18. Jingga

736 137 7
                                    

Budayakan tekan bintang setelah membaca, ya.
Maafkan typo
.
.

Maafkan typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Benua mengeratkan ikatan tali sepatunya, lalu menghela napas pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benua mengeratkan ikatan tali sepatunya, lalu menghela napas pelan. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa semua yang ia lakukan tidak berjalan sesuai keinginannya? Tentang Disha ... ia tahu Disha marah. Tapi ... apa harus menghukumnya dengan kata 'putus'? Susah-payah ia belajar mengekspresikan perasaannya agar Disha tahu kasih sayangnya tulus, namun ... semua seolah sia-sia saja karena pada akhirnya ... ia kehilangan lagi.

Benua mengambil ponselnya disaku, hendak menelepo Disha, namun ia urungkan. Mungkin Disha butuh waktu. Ia harus memberi Disha ruang untuk berpikir dengan hati tenang. Ia akan menunggu sampai saat itu. Seseorang melempar sebuah bola basket ke arahnya. Jika Benua tidak cepat menangkapnya, mungkin wajahnya akan terkena bola. Cowok itu menatap seseorang yang berjalan menghampirinya.

"Jingga?"

Jingga tersenyum, lalu menghampiri Benua yang duduk di kursi. "Hai."

Benua tidak pernah berpikir Jingga akan menemuinya. Bukankah cewek itu sedang menghindarinya? Beberapa hari ini dia menghilang dan kembali muncul di hadapannya? Jika dilihat dari pakaian Jingga yang tidak meggunakan seragam sekolah, sudah pasti dia memang tidak berangkat sekolah hari ini. Yang membuat Benua terkejut adalah ... bagaimana Jingga tahu ia ada di sana? Ya ... ia memang sedang berada di lapangan kosong yang ada di belakang sekolah. Biasanya anak Aeris jarang memakai lapangan itu. 

"Lo, darimana lo tahu gue di sini?" tanya Benua ketika melihat Jingga duduk disebelahnya.

"Nanya Disha."

"Disha? lo ketemu dia? Dia ngomong apa sama lo? Dia masih di sekolah? Bukannya tadi udah pulang?"

Jingga tertawa pelan. "Satu-satu nanyanya, enggak usah langsung nyerbu gitu. Disha belum pulang. Tadi gue ketemu dia di halte. Katanya lo masih di lapangan, karena dia lihat lo bawa bola basket pas keluar dari kelas tadi."

BENUA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang