"We're not friends, we're strangers with memories..." - unknown.
***
Beberapa hal terjadi tanpa bisa dicegah. Seperti benang takdir yang saling terhubung satu sama lain, tak ada yang bisa memutuskannya. Pertemuan dan perpisahan datang silih berganti seperti sebuah siklus yang terus terulang tiada henti. Seberapa keraspun manusia mencoba untuk mengubahnya, tidak ada yang akan mampu melakukannya.
Ada banyak manusia di bumi ini, dan kemungkinan untuk bertemu satu sama lain sangatlah kecil. Rosie yakin, ia sudah mengambil langkah terjauh yang ia bisa untuk hilang dari jangkauan Jeffrey. Namun nyatanya, beberapa waktu terakhir mereka selalu dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga.
Tidak harus berkata apa, Rosie memilih untuk diam setelah hanya mereka berdua di sini. Pria paruh baya yang tadi menolong Jeffrey sudah pamit untuk pergi, menyisakan aura canggung yang semakin lama semakin menguat.
Kekhawatiran Rosie kini berubah menjadi perasaan campur aduk, yang ia sendiri bingung bagaimana harus mendeskripsikannya. Rosie hanya mampu diam sambil menatap ke arah sekeliling yang masih ramai dengan lalu lalang orang, sedangkan Jeffrey sejak tadi sibuk memperhatikan Rosie, dengan pikirannya yang bingung memilah kalimat apa yang sekiranya pantas untuk ia ucapkan di situasi seperti ini. Jujur, ia tidak tahu harus senang ataukah sedih bertemu dengan Rosie di saat seperti ini.
"Ci.."
Jeffrey membuka suara - terdengar berat - membuat Rosie kini mengalihkan atensi sepenuhnya pada lelaki itu.
"Ya?"
"Makasih udah nolongin gue." Ucapnya lirih, kedua ujung bibirnya lama kelamaan naik membentuk seulas senyum yang nampak sempurna di wajah Jeffrey.
Melihat lelaki itu tersenyum, Rosie tak kuasa untuk tidak membalasnya. Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis, "Nggak perlu berterimakasih, gue cuma kebetulan ada di sana." Balasnya singkat, namun detik berikutnya ia jadi teringat sesuatu. "Kenapa lo bisa sampe kecelakaan? Lo bukan orang yang ceroboh, Jeff." Sambungnya.
Jeffrey terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Nggak tau, Ci. Mungkin lagi apes."
"Ck.."
Rosie hanya berdecak sebagai respon. Ia sudah begitu khawatir akan keadaan Jeffrey namun lelaki ini justru terlihat santai. Sia-sia saja rasa khawatirnya yang berlebihan ini.
"Tadi apa kata dokter?" Tanya Rosie. Tadi ia sibuk dengan pikirannya sendiri sampai ketinggalan informasi dari dokter yang telah memeriksa Jeffrey.
"Kalo infusnya udah abis gue udah bisa pulang. Untungnya ini cuma luka ringan." Ujar Jeffrey santai sambil menunjukkan lengannya yang sudah diperban.
"Luka ringan kenapa lo bisa sampe pingsan coba?" Rosie keheranan.
"Gue terlalu kaget kayaknya. Nggak tau deh, yang penting kan keadaan gue udah baik sekarang. Lo nggak usah terlalu khawatir."
Ucapan Jeffrey itu membuat Rosie terkejut. "Gue nggak khawatir kok." Balasnya cepat, ada nada canggung dalam suaranya.
"Nggak usah bohong. Keliatan jelas banget tuh wajah lo yang khawatir." Balas Jeffrey sambil tertawa, membuat Rosie salah tingkah.
"Dih. Enggak, ya!!" Elaknya dengan ekspresi yang berlebihan membuat tawa Jeffrey semakin keras.
"Hahaha.. udah deh, Ci. Gue udah kenal lo lama banget, jadi gue bisa tau apa yang lo rasain cuma dari liat wajah lo aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jeffrey | Jaerose
FanfictionHanya sepenggal kisah Jeffrey dan Rosie yang terjebak dalam takdir yang membingungkan. Di satu sisi ingin mengejar namun tertampar keadaan. Di sisi lain ingin bersama namun takut berakhir sia-sia. Intinya, ribet! a jaerose fanfiction Start : 13/10...