Please don't be a silent readers.
~
"Nak, lagi sibuk?"
Bihan yang sedang fokus pada buku tebal yang dibaca jadi menoleh, ia menatap wanita paruh baya dengan khimar hitam yang membungkus kepalanya. "Enggak, Bun. Bunda butuh sesuatu?"
Wanita bernama Nisa itu tersenyum, ia menggeleng dengan kaki yang melangkah maju mendekat. "Enggak kok, Bunda cuma mau ngomong aja sama kamu."
Melepas kacamata baca dan meletakkan bukunya di atas meja adalah apa yang Bihan lakukan setelah mendengar ucapan bundanya barusan. "Bunda mau ngomong apa?"
"Umur kamu berapa, Han?"
Bihan diam sebentar untuk mengingat berapa umurnya di tahun ini. "34 tahun."
"Kalau umur Bunda?"
"58 tahun. Bunda kenapa tiba-tiba tanya umur begini?"
Nisa mengembuskan napasnya yang terdengar berat. "Semua teman Bunda udah punya cucu, Han."
"Teman-teman Bihan juga banyak yang udah punya anak, Bun."
"Terus kamu kapan, Han?"
Ah, sekarang Bihan tahu mau dibawa ke mana arah pembicaraan mereka di sore hari ini. Lagi pula, ini bukan sekali dua kalinya bagi Nisa untuk menyinggung perkara pernikahan pada Bihan.
Bukan tanpa sebab, mengingat umurnya yang tak lagi muda dan fisiknya yang mulai melemah, permintaan terakhirnya sebagai seorang ibu adalah ingin menimang cucunya sendiri. Sebagai seorang ibu, ia hanya ingin melihat anak satu-satunya ini menikah, berkeluarga, dan memiliki banyak keturunan.
Nisa mengembuskan napasnya lagi. "Kamu ini udah 34 tahun, Bihan. Umur, pemikiran, dan finansial kamu pun pasti udah cukup matang untuk membangun rumah tangga."
"Bun, Bihan tahu, tapi Bunda juga tahu ‘kan kalau Bihan belum mau menikah?"
"Mungkin kamu emang belum mau menikah, kalau Bunda enggak mengingat umur Bunda yang makin lama makin menua, Bunda juga enggak akan bawel begini."
Bihan diam, tak ada yang bisa ia lakukan selain terdiam.
"Bunda mau gendong cucu sebelum Bunda meninggal nanti, Bihan."
"Bun—"
"Enggak perlu sampai gendong cucu pun Bunda enggak masalah, asal Bunda masih sempat untuk lihat wajah istri kamu nantinya. Bunda enggak mau berakhir kayak ayahmu yang pergi lebih dulu sebelum menyaksikan anaknya menikah."
"Bun, Bihan paham."
"Kamu enggak akan pernah bisa paham, Bihan!" sambar Nisa dengan tatapan nanar. Matanya sudah dipenuhi genangan bening, hingga saat ia menutup pelupuk matanya, air mata langsung meluruh membasahi pipi.
Nisa mengatur napas, ia terbawa emosi sampai dadanya mulai terasa sesak. Mengingat umurnya yang tak lagi muda membuatnya ingin permohonan terakhirnya sebelum ia meninggal nantinya terkabul. Permohonan semua orang tua; ingin melihat anaknya hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253469699-288-k607807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDLOCK [END]
RomanceAdsila dan Bihan, dua insan yang terpaksa harus terikat ke dalam ikatan pernikahan. Dua manusia yang harus menekan ego demi menuruti kemauan orang tua masing-masing. Dua jiwa yang harus terjun ke dalam hubungan sakral karena sebuah perjodohan. Tingg...