Mereka, Semesta dan cowok surai merah itu berada di taman bermain yang ada di sekitar rumah. Masih berdiam tak ada satupun yang mau membuka suara. Semesta yang memang enggan dan si surai merah yang menunggu Semesta untuk membuka suara.
Dengan mengayunkan kakinya pelan, Semesta mulai menggerakkan mulutnya ingin bertanya. "Nama kamu siapa merah?"
Cewek itu memanggil merah, karena tampilannya yang serba merah mulai dari mata dan rambut. "Mingi."
Sedikit mengembungkan pipinya, Semesta memiringkan kepalanya menatap mingi dengan bingung. "Namamu aneh, seperti orangnya." Katanya dengan nada pelan di akhir kata.
Tangan besar itu menyingkirkan wajah Semesta yang terlalu dekat, membuat Mingi menahan nafasnya sebentar dan menelan ludah. "Tidak usah terlalu dekat, Semesta."
Semesta menyungging senyum, membuat lesung pipinya terlihat, manis. "Maaf merah."
"Kamu sudah tahu nama saya, jangan panggil dengan seperti itu."
"Terlalu aneh manggil namamu, terdengar asing."
Tangannya melayang tepat di rambut Semesta, membelai surai yang sudah tidak di ikat. Membuat pipinya terasa panas. "Nanti terbiasa."
Menangkis tangan Mingi pelan seraya menjauhkan dirinya. "Ga usah kaya gitu."
"Kenapa? tidak suka?" Mingi mengangkat alisnya.
Semesta menggeleng. "Pipiku panas."
Cewek itu terlampau jujur soal apapun, jadi biarkan sesukanya.
"Tapi merah, mulai hari ini di hitungnya?"
Mingi mengangguk. "Jika sudah kembali pagi, berarti hari ini sudah terhitung satu hari."
"Kenapa ga besok? ternyata ngobrol sama kamu seru juga. Ah jadi rasanya seperti ini ya mengobrol bersama teman, menyenangkan. Terimakasih ya sudah mau jadi teman pertama ku." Semesta menoleh, tersenyum pada Mingi yang sedari tadi sudah menatapnya.
"Sudah jadi tugas saya membuat kamu senang, Semesta."
"Sudah mau malam, aku belum pulang. Mau makan malam di rumah ku?" Semesta bertanya serasa beranjak dari tempatnya.
Mingi menggeleng. "Tidak usah, saya antarkan kamu sampai rumah."
Berjalan berdua dengan Semesta yang terus menunduk, mengantarkan cewek itu sampai depan halaman depan. "Sudah sana masuk."
"Kamu pergi dulu, baru aku masuk."
Mingi mengangguk, membalikkan badannya seraya membalas lambaian tangan dari Semesta. Cewek itu menatap punggung lebar Mingi yang lama kelamaan menghilang di balik pertigaan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiós; Song Mingi
Fantasy[COMPLETED] Semesta tahu, waktu nya bersama Mingi hanya sampai 14 hari kedepan.