12. Denting

668 139 32
                                    

"Sepi kurasa hatiku saat ini, jika kau di sini aku tenang..." – Melly Goeslaw, Denting.



***



Dengan langkah gontai Jeffrey bergerak masuk ke rumahnya. Hal yang ia temui pertama kali saat membuka pintu masuk adalah kegelapan. Oh ya, Jeffrey lupa jika ia memang sendirian sekarang. Ara dan Hana sudah kembali tinggal dengan orang tuanya, meninggalkan dirinya seorang diri di rumah yang besar ini.

Tanpa berniat untuk menyalakan lampu, Jeffrey melangkah masuk. Sedetik kemudian pandangan matanya tertuju pada foto pernikahannya dengan Cheline yang tergantung rapi di dinding. Ia lupa belum melepaskannya padahal sudah memiliki niatan itu sejak lama. Sinar bulan yang menembus masuk melalui jendela besar di ruangan itu seakan ingin memperburuk keadaan Jeffrey dengan menerangi foto itu.

Sudut bibir Jeffrey terangkat dan detik berikutnya suara tawa menggema di seluruh ruangan. Jeffrey menatap foto itu dengan seribu emosi di matanya, meskipun tawa itu masih setia bertengger di bibirnya. Tawanya terdengar sumbang, khas tawa seseorang yang tengah menertawakan kebodohannya.

Jeffrey mendekati foto itu, menatapnya cukup lama. Namun jika diperhatikan fokus perhatiannya tertuju pada sosok Cheline yang tersenyum lebar saat dipotret. Jelas sekali terlihat bahwa perempuan itu begitu bahagia dengan pernikahannya, berbanding terbalik dengan Jeffrey yang hanya memasang raut wajah datar.

"Kenapa lo tega ngelakuin ini ke gue?"

Tangan Jeffrey terulur, jemarinya bergerak membingkai potret diri Cheline perlahan, seolah ia sedang bertanya langsung kepada pemiliknya. Sayangnya perempuan itu sudah tak lagi di sini dan Jeffrey tak bisa mendapatkan jawabannya.

"KENAPA??!!!"

Kali ini Jeffrey meninggikan volume suaranya. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang mulai tak beraturan. Jeffrey memejamkan matanya, mencoba menahan gejolak amarah yang siap untuk meledak kapan saja. Begitu kuat sampai ia merasa tak ingin membuka matanya lagi. Baginya ini lebih buruk dibanding pengakuan Cheline tiga tahun lalu.



"Aku hamil, Jeff."

Siang itu Jeffrey benar-benar merasakan bagaimana rasanya disambar petir di siang bolong. Di taman kampus, Cheline mengatakan itu dengan wajah sedihnya sembari tangannya memegangi perutnya yang masih rata.

Jeffrey kehilangan fokus sejenak, ia seolah mendengar sesuatu yang tak semestinya. Berpikir bagaimana Cheline tiba-tiba mendatanginya dan mengatakan hal itu, rasanya benar-benar aneh. Jeffrey tidak pernah memiliki hubungan apapun dengan gadis di hadapannya ini meskipun jelas sekali Cheline menunjukkan perasaan tertarik padanya. Sebisa mungkin Jeffrey menjaga jarak dengannya, dan ia rasa sejauh ini ia berhasil.

Lalu kenapa Cheline mengatakan itu padanya? Mereka sangat tidak dekat untuk saling menceritakan rahasia pribadi seperti ini. Jika Cheline mengatakan ini hanya untuk mencari perhatiannya, jelas sekali itu tidak berguna karena Jeffrey benar-benar tidak peduli.

"Terus?" Tanya Jeffrey acuh. Cheline benar-benar mengganggunya.

"Kamu yang harus tanggung jawab. Nikahin aku, Jeff."

Kali ini Jeffrey tak bisa untuk tidak peduli. Ia menatap Cheline dengan raut wajah penuh keterkejutan, tak menyangka akan mendengar pernyataan itu di hari yang cerah ini. Cheline tak berani membalas tatapan Jeffrey. Sejak tadi ia hanya menundukkan kepalanya, ketakutan menguar jelas dari dirinya.

Dear, Jeffrey | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang