once

115 29 2
                                    

Semesta menadahkan wajahnya dengan satu tangan, menatap Mingi yang kikuk. Cowok itu tiba-tiba saja datang sewaktu Semesta lagi khidmat nya sarapan, di ajak sarapan bareng. Mingi menolak.

"Jangan liatin saya seperti itu." Mingi memalingkan wajahnya ke lain arah.

Sedikit mengembungkan pipinya, lucu. "Suka-suka aku dong."

Mingi langsung menatap Semesta tepat di netranya, cantik sekali. Tersenyum membuat matanya segaris, bagi Semesta, Mingi sangat sangat lucu ketika tersenyum seperti sekarang. Begitu juga bagi Mingi, senyum Semesta adalah senyum terindah sepanjang masa.

"Kamu cantik."

Refleks Semesta beranjak, meninggalkan Mingi yang terkekeh gemes melihat kelakuan cewek itu, ada-ada saja. Semesta duduk di sofa, menyalahkan televisi, mengacak saluran mencari tontonan yang bagus, yang sebenarnya cuma sebuah kilasan menyembunyikan rona merah di pipi.

"Kenapa kabur?"

"Pengen aja, kenapa? ga boleh?" Dengan nada ketus. Padahal sanubarinya itu sibuk merapalkan doa agar tak terlihat gugup.

Mingi duduk di samping cewek itu, mengacak rambutnya dengan pelan. "Mau pergi keluar?"

Yang di tanya menggeleng. "Ga dulu. Di rumah aja, aku mau main lego."

Mingi hanya mengangguk, tak terlalu tahu apa itu lego. Dia menatap side profil semesta, ah terlalu cantik, makanya orang-orang tidak mau berteman dengan cewek ini. Dengan mata yang besar, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang semerah Cherry tanpa di pakaikan pelembab. Sangat sempurna. Lagi-lagi Mingi mengangumi keindahan wajah cewek di sampingnya itu.

Sejauh Mingi menemani Semesta, cewek itu adalah sosok yang periang, walaupun sebenarnya adalah sosok yang amat rapuh. Siapa yang tak sedih tidak memiliki siapapun di dunia yang sebesar dan seluas ini. Mingi sangat bangga dengan semesta yang mamlu bertahan sampai sekarang.

"Serius ga mau jalan-jalan?"

Semesta mengangguk, masih fokus dengan apa yang di tonton. "Ga mau, nanti kamu sakit kalo ku ajak jalan terus."

"Saya ga bakal bisa sakit."

Semesta mengangkat bahu nya. "Seterah kamu deh."

"Semesta, saya sayang kamu."

Semesta tidak menjawab, mengigit pipi dalamnya. Semburat merah kembali muncul di kedua pipinya, berpura-pura tak mendengar apa yang barusan cowok itu katakan.

Adiós; Song Mingi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang