13 - Wajah Asing

64 13 0
                                    

"Tidak ada manusia yang pantas dipandang rendah, semua manusia sama derajatnya."
________________

🍁🍁🍁🍁🍁

Akhir-akhir ini, Sera jarang bicara. Energinya sudah terkuras habis. Dari mulai rasa marah, rindu, kesal, ingin menangis, senang karena sepertinya masuk ke dalam klub musik membuat Sera mendapatkan satu keinginan yang dia mau. Teman. Meski ya, tahu sendiri levelnya sedikit berbeda dengan manusia-manusia waras lainnya.

"Hai Li!" seru Sera begitu berjalan gontai menyusuri lobi fakultas kedokteran yang sudah sepi, Lia terlihat sedikit lebih bernyawa daripada hari-hari kemarin.

Sedangkan Sera layaknya manusia yang hanya punya wajah cantik, dengan semangat hidup rendah. Kalau saja tidak ada Jaemin, Sera sudah yakin semembosankan apa dia belajar disini.

"Sera! Kamu ada kelas, apa mau pulang?" tanya Lia dengan senyum manis yang terukir di wajahnya yang—hey! Setelah potong poni, persentase kecantikan Lia meningkat, dia terlihat lebih percaya diri dengan warna mata terang, dan kulit putih pucat.

"Sudah Sore Lia, mana ada kelas di sore hari begini, aku baru mau pulang habis membahas rencana festival dengan para Senior." Lia membulatkan mulutnya dia sadar pertanyaannya memang sedikit bodoh, bergerak kecil Lia berjalan di samping Sera.

"Mau pergi ke restoran Ibuku tidak? Untuk makan malam? Aku ingin sekali memperkenalkanmu pada Ibuku, aku selalu menceritakanmu pada Ibu dan dia ingin sekali menemuimu. Aku hanya ingin berterima kasih." Harusnya Sera berkata tidak, karena Oh Sehun sedari tadi sudah menelponnya.

Sehun tahu jadwal Sera, karena dia yang mengaturnya. Ck, Sera juga, kan, ingin bermain sekali-kali dengan temannya tidak apa-apa, kan? Kalau dipikir lagi, akhir-akhir ini Sera sering kali melanggar peraturan ayahnya. Tapi, Sera hanya ingin membuktikan kalau dia sudah dewasa, tidak harus melulu apa-apa diatur ayahnya.

"Hanya restoran biasa, sih, tapi masakan ibuku tidak ada tandingannya," kata Lia sedikit menciut melihat reaksi Sera yang hanya diam saja.

"Astaga, iya Lia iya! Aku tahu kamu mau pamer karena kamu punya Ibu yang pandai masak, bukan?" Melihat Lia salah tingkah, rasanya kegemasan Sera pada gadis ini meroket tajam.

"Aigo, aku bercanda. Aku hanya iri, karena setiap ayahku mencoba masak, dapur rumah akan berubah menjadi kapal pecah dan makanannya memang cukup enak, tapi asinnya kurang ajar! Lidahku sampai mati rasa." Lalu gelak tawa mulai terdengar meriuh meski hanya Sera dan Lia saja yang tertawa.

"Sera, tahu, tidak? Setiap kali melihatmu, aku selalu merasa nyaman dan aman. Kamu seperti tidak asing, tapi aku hanya orang bodoh yang punya pemikiran begitu. Dari SMA, Jina memang sudah sering menindasku, aku ingin membalas tapi akhirnya selalu aku yang kalah." Oke, ini adalah langkah yang baik untuk menjalin satu hubungan bernama teman.

Keduanya sudah masuk ke dalam mobil berwarna putih milik Sera, Lia kembali bersuara setelah memasang safetybealtnya.

"Aku pikir, aku pantas menerimanya, karena aku memang anak yang payah. Aku hanya punya otak yang pintar tentu saja dibandingmu, aku kalah jauh. Tapi hatiku rasanya sudah kebas mendapat perlakuan seperti itu, rasanya hatiku mati tapi aku masih sering merasa sakit hati."

Jadi, raut wajah murung itu bukan karena dia anak yang pemurung tapi dia mati rasa karena sering disakiti, dan dipecundangi keadaan?

"Tidak ada manusia yang pantas dipandang rendah, semua manusia sama derajatnya." Hal yang Lia sukai dari gadis ini adalah, Sera tidak pernah melihat orang dari mana asalnya, bagaimana keadaannya.

Little Slice Of Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang