04 - Si Tukang Bicara

85 23 0
                                    

"Apa bagusnya membicarakan orang lain di belakang?"
___________________

🍁🍁🍁🍁

......

Akhir pekan, waktu yang tepat digunakan untuk bersantai. Sekedar berjalan-jalan ke taman hijau dipinggiran kota, mengunjungi restaurant untuk kencan di minggu malam, atau mungkin pergi ke sebuah bar untuk melepas penat dengan teman, minuman, juga perempuan.

Hal yang sama berlaku untuk lelaki satu ini. Perawakan tinggi juga wajah tampan bak bangsawannya, berhasil menyeret beberapa atensi muda mudi yang berlalu lalang ditrotoar jalan.

Mematri tatap pada tubuh bercelana hitam panjang, dipadu padankan dengan kemeja hitam yang lengannya digulung sebawah siku. Dua kancing bagian atas kemejanya sengaja dibuka, membuat kulit putih pucatnya tampak kontras dengan pakaian yang dia kenakan.

Rambut hitam panjangnya tersisir rapih, terpahat sorot mata dingin dari iris gelapnya. Senyum sinis menguar di sudut bibirnya begitu tahu hadirnya selalu berhasil menyihir beberapa manusia yang mengantensikan tatap padanya.

Lengannya refleks terangkat naik mendorong pintu kaca sebuah kafe, masuk lalu menghentikan langkahnya pada satu meja melingkar tersisakan satu bangku kosong di antara ke lima lelaki yang sudah lama menunggu. Mereka terlihat asyik memakan chicken yang dicelupkan ke dalam saus tomat dan keju. Bercerita, lalu sesekali tertawa saat salah satu di antara mereka melontarkan sebuah lelucon konyol.

"Wah, lihat siapa yang datang! Untung wajahku tampan, jadi aku tidak terlalu sirik saat melihatmu," kata Haechan, menatapi Na Jaemin yang mengambil duduk di sampingnya.

"Berisik," sergah Jaemin, menatapi Haechan sedikit sinis.

"Wah, aku kira anaknya Paman Na tidak akan datang karena card kesayangannya diblokir. Hahaha, Na Jaemin memang senang sekali bertengkar dengan Ayahnya, ya," ucap satu suara milik lelaki berpakaian branded dari atas kepala sampai bawah kaki, kalau ditotalkan mungkin apa yang dia kenakan bisa membeli gedung di distrik gangnam.

Tidak bercanda dan berlebihan, di sini kita membicarakan Zhong Chenle.

"Tutup mulutmu Tuan Zhong, tidak usah berlaga paling suci karena tidak pernah bertengkar dengan orang tuamu. Oke?" Lelaki bernama Chenle itu mencibir pelan, mendapati betapa tidak tahu dirinya seorang Na Jaemin sekarang.

"Ehey Na Jaemin, Aku dengar kamu yang tidak pernah menerima bunga atau coklat dari para gadis, bahkan menolak mereka secara sadis kemarin siang katanya kamu menggendong seorang gadis ke ruang kesehatan? Apa tidak ada yang janggal teman-teman?" Beberapa dari mereka tergelak rendah, sebagiannya lagi menatapi Na Jaemin meminta penjelasan.

"Urus saja urusanmu sendiri," sergah Jaemin tidak mau ambil pusing atas ucapan Hwang Renjun, lalu meneguk Cola milik Chenle.

Ada banyak hal yang harus Jaemin hindari di dunia ini. Salah satunya, adalah saat Hwang Renjun memulai perkataannya dengan kalimat 'aku dengar....' Karena, saat manusia itu mengucap satu kalimat tadi, itu artinya dia tahu sesuatu.

Renjun akan mulai menggibah. Karena membicarakan orang lain, adalah kesenangan lelaki bernama Hwang Renjun ini.

"Tentu saja. Dari kabar yang aku dengar, selain menggendongnya, Na Jaemin bahkan memberi gadis itu satu buah lolipop. Apa kalian tidak ingat, saat si Jeno mengambil lolipopnya, Jaemin terus menggerutu dan tidak akan berhenti sampai si Jeno mengembalikan lolipopnya?" Tentu saja, Haechan pun tidak akan diam saja begitu api yang Renjun nyalakan sudah berasap.

Little Slice Of Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang