06 - Rumor

71 23 0
                                    

"Tutup mulutmu, karena diammu lebih perlu daripada harus berbicara tapi menyakiti hati orang lain."
____________________

...

Tangan Sera mengepal kuat, dia tinggalkan Na Jaemin yang selalu menatapnya dingin. Setelah membawa segelas coketail ditangannya, Sera melanjutkan lagi sisa langkahnya. Mencoba tidak peduli dengan label rumput liar yang Jaemin sematkan padanya.

Sekarang yang lebih penting adalah menghampiri para gadis sinting, yang harusnya tidak Sera iyakan ajakan mereka. Sorot mata Sera berubah gelap melihat bagaimana ke lima gadis ini merebut sebuah kartu dari tangan gadis suram tadi.

"Aku tidak butuh teman seperti kalian," lirih Sera menggoyangkan gelasnya santai, pahit adalah hal pertama yang ingin Sera proteskan begitu mencicipi rasa minuman berwarna kuning keemasan bercampur biru itu.

"Apa maksudmu?" timpal Jina, sekarang sorot matanya terasa lebih jujur di mata Sera.

"Aku tidak sudi berteman dengan orang rendahan seperti kalian?" Sudah dikatakan, untuk hal seperti memberantas penindasan Sera tidak kenal takut dan berani-berani saja meski lawannya sepuluh orang.

"Hey! Apa maksudmu? Kami ke sini berniat baik karena ingin menyambutmu, setelah kemarin kamu melewatkan upacara penyambutan," protes Bona yang sedari tadi tertawa paling keras.

"Sudah aku katakan tadi, aku tidak butuh," tegas Sera, mendadak kepalanya pusing.

"Jangan mentang-mentang kamu cantik, kamu bisa mengatai kami seenaknya. Siapa yang rendahan, hah?" Si Jieun pun ikut melayangkan protesnya.

"Aku bicara seadanya, kalian memang terlihat begitu. Ren. Da. Han!" Sera mengembangkan senyum sinisnya, mengambil alih kartu yang dipegang Jina, lalu memblock tubuh gemetar gadis yang hanya duduk dan diam saja.

This is show time.

Sudah dikatakan sejak awal, Sera paling tidak bisa melihat hal-hal seperti ini.

"Ada yang ingin kamu katakan pada mereka?" tanya Sera pada gadis bernama Park Lia, lalu menatap ke empat gadis yang menatapnya sinis.

"Tidak ada? Ya sudah, bagaimana lagi kamu terlihat pemalu," ucap Sera tersenyum tipis, lalu pandangannya kembali pada ke empat gadis ini.

"Sera, kamu ...."

"Hey! Kita sudah kuliah, kebiasaan buruk menindas orang, bahkan mengambil uang dari mereka itu memalukan! Kalian hanya menunjukkan kalau kalian miskin etika, dasar badut-badut bodoh!" Kalau untuk sekedar berkata-kata begini pun Sera juga bisa, pandai malah.

"Urus saja urusanmu!" seru Yoo Jina mendadak tidak terima dikatai bodoh, atensi pengunjung sepenuhnya terpatri pada kumpulan mahasiswi baru yang sedang bertengkar.

Seolah mereka sedang menonton sebuah opera, dengan sabar menunggu klimaks dari alur cerita yang sedang mereka tonton. Tidak sedikit dari mereka yang menatapi Sera seperti singa kelaparan, bahkan memuji-muji kecantikannya terang-terangan.

Berat sekali memang cobaan orang cantik, selalu menjadi pusat perhatian pun banyak orang yang sirik dan iri.

"Aku akan ikut campur, penindasan tidak dibenarkan dalam bentuk apa pun. Pergi, biar aku yang bayar pesanan kalian semua dasar mahluk memalukan!" Sera masih bisa bicara sebaik yang dia bisa.

"Jangan sok suci," ucap Jina terlihat santai. "Kamu bisa menolak kami, kalau kamu tidak suka dengan cara kami yang seperti ini. Kamu hanya perlu berkata tidak mau, karena kami bukan levelmu. Atau kamu bisa beralasan apa pun, untuk menolak kami. Kamu sendiri yang bersedia pergi, meski kita baru pertama kali bertemu dan menyapa." Atensi Jina mematri pada Sera yang terlihat menggebu-gebu.

Little Slice Of Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang