"Kak Nava,"
Gadis kecil berusia 6 tahunan itu berlari menghampiri kakak nya. Memeluk kaki panjang milik kakak nya yang masih terbalut celana abu-abu khas anak SMA. Mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil didepannya, Nava langsung menggendong Dan menciumi pipi bapao milik adik nya.
"Nara udah makan belum?"
"nalha belum makan,"
Nava terkekeh mendengar jawaban adik nya. Bagi nya, Nara Ardina sangat lah menggemaskan. Pipinya yang mirip bapao, kulitnya hang halus, Dan giginya yang ompong karena terlalu sering makan-makanan manis itu membuat Nava harus menahan rasa gemasnya saat bersama dengan Nara, apalagi cara bicara Nara yang cadel.
"Den, non Nara gak mau makan,"
Bi Epo, pembantu di rumah milik Nava ini sudah sangat dekat dengan Nava Dan juga Nara. Beliau sudah merawat Nava sejak Nava masih berusia 1 tahun. Begitu juga dengan Nava. Dia sangat mempercayai Bi Epo untuk membantunya menjaga rumah Dan tentunya juga merawat Nara.
"Nara kenapa gak makan, hm?"
"nalha gak suka,"
"Haha, terus Nara mau makan sama apa?"
"nalha pengen makan sup sama es klhim,"
Nava mengacak rambut kuncir 2 adiknya dengan gemas. Nava segera menurunkan Nara Dari gendongannya dan mendudukannya di sofa depan televisi, yang menampilkan kartun anak Tayo kesukaan Nara baru-baru ini.
"Kak Nava beliin dulu bahannya ya, abis itu Nara harus makan, oke?"
Jari kelilingking kecil Nara tertaut pada jari kelingking milik Nava,"Janji?"
"Janji kakak ganteng,"
Nava mengambil kunci motornya dan segera pergi ke minimarket depan kompleks nya untuk membeli bahan-bahan membuat sup kesukaan Nara dan Tak lupa juga es krim pesanan Nara. Dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, Nava melajukan motornya dengan kecepatan maksimal. Ayolah, siapa yang tega melihat adik nya belum makan sedari tadi?
Tak cukup waktu lama, kini Nava sudah sampai di minimarket tujuannya itu. Ia segera masuk dan melihat beberapa sayuran yang terpampang yang membuat dahi Nava berkerut.
Bayangkan saja, Nava yang badboy nya minta ampun seperti itu bisa berubah 180° derajat apabila sudah menyangkut dengan keadaan adik satu-satunya itu. Calon daddy-able, bukan?
"Ini gue harus beli apaan ya?" Nava menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu. Kelihatannya dia sangat bingung.
Mondar-mandir, kesana-kemari, pegang-pegang sayuran, itulah yang dilakukan Nava. Mau Cari bahan-bahan nya di google, sayangnya handphone nya tertinggal didalam tas sekolahnya yang ia letakkan di dekat televisi tadi.
"Apa timun ini ya? Udahlah ambil aja,"
;
Ditemani drakor yang terputar di layar laptop, Sella menontonnya dengan sangat antusias. Mumpung masih murid baru Dan belum banyak tugas Dan ulangan-ulangan, Sella harus memanfaatkan waktu luangnya kali ini untuk menonton drakor yang belum selesai ia tonton.
Namun kali ini rasanya ada yang kurang. Belum ada camilan dan minuman untuk menemaninya menonton drakor. Kemarin lusa, pocky-nya baru saja dihabiskan Angga, karena Sella kalah dalam bermain game haramnya, PUBG.
abangsat🖕
bang beliin gue Pocky dong
hah?! ogah pake banget
lah, iya dong. Lo harus tanggung jawab, kemarin kan lo udah habisin Pocky gue
ya itu udah konsekuensinya ogeb. Lo kan kalah main
pokoknya beliin, titik.
males! Gue harus belajar biar bisa ikut snmptn.
masih lama kali
ReadOke, Kali ini Sella harus turun tangan sendiri buat beli Pocky kesukaanya. Sampai di minimarket yang cukup jauh dari rumahnya dengan menaiki ojek online. Langkah kakinya langsung saja auto terarah ke deretan pocky-pocky kesukaanya.
"Beli 5 cukup Kali ya."
Sella segera pergi ke kasir untuk membayar Pocky nya yang seakan-akan berteriak di telinga Sella untuk segera memakannya. Namun, langkah nya terhenti saat melihat sosok cogan yang Tak asing baginya sedang memilih beberapa sayuran.
Anjir, emang ya, jodoh gak Ada yang tau
Sella segera mengurungkan niatnya untuk membayar Pocky nya, dia lebih memilih menghampiri Nava dulu.
"Kak Nava,"
Nava menoleh sekilas dengan orang yang baru saja menyapanya, tiba-tiba saja dia gak mood lagi buat beli sayuran buat adik nya ini.
"Kak Nava beli sayuran itu buat apa?"
Sella masih mengikuti Nava yang jelas-jelas berusaha menghindar Dari Sella.
"Kak Nava mau buat acar ya? Kok Ada timun, wortel, cabai gitu?"
"Hah! Acar?"
"Iya kak, itu bahan buat bikin acar. Tinggal tambah cuka aja,"
Nava menggigit bibir bawahnya. Jadi, sedari tadi dia Salah memilih sayuran? Plis, dia bukan mau buat acar atau yang lain, dia hanya ingin buat sup kesukaan adiknya. Tapi, sebagai seorang badboy, Nava gak mau terlihat bodoh didepan wanita-wanita seperi Sella ini.
"Iya, gue mau buat acar sama sup juga,"
"Acar sama sup? Biar aku bantuin pilihin bahan-bahan buat sup nya ya kak,"
Satu titik terang sudah ditemukan Nava. Dia tinggal bilang boleh, Dan semua masalahnya akan terselesaikan. Tapi, kembali ke awal lagi, Nava....gengsi?
"Gak usah gue bisa sendiri,"
Sella tak menghiraukannya, dia segera merebut keranjang yang dipengang Nava Dan memlihi beberapa bahan untuk membuat sup.
Nava hanya bengong disitu, cewek aneh, batinnya. Tapi syukurlah, Nava jadi gak repot Dan itu tadi yang maksa Sella bukan kemauan Nava. Harga diri Nava aman!
"Udah nih kak," terlihat keranjang Nava yang hanya berisi timun, wortel, Dan cabai tadi sudah penuh dengan bermacam-macam sayuran.
"Makasih," Nava merebut keranjang nya dan segera pergi kekasir untuk membayar belanjaannya.
"Kak, kakak mau buat sup ya? Aku bantuin buatin ya?" Tawar Sella kepada Nava.
"Gak, gue ada bibi,"
"Kak, bibi kakak tuh udah cape ngerjain pekerjaan rumah. Masa mau disuruh buatin sup sih, sini biar Sella aja. Soalnya Sella belum cape."
"Sok tau!"
"Serius kak, aku bantuin,"
Nava tak menghiraukannya, dia segera pergi keluar dari supermarket itu, dan melajukan motornya meninggalkan Sella sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava
Novela JuvenilSEDANG TAHAP REVISI Nava Arduino, seorang kakak kelas yang katanya ganteng banget, gans, keren, pokoknya ga ada obat. Kegantengan Nava ini diibaratkan seperti daya magnet yang luar biasa, tidak hanya temannya, kakak kelasnya, dan adek kelasnya saja...