Aku seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menangis dan berlari kepelukan ibu ku. Kejam? oh tentu tidak mereka hanya membuat anak kecil berusia 5 tahun menangis. Namun seiring usia ku bertambah perlakuan mereka padaku semakin menjadi, entah menendang ku, menamparku, atau menghina ku, Sungguh saat itu aku hanya bisa menahan semua rasa sakit yang ku dapat kan. Saat usia ku 10 tahun, sebuah kejadian membuat aku mengerti kenapa aku begitu dibenci. Ibuku adalah seorang wanita simpanan kaisar dan aku adalah anak haram dari kaisar.
Aku membenci ibuku sendiri, karena satu kesalahan nya membuat hidup ku sengsara. Ibuku meninggal tepat saat usia ku 11 tahun, saat itu kaisar datang dan mengurus pemakaman ibuku. Dia memintaku untuk tinggal di istana dan aku menyetujui nya, karena ku pikir semua siksaan akan berkurang. Namun kedatangan ku di istana membuat kebencian di istana semakin berkobar. Alasan kenapa marga ku tidak berubah adalah karena permintaan dari permaisuri kaisar. Permaisuri mengijinkan aku tinggal di istana, dengan syarat aku tidak boleh menggunakan marga Liu, serta aku tidak boleh tinggal di istana shui-istana utama- melainkan di istana yinchen. Aku menyetujui nya, dan selama 10 tahun aku tinggal disini tidak ada yang berubah sedikit pun, semua tetap sama.
Mataku berkaca-kaca mengingat semua kejadian yang menimpa ku. Aku menangis dalam diam, tidak ada isakan yang keluar dari bibir ku. Namun air mata terus mengalir membasahi pipi ku. Aku memegangi dada ku yang terasa amat sesak. Jika dilihat mungkin aku memang orang yang tidak tau malu, sudah aib bagi keluarga kekaisaran dan sekarang tinggal di istana yinchen. Tapi siapa yang tau bahwa setiap langkah ku disini, terasa bagai di tusuk ribuan jarum. Hati ku hancur karena perkataan mereka, bibir ku terpaksa bungkam dan memilih mengabaikan mereka agar tidak membuat masalah baru, tapi kebungkaman ku justru membuat mereka semakin menginjak injak harga diri ku.
Aku mengusap air mata ku, dan mendongakkan kepala ku ke atas membiarkan cahaya bulan menyinari wajah ku. Aku menghembuskan nafas ku, mencoba menepis kenangan yang menyiksa batin ku
"Ah ...." suara desahan itu mengusik pendengaran ku.
Aku langsung menengok ke kanan dan ke kiri. Mungkin aku salah dengar, kembali aku memejam kan mataku dan menikmati angin malam yang begitu dingin.
"Ah...,lebihh...cepat..." kali ini suara desahan tersebut terdengar begitu jelas. Aku benci mendengar suara desahan, oh hayolah siapa yang mau melakukan hubungan badan di dekat sungai lianhua jia. Apa mereka tidak waras?.
Aku yang kesal langsung mencari sumber suara. Bukannya aku ingin mengintip atau bagaimana, aku hanya ingin menegur mereka karena ini area istana yinchen -istana yang diberikan sebagai hadiah untuk ku dari kaisar-. Suara desahan tersebut semakin terdengar jelas, ketika aku mendekati semak-semak yang berada di dekat jembatan menuju istana jinzi. Aku bersembunyi di balik semak-semak, kemudian mata ku menjelajahi seluruh aliran sungan lianhua. Mata ku menangkap sosok Ji weixie yang tengah mencumbui seseorang. Aku terus memperhatikan mereka untuk menangkap wajah yang dicumbui Ji Weixie, tepat setelah orang yang sedang memberikan servis pada barang pusaka Ji Weixia, aku melihat mata nya dan ...
'Brak'
"Argh...." pekik ku ketika tubuh ku menyentuh permukaan lantai.
Aku lansung bangkit dari posisi ku yang tidak elit. Aku beranjak dari lantai, dan mendudukan diriku di ranjang.
"Sial padahal tadi aku hampir saja melihat wajah wanita itu" umpat ku kesal seraya mencebikan bibir ku.
"Apa kah aku mati karena melihat mereka bercumbu?" tanya ku pada diri sendiri seraya berpikir dan menggali ingatan ku yang lama.
'Tok..tok...tok....'
"Masuk" ucap ku kemudian membenahi posisi duduk ku.
Quanwei datang membawa makanan kekamar ku dengan senyuman ceria yang menghiasi wajah cantik nya.
"Pagi Miren" sapa Quanwei dengan ramah sambil mendudukan diri nya di sebelah ku dan menyerahkan nampan yang berisi makanan. Kemudian para pelayan yang mengikuti Quanwei langsung mengambil meja kecil dan menaruh nya diatas kasur ku. Aku langsung menaruh nampannya diatas meja, dan mulai berdoa. Setelah selesai berdoa aku langsung memakan makanan yang dibawa Quanwei.
"Boleh kah aku bertanya?" tanya Quanwei dengan pelan. Setelah nya ia menyuruh para pelayan keluar dari kamar ku.
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya, karena mulut ku penuh dengan won ton-pangsit yang direbus dan disajikan bersama sup-.
"Bagaimana kau bisa tau bahwa tinta itu bisa terlihat dengan menyipratkan air?" tanya Quanwei penasaran.
Seketika aku tersedak, Quanwei yang melihat ku tersedak langsung memberikan air minum dan aku langsung meminumnya sampai habis. Alasan apa yang harus ku berikan pada Quanwei tentang tinta itu?.
Tangan Quanwei terulur mengambil gelas yang sudah kosong isi nya dari tangan ku.
"Emm ... itu ... aku mengetahui nya karena tidak sengaja melihat para penjaga menuangkan air di selembar kertas dan kemudian muncul sebuah tulisan" ucap ku sedikit ragu.
"Begitu ya ...." ucap Quanwei manggut-manggut paham.
"Habiskan makanan mu nanti dingin" ucap Quanwei ketika melihat ku tidak menyentuh makanan ku lagi setelah tersedak.
"i-iya" ucap ku gelagapan. Syukurlah Quanwei tidak pandai membaca raut seseorang, hampir saja aku terjebak oleh pertanyaan nya.
Aku melanjutkan acara makan ku, dan dia melanjutkan acara nyemil bakpao yang ia bawa. Aku mengelus dada ku, dan menghela nafas lega.
"Syukurlah" gumam ku pelan.
Tbc
20/03/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Dear Emperor [Orific]✔
FantastikTitle: Goodbye dear emperor. Written by: 袁星 / Yuan Xing Start: 210220. End : 210312. Status: END. Genre: Yaoi (BxB, MxM, Gay) & fantasi. ^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^~^ Bagaimana rasanya jika kamu berada di posisi ku? menutup mata dan meninggalkan dunia...