uno

469 57 0
                                    

walaupun ceritanya sudah tamat, vote saja ya! terimakasih sudah mampir untuk baca.








Sama seperti hari sebelumnya, cewek dengan surai yang di kuncir kuda itu selalu merasa dirinya di intai. Entah di rumah ataupun sekolah. Tidak, cewek itu tidak senang jika memang ada yang mengintai. Justru membuat dirinya takut, jika memang benar alasan apa seseorang itu mengintai dirinya yang bahkan tidak di anggap penting dengan sekitar.

Di tengah jalan menuju rumah, cewek itu mengusap tekuk nya yang tersapu angin sekaligus merasa merinding sekujur tubuh. Menoleh kesamping melihat ada bayangan selain dirinya, saat mencoba menengok ke belakang, kosong tidak ada siapa pun.

Mempercepat langkahnya yang terasa begitu berat, rumah yang tinggal beberapa langkah lagi juga terasa sangat jauh sekarang. Seraya merapalkan berbagai doa di dalam hatinya, tak ingin sesuatu hal apapun terjadi. Langkahnya terhenti tepat di halaman depan rumah saat matanya lagi-lagi melihat bayangan lain.

Tubuhnya membeku saat membalikkan badannya tak sengaja menatap mata sipit dengan bola mata berwarna merah serta rambut yang senada dengan warna matanya, mata yang menurut cewek itu jarang sekali dimiliki dengan orang sekitarnya.

"Kamu penguntit," tuduhnya menatap tajam sambil sedikit mendongak, tubuhnya lebih kecil di banding orang yang sekarang di hadapannya.

"Saya bukan penguntit, Semesta."

Sungguh, cewek itu menutup mulutnya yang menganga menggunakan tangan, terkejut.

"Kamu tau nama aku? dari siapa?" Seraya mengangkat sebelah alisnya.

Yang di tanya tertawa kecil melihat ekspresi Semesta, yang menurutnya begitu lucu. "Tau sendiri, mulai sekarang kita berteman sampai hari ulangtahun mu tiba."

Semesta sedikit memundurkan langkahnya. "Ulangtahun ku?"

Cowok dengan bola mata merah itu mengangguk. "14 hari lagi."

Semesta memasang wajah garang, yang sebetulnya tidak terlihat garang melainkan menggemaskan. "Bagaimana bisa, kamu tau namaku sekarang ulangtahun ku yang beberapa hari lagi."

Cowok itu memajukan langkahnya mendekat semesta, menundukkan wajahnya agar sejajar dengan cewek di depannya. "Saya tahu semua tentang kamu, jangan menghindari ketika saya mau bertemu kamu. Saya tahu kamu mau kabur kan?"

Semesta gelagapan, menatap aneh cowok itu. Bagaimana bisa apa yang mau di lakukan dirinya selalu di ketahui, benar-benar penguntit. "Kamu mau nyulik aku kan?"

Kembali menenggakkan badannya. "Ga ada niatan saya buat nyulik kamu, saya bilang kan saya itu akan menjadi temanmu sampai di hari ulangtahun mu."

Adiós; Song Mingi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang