08 - Debaran asing itu, apa?

81 22 0
                                    

"Ini hidupku, suka-suka aku! siapa kamu berhak mengatur apa kemauanku?"
_____________________

🍁🍁🍁🍁

Langkah panjang lelaki yang menyembunyikan lengannya dibalik celana jeans hitam longgar, mampu menyeret atensi para gadis yang tersihir dengan wajah dinginnya yang tampan.

Na Jaemin memang sosok penyihir yang tanpa mengucap mantra apa pun, mampu membuat satu isi gedung Fakultas Kedokteran yang baru saja dia lewati terpana menatapnya. Kalau disamakan dengan musim, Jaemin itu seperti penghujung musim gugur yang menunggu salju turun sebagai pertanda kalau musim dingin telah tiba.

Sebanding dengan banyak yang menyukainya, banyak juga yang membencinya seperti membenci hujan yang turun di awal musim gugur, dingin. Tapi tidak sedikit yang menunggunya, seperti menunggu salju pertama turun. Moment yang katanya sangat bagus untuk menyatakan cinta.

Pikiran Na Jaemin penuh, berdesak-desakan memohon untuk segera diutarakan. Gelanyar asing yang terus mengganggunya sedari kemarin, tidak juga mau pergi, karena gadis itu. Oh Sera, gadis secerah musim panas ini memang sedikit merepotkan perasaannya.

Otaknya, bahkan coretan pena pada kertas yang biasa dia tulisi dengan lirik lagu, hari itu penuh dengan nama seorang gadis, Oh Sera seorang. Kejadian semalam, mampu membuat Jaemin berada dalam posisi sebal tapi secara bersamaan juga senang.

Aneh, kan?

Membuka ruang klub musik yang masih kosong, Jaemin melempar tasnya pada sofa kosong berwarna cream. Sudut bibirnya terangkat naik, matanya terpejam membuat bulu mata panjang yang menukik ke bawah itu, menyentuh kulit putih pipinya.

Jaemin bukan seorang psycopath gila, tapi dia tersenyum kecil—condong ke tertawa mengingat Oh Sera yang jatuh menggelinding dari tangga menuju aula. Padahal Jaemin ingat dengan jelas kalau Sera sudah diperingati untuk berhati-hati, tapi dia malah lari-lari seperti anak kecil. Sampai pada akhirnya, gadis itu membuat kakinya sendiri terkilir.

Rate dari satu sampai sepuluh, Sera punya poin sepuluh—sebagai gadis paling cantik dan paling bodoh yang mengungkapkan perasaannya seterang-terangan itu pada Jaemin. Tanpa surat atau coklat, tapi dengan percaya diri mengungkapkannya, setelah membuat Jaemin kesusahan.

Jaemin kira, Oh Sera hanya gadis yang suka berisik dan blak-blakan mengatakan suka padanya. Tapi kalau boleh jujur saat di Bar waktu malam itu, untuk pertama kali dalam hidup Jaemin merasa khawatir. Begitu melihat Sera datang dengan gadis yang dulu sering membuat onar, sewaktu mereka masih duduk di bangku sekolah. Jaemin sempat merasa kecewa entah apa alasannya, tapi dengan cepat Sera membantah kalau dia tidak sama.

Tapi, kembali pada penilaian Jaemin sebelumnya, siapa Oh Sera berhak membuatnya khawatir? Sangat tidak penting dan buang-buang waktu, mengkhawatirkan seseorang terlebih jika orang itu tidak dia kenal—rasanya tidak perlu. Tapi, malam itu secara tidak sadar, Jaemin membuat pengecualian. Alih-alih membuat pilihan untuk tidak peduli, denganl, sintingnya seorang Jaemin mau repot-repot membantu gadis itu.

Sekali lagi Jaemin bukan seorang psycopath, dia hanya merasa berdebar—mungkin karena kasihan atau terpana begitu melihat tatapan Sera yang berubah mendung, begitu mulut jahat para gadis itu mengata-ngatainya. Pun saat kemarin, entahlah anggap saja Jaemin gila karena mengajak Sera makan siang disituasi yang sangat-sangat konyol. Seperti perasaannya.

Haha. Orang gila mana yang melakukan hal bodoh di depan khalayak ramai.

"Walah, walah, ini calon mantu Om Sehun sedang mengkhayal kapan menikahi anaknya, ya? Beruntung sekali anak muda satu ini, bisa-bisanya Dewi Aphrodite suka pada laki-laki turunan beruang kutub yang senang berhibernasi." Suara ejekan Renjun mengisi ruangan setelah tadi Jaemin mendnegar bunyi pintu terbuka.

Little Slice Of Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang