ocho

119 29 3
                                    

"Semesta, sudah saya bilang jangan makan ice cream lagi. Dua hari lalu kamu makan ice cream, kamu mau sakit?"

Tentu objek yang di omelin tidak memperdulikan omongan Mingi dan terus menyuapkan sendok demi sendok ice cream rasa mint choco, sambil menatap Mingi jengah.

"Kamu harus nurutin kemauan ku, kemarin aku juga nurutin kemauan kamu. Kamu minta peluk seharian, harusnya aku yang minta sesuatu bukan kamu." Katanya sedikit berdecih.

Mingi di buat diam oleh semesta, cowok itu tak tau harus menjawab apa, terlalu malu. Dia kemarin memang meminta agar cewek yang sedang menikmati secup ice cream itu terus berada di dekapnya. Karena terlalu nyaman.

"Kenapa kamu suka ice cream mint choco itu?"

"Ya karena enak tau."

"Rasanya seperti pasta gigi."

"Kaya pernah makan ice cream aja kamu."

"Pernah, gini-gini saya pernah jadi manusia."

Semesta menghentikan aktivitas tangannya, mengerutkan keningnya menatap Mingi. "Maksud kamu?"

"Tidak usah di pikirkan, cepat habiskan. Katanya mau ke toko buku."

Buru-buru semesta menghabiskan ice cream miliknya, sebelum mereka jalan ke halte bis dengan tangan yang saling bertautan. Sampai toko buku, semesta terus menyelusuri setiap rak, sampai dirinya menghentikan langkah di tak berisikan komik-komik.

Membuka setiap lembaran komik, sudah ada beberapa plastik yang terbuka membuat semesta tak tahan ingin membaca, ini membaca tanpa harus dia beli, jadi buat apa kesempatan ini di lewatkan.

"Semesta, saya bilang kan jangan jauh-jauh." Mingi berkata setelah dia mendapati Semesta yang terduduk di lantai dengan menyenderkan punggungnya di rak, serius membaca tiap bacaan di komik.

"diam, kamu berisik."

Mingi terkekeh, ikut duduk di samping Semesta melongok sedikit apa yang sedang cewek itu baca. "Suka baca-baca buku seperti ini?"

Semesta mengangguk. "Sebelum kamu datang, temenku adalah buku-buku seperti ini."

"Apa serunya, tulisan membuat kepala pusing."

"Kata siapa. Justru buku seperti ini itu mood bagi aku ya, kamu tidak tahu saja. Komik itu teman sejati ku, lagian komik lebih banyak gambarnya."

Mingi tak menjawab dan sibuk mengamati side profil cewek itu lamat-lamat. "cantik."

Adiós; Song Mingi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang