SELLA POV!!
bel istirahat berbunyi sekitar 1 menit yang lalu. tapi sayangnya guru yang mengajar dikelas mipa 3 ini belum juga menghentikan pembelajarannya.
"woy..pak ketua, sindir dong sindir" gue ngomong ke ketua kelas mipa 3 yang kebetulan duduk di depan gue.
"gak mau. lo aja, gurunya serem anjir."
gue berdecih. sialan, apalagi liat kakel dan anak kelas lain udah berhamburan buat ke kantin. ga cuma itu, sebagian kakel ketawa liat kelas gue masih pelajaran.
"BUU..UDAH BUU TERUSIN AJA, JANGAN KASIH KENDOR." gue tau ini pasti suaranya Aziz gengnya kak Nava yang barusan lewat.
"HAHA IYA BU..ANAK MIPA 3 SUKA BANGET LO SAMA PELAJARAN BU GURU.." dilanjut lagi sama siapa gue gatau, "HAHA..." pada ngetawain lagi.
"yaudah cukup sekian pembelajaran hari ini. kalian boleh istirahat."
gue buru-buru ngeluarin bekal yang gue taruh di Tupperware warna ungu punya mommy.
"cika, ayo kantin buruan." gue narik tangan cika yang masih sibuk beresin bukunya.
"lu kan bawa bekal sel." cika masih nahan gue.
"gue mau jajan di kantin juga cik."
"yaudah bentar nih." gue langsung nungguin di depan kelas.
"yok!" cika nepuk pundak gue.
sialnya, kantin lagi rame banget, ga ada tempat duduk yang sisa. apalagi anak-anak yang berebut pesen sampe pusing dengernya.
"penuh sel." cika masih coba cari-cari meja yang kosong.
🌵
"Nav, liat noh pojokan deket parkiran." Yunus ngasih kode ke Nava yang kebetulan membelakangi tempat yang dimaksud Yunus. Disana ada Sella dan Cika yang lagi kebingungan buat cari tempat duduk dikantin.
"Suruh sini aja kali ya, masih muat kok" Aziz ngasih usulan sambil geser dikit ke Yunus. Kebetulan tempat yang dipakai Nava, Yunus, dan Aziz bentuknya meja dan kursi panjang, jadi muat untuk beberapa orang. "gimana nav?"
Nava membuka aplikasi kamera di handphone nya, memilih tombol untuk kamera depan, dan kemudian menyetel kamera agar memperlihatkan posisi pojok dekat parkiran.
"hm." Nava langsung memencet power off di handphone nya dan meletakkaannya di meja.
"OII...KIW KIWW.." karena posisi mereka cukup jauh, Aziz harus berteriak sambil tepuk-tepuk tangan agar Sella Cika mendengarnya. Tapi sayangnya malah penghuni kantin menatap Aziz sambil sesekali menertawakannya.
"gue telpon aja kalo gitu." Aziz menekan tanda call di nomor WhatsApp Sella.
"tunggu." Nava langsung menarik handphone milik Aziz. "lo punya nomornya? dapet darimana?"
Aziz senyum remeh gitu, "ada lah. udah sini, ngapain lo kaya gitu."
🌵
"halo, kak kebetulan. lo duduk dimana?"
"anjir, lu nyari gue?"
"iyaa, dikantin kan? kok gaada"
"hooh. dipojok barat, lu kesi-"
"otw beb"
gue langsung ajak Cika ke tempat yang Aziz maksud tadi.
"aduh gue baper lo panggil beb." Aziz senyum ke Sella yang baru dateng.
"jangan baper kak, nanti repot. boleh duduk gak?" Sella melirik posisi sebelah Nava.
"duduk aja dek silahkan silahkan" Yunus ngomong gitu, tanpa semua sadari Nava bergeser sedikit dari tempat duduknya semula.
"gue pesen dulu ya sel, lo mau nitip gak?" Cika emang best.
"es hilo coklat aja deh." biasa kesukaan gue tuh.
"bawa bekel Sel?" Yunus yang lihat Sella nenteng Tupperware ungu langsung kepo.
"oh iya, tapi bukan buat gue." gue langsung menggeser Tupperware itu ke sebelah. "buat kak Nava."
Nava melirik sekilas ke Tupperware yang lagi Sella buka.
"nih, mi goreng buat kak Nava. masakan ku sendiri loh kak." gue antusias bener. "cobain dong."
"udah Nav, cobain aja. Kalo enggak mau gue makan nih." Aziz udah siap-siap mau rebut Tupperware itu. entah kenapa, kalo urusannya sama Aziz, perasaan Nava agak sensitif.
"mau gue makan." tanpa ba bi bu lagi Nava langsung menyatap mi goreng buatan Sella.
"gimana kak, udah idaman belum?"
uhuk
gue buru-buru ambilin minum yang ada di depan Nava, "pelan-pelan kak."
"ini alesan lo bawain gue mi?"
gue cengar-cengir doang. Yang lain geleng-geleng termasuk Cika yang beberapa menit lalu datang.
"Ini pesenannya, bakso 3, nasi goreng 1, hilo 2."
"makasih buk." ibu kantin bales senyum dan lanjutin pekerjaannya.
"bakso punya gue buat lo aja. gue tau lo belum makan." nava ambil mangkok baksonya dan ditaruh didepan gue.
"ya ampun pengertian banget kak, makasih ya kak." gue udah baper banget nih, gabisa mikir jernih.
"buruan makan, keburu bel." Nava ngomong gitu sambil melotot ke gue yang gue bales jempol sambil senyum.
Cika, Yunus, Aziz cuma senyum-senyum aja mereka berdua yang makin deket gitu.
"anjir kebelet woi." Aziz berdiri dari tempat duduknya, "gue ke toilet dulu."
"gue ikut." Nava tiba-tiba berdiri juga.
"HAH?!" gue sama yang lain kaget.
"kenapa lo pada? gue kebelet juga." Nava langsung jalan disusul Aziz dibelakang nya.
"Ziz"
"paan bro?"
"kirimin gue nomor WhatsApp nya sella"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava
Ficção AdolescenteSEDANG TAHAP REVISI Nava Arduino, seorang kakak kelas yang katanya ganteng banget, gans, keren, pokoknya ga ada obat. Kegantengan Nava ini diibaratkan seperti daya magnet yang luar biasa, tidak hanya temannya, kakak kelasnya, dan adek kelasnya saja...