Chapter - 07

84 13 4
                                    

Happy reading..

   Suara langkah kaki terdengar jelas saat benda lentur itu menghantam aspal. Luhan, menggerutu kesal karena ia bangun kesiangan malah membuatnya telat.

Napasnya turun naik tak beraturan. Dan langkahnya semakin melambat seiring keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya.

“Hos...Hos... Semoga aja gerbang masih kebuka.” gumamnya penuh harap. Dalam hati ia was was. Entah apa yang akan terjadi jika gerbang tertutup.

Namun, ia harus menelan kembali harapan itu. Gerbang sudah tertutup rapat tak memberi celah sedikitpun. Luhan menghela napasnya kasar. Dengan gontai menuju gerbang. Tidak ada cara lain lagi, selain merayu pak Lee si penjaga gerbang agar membukakan pintu untuknya.

Satu langkah lagi tiba didepan gerbang, tangan Luhan terlebih dahulu ditarik seseorang. Luhan berteriak atas hal tersebut, pak Lee yang mendengar hal itu seketika celingak celingukan mencari sumber suara. Melihat tidak ada yang salah ia kembali duduk dipos jaga.

Luhan membuka matanya perlahan. Merasa ada benda asing berada di mulutnya dengan segera ia memberontak, memukul mukul tangan besar yang membekap mulutnya itu.

“Sst..sst.” Luhan terdiam mendengarnya. Seperti dihipnotis, ia menurut tidak memberontak lagi. Tapi didetik kesekian, ia cepat cepat melepaskan diri dari orang tersebut, jangan lupakan tatapan horornya.

“Hei! Sini. Ntar ketahuan guru!” ujarnya dengan suara pelan. Menyuruh Luhan kembali keposisi semula. Luhan terdiam, ia memandang intens cowok tersebut dengan tatapan tak suka.

“Bodo amat! Gue mau masuk!” ujarnya cuek dengan angkuhnya ia membalikkan tubuhnya berniat kembali didepan gerbang. Tapi, si cowok gercep menarik tangannya hingga membuat tubuh Luhan terhuyung kebelakang dan berakhir pada dekapan sang cowok.

Deg.deg.deg.

Suara detak jantung menggebu masuk di Indra pendengaran Luhan. Tanpa Luhan sadari ia tersenyum tipis akan hal itu.

Sadar akan hal intim tersebut. Cowok itu dengan segera melepaskan adegan peluk-pelukan mereka. Ia berdehem, guna mencairkan suasana.

“Muka Lo merah..” ujar Luhan menatap cowok itu dengan malu malu. Ia menggigit bibirnya guna menahan senyum.

Si cowok salting sendiri dengan menggarukkan belakang kepalanya. “C-cuacanya pa-panas. Yah! Panas.”

Luhan reflek terkekeh melihat tingkah gugup cowok dihadapannya itu. Melihat itu, si cowok ikut terkekeh dengan menutupi wajahnya.

“Lo ngebolos?” tanya Luhan, cowok itu mengangkat alisnya sebelah lalu mengedikkan bahunya.

“Mata Lo masih sehat kan?” mendengar itu Luhan lagi lagi terkekeh. “Candaan Lo tajem banget!”

“Lo mau bolos?” tawar sang cowok menatap Luhan penuh harap.

Luhan menimang nimang tawaran tersebut. Ia mengetuk ngetuk dahinya dengan mata terpejam seperti ala ala detektif detektif untuk memecahkan masalah. Melihat itu, si cowok berdecak lalu tertawa dengan tingkah gadis dihadapannya ini.

“Gue serius nanya. Mau bolos apa kagak? Lagian jam pertama juga udah mau kelar kan?” ujarnya. Luhan menatapnya, dalam hati ia membenarkan hal tersebut. Ia menjetikkan jarinya ke udara.

“Yaudah ayok. Kita bolos!” serunya secara reflek merangkul lengan sang cowok. Membuat si cowok deg degan sendiri.

...

the Perfect BOYFRIEND (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang