catorce

190 26 3
                                    

Kemarin, momen yang tak akan Semesta lupakan seumur hidupnya. Dia dan Mingi, ah sudahlah jangan bahas itu atau Semesta akan kembali memanas mengingatnya.

Sungguh, dia tidak menyesal apapun konsekuensinya nanti. Biar dia yang urus jika memang Mingi benar-benar pergi. Dia sadar dalam kurun waktu dua minggu, dia jatuh hati pada surai merah itu.

Walau pada awalnya memang ragu, tapi sejak malam kemarin dia yakin bahwa dirinya sudah jatuh pada pesona Song Mingi. Pesona yang hanya ada pada diri cowok tinggi itu.

Dan dia tak tahu kedepannya akan seperti apa tanpa hadir nya Mingi, dia rela membiarkan Mingi pergi hari ini walaupun sebetulnya di lubuk hatinya tidak pernah mau melepas cowok itu.

Di depannya Mingi tengah tersenyum lebar, hari ini cowok itu terlihat lebih cerah dari biasanya. Ujung matanya mulai basah, menghamburkan peluk ke tubuh Mingi, yang di sambut hangat.

"Jangan...jangan aku mohon."

"Tidak usah nangis, semuanya bakal indah nanti."

Semesta menatap netra cowok itu, yang mulai berkaca-kaca.

"Kamu tahu kan, saya sayang kamu?"

Semesta mengangguk, membenarkan ucapan cowok itu.

"Maka dari itu, saya harus pergi. Kamu ga boleh nakal ya saat saya pergi, jangan nangis terus ya. Kamu jangan makan ice cream rasa pasta gigi itu mulu."

Semesta sedikit tertawa, rasanya konyol mendengar Mingi berkata seperti itu. Mingi mulai melepas pelukannya. "Semesta selamat tinggal, jaga diri kamu baik-baik."

Semesta mengangguk lagi. Mingi mulai berbalik badan seraya mulai melangkah kaki panjangnya tanpa mau menoleh kebelakang, untuk melihat Semesta-nya yang sudah menangis hebat di sana.

Setelah punggung lebar cowok itu perlahan mulai menghilang di persimpangan jalan, Semesta menjatuhkan tubuhnya di aspal depan rumah. Nyatanya dia bener-bener tidak bisa melepas Mingi yang sudah singgah di hatinya.

Perlahan tangan kurus itu memegang perutnya yang rata, mengusap penuh sayang. Walau tak ada apa-apa di dalam sana. "Aku harap kamu bakal tumbuh di sana. Sebagai satu-satunya kenangan dari Mingi."






















Adiós, officially end.

Adiós; Song Mingi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang