11 - Bintang Redup Itu Aku.

85 22 0
                                    

“Meski redup aku juga ingin menjadi seterang bintang yang lain, agar aku tidak menjadi bintang pertama yang kehilangan cahaya.”
___________________

🍁🍁🍁🍁

.....

Ulang tahunnnya yang ke dua puluh tahun sudah lewat satu bulan yang lalu, Sera menatapi kertas menguning yang terlihat kontras dengan buku-buku jarinya yang pucat. Surat ke dua puluh yang ibunya tulis untuknya, masih Sera simpan dengan rapih. Ini yang terakhir.

Sera belum siap, memupuk harapan yang bahkan lebih rapuh dari hati. Semua ini hanya akan menghancurkan dan menyakiti hati pada akhirnya. Tapi, Sera penasaran apa yang ibunya tulis pada kartu ucapan selamat ulang tahun terakhirnya. Merasa kalau surat ini habis, Sera akan merasa benar-benar kesepian. Karena kehilangan yang sesungguhnya, tepat berada di depan matanya.

Padahal hari ini Sera hanya ingin bicara, kalau dia sedang jatuh cinta. Tidak, dia tidak bisa mengajak ayahnya bicara. Karena Sera tahu akhirnya akan menjadi seperti apa. Ingat! Berpacaran saja sudah dilarang, bagaimana nasibnya kalau Sera bilang dia sedang jatuh cinta? Oh sungguh mengenaskan!

Ragu, awalnya membucah, pertama air mata lalu rasa rindu. Hanya kesepian dan kerinduan yang selalu Sera tekan kuat-kuat agar tidak menghancurkannya yang selama ini dia yakinkan pada dirinya sendiri, kalau dia akan selalu baik-baik saja.

Tangannya bergetar, jantungnya berdebar, dengan pasti Sera membuka lipatan kertas menguning itu. Lalu senyum manis tercetak di kedua sudut bibirnya, dia lihat tulisan ibunya selalu terlihat rapih dan cantik. Belum apa-apa, matanya sudah memanas saja.

‘Hai Oh Sera, ini aku, ibumu. Astaga, canggung sekali menulis surat ini, padahal kau sudah dewasa.’

Sera punya alasan untuk merindukan ibunya, meski dia tidak pernah sekalipun bertemu dengan ibunya.

'Coba ibu lihat Sera sudah sebesar apa? Tunggu, jangan bilang kamu lebih cantik dan bahkan lebih tinggi dari ibu?'

"Aku sudah besar dan sudah lebih tinggi dari Ibu. Cantik? Aku sering mendengarnya dari orang lain, tapi Ibu jauh lebih cantik dariku," jawab Sera, jatuh, air matanya terurai, harapnya rapuh, lukanya melepuh pada hati yang mati dimakan rindu.

'Aku tebak Sera pasti mirip ibu?'

"Tepat sekali, aku sering mendengarnya dari orang lain. Apa Ibu tahu? Aku bahkan payah minum dan ceroboh seperti Ibu. Tapi kenapa Ayah bilang kalau bintang bersinar itu aku dan Ibu hanya bintang redup, yang dikelilingi bintang-bintang redup lainnya?" Sunyi tidak ada yang sudi menjawab pertanyaan sederhana tadi.

‘Anak gadis ibu yang sudah tumbuh cantik dan baik, bagaimana menjadi dewasa? Sulit bukan? Maaf ya, ibu tidak bisa menjagamu, maaf ibu tidak di sampingmu. Ibu menyesal karena banyak melewatkan hal manis, seperti mendengar kamu memanggil ayah dan ibu, untuk pertama kali. Ibu ingin sekali melihatmu membalikkan tubuhmu, duduk, berdiri, lalu dengan tubuh kecil dan kaki-kaki kecilmu kamu mulai bisa berjalan. Maaf ya, karena ibu tidak bisa melakukan hal sesederhana menyiapkan bekal makan sekolahmu, menguncir rambutmu, mengantarmu masuk sekolah, atau bahkan mendengarkan keluh kesahmu, saat kamu beranjak dewasa.’

Sekarang, tepatnya—Sera sudah menangis sesenggukan, tidak tahu harus berkomentar apa lagi.

‘Tapi Nak, percayalah, ibu selalu ada di sampingmu, melihatmu dari kejauhan. Jadi, jangan pernah menangis untuk hal-hal yang tidak perlu kau tangisi, meski ibu tahu hidup itu sulit.’

"Ibu! Kenapa mengatakan hal semenyedihkan itu! Benar, sangat sulit Bu, sulit sekali, rasanya sakit.  Aku juga bingung, apa yang harus dilakukan orang dewasa? Sedangkan aku tidak diberi kebebasan oleh Ayah. Sera bingung harus apa, seolah aku tidak punya tujuan. Ibu, apa menjadi dewasa selalu menyesatkan seperti ini? Apa dewasa lebih labil dari masa remaja, atau memang aku yang belum dewasa?" Membaca seksama tulisan rapi pada kertas yang mulai menguning itu, sukses membuat mata Sera memburam dipenuhi air mata. Sorot mata yang selalu terlihat hangat, sekarang terlihat pudar dan redup.

Little Slice Of Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang