Chap 5 : a speck of light

47 9 0
                                    

Suara kuas yang menari indah di atas kertas putih, memenuhi ruangan sunyi. Dengan anggun tangan nya bergerak lincah, seakan memainkan sebuah tarian indah.

Mata cantik nya yang berwarna hitam pekat serta jernih terlihat memperhatikan gerakan tangannya. Bibir tipis nya yang berwarna seperti buah peach, terlihat terangkat dan membentuk senyuman indah. Wajah nya seputih salju. Tatapan nya selembut sutra.Senyumannya semanis gula. Rambut hitam dan panjang nya tergerai anggun, menjadi pelengkap penampilannya.

"Salam hormat saya, pada pangeran Liu Quanwei"ucap sang pelayan membungkuk hormat pada sosok anggun nan menawan yang sedang sibuk dengan alat lukis nya.

"katakan"ucap nya lembut tanpa mengalihkan atensi nya dari kuas.

"Kaisar ingin anda segera menemui nya" ucap sang pelayan dengan hormat.

 "Aku akan segera menemui nya" ucap nya dengan riang di sertai dengan senyuman manis yang terpantri di wajah nya.

Pria manis tersebut membenahi hanfu nya. Menyisir rambut nya, dan tidak lupa membawa kuas nya.

Dia berjalan dengan riang meninggalkan istana Jinzi menuju istana shui ,tempat sang kaisar berada. Sesekali ia akan menyapa para pelayan yang berpapasan dengan nya. Langkah nya sangat anggun, bagaikan seorang tuan putri.

Aku melihat nya dari kejauhan. Dia berlari mendekati ku dan dengan riang memeluk ku, aku terdiam. Aku berusaha menggali ingatan pemilik sebelum nya tentang anak laki-laki anggun yang memeluk ku.

Sebuah nama terlintas begitu saja di benak ku. Liu Quanwei, dia adalah adik kaisar. Bagaikan lotus emas diantara kumpulan permata, mungkin kalimat itu yang sekira nya tepat untuk mendeskripsikan diri nya.

 "Bagaimana keadaan mu?" tanya nya padaku setelah melepas pelukannya. Wajah cantik nya terlihat begitu khawatir.

 "Sudah lebih baik" ucap ku sambil menjaga keseimbangan ku. Kaki ku masih sakit hanya saja, hari ini ada kekuatan yang menguat kan diriku.

 "Biarku bantu" ucap nya melihat diriku yang mendesis karena menahan sakit.

Aku tersenyum melihat nya, ini pertama kali nya aku bertemu langsung dengan dirinya.

Liu Quanwei adalah satu-satu nya orang yang mau dekat dengan ku 'Bai Lian'. Tapi aku selalu menghindari diri nya, bukan maksud hati untuk menolak nya, hanya saja, aku takut dia akan dibenci keluarganya. Sekeras apapun dia mencoba berbicara padaku, maka sekeras itu pula aku menolak dan menjauhi nya.

"kau mau kemana?" tanya nya sambil memapahku. Tubuh nya yang tinggi bahkan lebih tinggi dari diri ku, membuat ku sedikit mendongak untuk melihat wajah nya.

"Ruangan kaisar" ucap ku sekenannya.

"Wah,kalau begitu kita searah" ucap nya sumringah, sambil memapah ku berjalan menuju ruangan kaisar.

Sepanjang jalan aku dan Quanwei dipenuhi gelak tawa, entah itu karena lelucon yang dilontarkan Quanwei atau pun karena cara Quanwei mengomentari hal-hal yang dia benci dari istana.

"Apa kamu tau, akhir-akhir ini aku sangat sedih" ucap nya wajah nya yang cantik terlihat menyunggingkan senyuman, namun tidak dengan tatapannya yang menyiratkan kesedihan.

"Ada apa?" tanya ku, sedikit penasaran dengan hal yang bisa membuat tatapan lembut nya berubah menjadi sendu.

Sambil terus berjalan menuju ruangan kaisar. Jarak dari istana jinzi ke istana shui, memang lumayan jauh. Aku hanya secara kebetulan bertemu dengan Quanwei.

Dia mulai menghela nafas nya.

"Apa kau mendengar kabar kematian Bai lian?" tanya nya dengan suara sendu, aku menatap wajah cantik nya, mata nya benar-benar memancarkan kesedihan.

"Ya" ucap ku seadanya. Aku sedikit terkejut melihat nya sedih, namun mengingat apa yang dia lakukan untuk bisa bertemu serta berbicara dengan ku-Bai Lian-, aku hanya menghela nafas. Bukannya aku tidak senang, hanya saja... terlalu rumit untuk di jelaskan.

 "Aku tidak percaya dia mati bunuh diri" ucap nya pelan, namun masih bisa di dengar.

Aku tidak menanggapi ucapannya, karena apa yang dia katakan benar, aku'Bai lian' tidak pernah bunuh diri. Jadi kenapa orang-orang percaya bahwa aku bunuh diri? Apa karena mereka merasa bahwa telah membuat ku menderita, jadi mereka berpikir aku tidak kuat menahan semua jarum yang mereka lemparkan dan membunuh diri ku sendiri? Yang benar saja.

Kami pun sampai di ruangan kaisar. Para penjaga segera membuka pintu nya dan mempersilahkan kami masuk. Di dalam sana sang kaisar tengah duduk manis sambil meminum teh nya.

"Salam hormat kami pada kaisar" ucap ku dan Quanwei bersamaan, sambil membungkuk hormat.

"Quanwei, gege ingin bertanya pada mu" ucap sang kaisar yang diangguki oleh Quanwei.

"Silahkan duduk, atau kaki mu akan ku patahkan" ucap sosok lain yang muncul dari balik tirai jendela.

"gege?" ucap ku terkejut melihat Liu Hongli dengan gagah berjalan dan duduk di salah satu kursi.

Aku pun langsung duduk, dibantu oleh Quanwei yang memapah ku tadi.

Kami pun duduk di kursi masing-masing.

"Apa yang ingin gege tanyakan?" tanya Quanwei dengan hormat.

"Pada saat bulan purnama, tiga hari yang lalu setelah perayaan penobatanku. Kau berada dimana?" tanya sang kaisar dengan serius.

Quanwei langsung mengerutkan dahi nya mencoba mengingat. Kemudian dia menjentikan jari.

"Aku tertidur di istana rongyao" ucap nya dengan antusias karena berhasil mengingat.

"Liu Hongli, pada saat itu kau berada dimana?" tanya sang kaisar pada panglima perang. Setelah mendapatkan jawaban dari adik nya.

"Berjaga di ruangan Liu Miren" ucap nya santai.

Kaisar mengangguk setuju, dia tidak memiliki alasan untuk bertanya padaku-Liu Miren-karena saat itu aku sedang terluka parah.

"Baiklah, apa ada catatan tentang pengunjung yang mengunjungi istana yinchen?"tanya sang kaisar sambil menatap serius pada kami.

"Ada,setiap istana memiliki catatan pengunjung" jawab ku yakin, karena aku -Bai Lian- salah satu penghuni istana yinchen.

"Kita akan pergi ke istana yinchen mengambil buku nya" ucap sang kaisaryang langsung di setujui oleh kami semua.

"Tunggu sebenarnya kita mau apa?" Teriak Quanwei merengek karena tidak tau apa yang akan kami lakukan.

"Diam dan ikut saja" bentak Hongli dengan tegas pada Quanwei. Quanwei yang mendapat bentakan dari Hongli langsung mendelik tidak suka.

"Kau-...."ucap Quanwei terhenti ketika sang kaisar menatap nya dengan tajam.

Aku terkekeh melihat kelakuan mereka bertiga. Tanpa sadar netra setajam elang memperhatikan ku dan menatap ku dengan lembut.

Kami pun berjalan beriringan menuju istana yinchen. Pejalanan kami menuju istana yinchen sangat menyenangkan, dan tidak secanggung yang ku pikirkan. Terkadang Quanwei akan membuat lelucon dan akan dicibir oleh Hongli yang memang pada dasar tidak suka lelucon. sedangkan aku dan kaisar hanya diam, memperhatikan mereka berdua, terkadang aku yang akan menengahi perdebatan mereka. 

Aku bersyukur, meskipun mereka tidak menunjukannya, aku merasa sangat dihargai, karena mereka mau bersusah payah menguak fakta mengenai kematian ku. Sebenci-benci nya mereka padaku-Bai lian- setidak nya mereka menunjukan bahwa mereka memiliki hati yang mulia.

***

Hidup ku berada di dasar jurang yang curam. Bayangan penghinaan menjadi duri di setiap langkah ku. Aku mengulurkan tangan ku berharap akan ada yang menggenggamnya. Bayangan ku mulai memudar. Namun sebuah uluran tangan menarik ku dan merangkul ku. Menunjukan pada dunia bahwa mereka salah.

***

Tbc 

 17/03/21

Goodbye Dear Emperor [Orific]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang