"Somedays I can't stop thinking about you, and other days I wonder why I'm wasting my time..." - unknown.
***
"Ci..."
Suara Jeffrey yang memanggilnya dengan nada manja membuat Rosie menoleh. Ia menghentikan kegiatannya menulisnya dan menatap Jeffrey yang kini duduk bersandar pada kursi di sampingnya.
"Apaan sih? Dari tadi manggil-manggil mulu."
Iya, ini yang ketiga kalinya Jeffrey memanggil nama Rosie dalam satu menit terakhir. Rosie yang mengerjakan tugas nyaris dibuat kesal karena Jeffrey jelas-jelas mengganggunya.
"Gue mau ngomong." Jeffrey berucap, masih mempertahankan nada manjanya. Jangan heran kalau Jeffrey bersikap seperti ini pada Rosie. Mereka sudah kenal sejak SMP dan hal seperti ini sudah seperti makanan sehari-hari bagi mereka berdua.
"Yaudah sih ngomong aja. Gue dengerin kok." Rosie menjawab masih dengan kegiatan menulisnya. Ia tidak bisa bersantai saat ini, karena deadline mengumpulkan tugas ini adalah nanti sore pukul empat. Rosie harus menyelesaikannya setidaknya setengah jam sebelum waktu yang sudah ditentukan.
"Bang Johnny ngajak naik gunung ke Semeru."
"Kapan? Sama siapa aja?"
Rosie merespon dengan cepat.
"Akhir minggu ini. Ya sama anak mapala yang lain. Tapi kayaknya cuma sepuluh orang atau berapa gitu." Jeffrey menjelaskan.
"Lo yakin kuat ngedaki? Terakhir kali pas ke Merbabu lo cedera, Jeff." Rosie mengingatkan kejadian yang sudah berlalu dua bulan lebih itu.
Jeffrey bergerak gelisah di kursinya. Ia mengubah posisi duduknya dan kali ini menopang dagunya dengan tangan kiri sedang tangan kanannya ia gunakan untuk memainkan rambut panjang Rosie yang dibiarkan tergerai.
"Makanya gue nanya sama lo, Ci. Lo kan yang paling tau gue." Jeffrey berkata dengan entengnya membuat Rosie menghentikan kegiatannya sejenak.
"Lo pikir gue emak lo apa!" Rosie menatap Jeffrey dengan tajam, sedang yang ditatap hanya cengengesan tanpa rasa bersalah. "Kalo ragu mendingan nggak usah ikut. Lo akhir-akhir ini juga jarang olahraga kan? Takutnya ntar di sana kenapa-napa. Gue bukannya doain yang buruk, ya." Sambung Rosie mengeluarkan pendapatnya.
Mendengar hal itu Jeffrey mengangguk setuju. "Yaudah ntar gue bilang ke Bang Johnny kalo batal ikut." Putusnya.
Rosie terperangah menatap Jeffrey. Ia menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan lelaki di sampingnya ini. Dari dulu Jeffrey selalu meminta pendapat padanya. Apapun itu. Dari hal yang paling penting sampai hal-hal sepele seperti memilih warna kaos yang harus dibelinya. Ck, Rosie benar-benar dibuat repot oleh lelaki satu ini.
Setelah itu Rosie memilih untuk kembali mengerjakan tugasnya. Ia menulis dengan cepat jawabannya ke atas kertas berukuran folio bergaris yang kini sudah memasuki lembar ketiga. Di sampingnya Jeffrey terlihat tidak ada kerjaan sama sekali. Harusnya lelaki itu ada kelas di jam ini, namun karena dosen yang memberi kuliah tidak masuk dan tidak memberikan tugas apapun, jadilah Jeffrey hanya membuntuti Rosie. Padahal ia punya banyak teman namun jika ada kesempatan Rosie-lah orang pertama yang akan Jeffrey cari.
"Ci.. Ci.."
Kali ini Jeffrey mendekat sembari berbisik memanggil nama Rosie. Hal itu membuat Rosie risih karena tubuh Jeffrey sudah menempel sempurna di tubuhnya dengan wajah Jeffrey yang ia sembunyikan di balik punggung Rosie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jeffrey | Jaerose
FanfictionHanya sepenggal kisah Jeffrey dan Rosie yang terjebak dalam takdir yang membingungkan. Di satu sisi ingin mengejar namun tertampar keadaan. Di sisi lain ingin bersama namun takut berakhir sia-sia. Intinya, ribet! a jaerose fanfiction Start : 13/10...