"Maybe love isn't what we've been told. Maybe it's not all romance or attraction. Maybe love is a friend. Someone who understands you. Someone who'll be there for you... Even at your worst." – r.m. drake.
***
Dulu saat masih kecil, Mama Rosie selalu menceritakan kisah-kisah sebelum ia tidur. Dari semua kisah yang pernah diceritakan, Rosie paling suka jika mamanya bercerita mengenai kehidupan di dunia ini. Rosie kecil yang belum tahu apapun, hanya mengerjapkan matanya dengan antusias menanti kisah itu diceritakan.
Mamanya bercerita dengan sangat apik, seolah kehidupan di dunia itu memang begitu indah dan menarik. Dunia yang begitu besar, terlihat sangat kecil di mata Rosie. Bagaimana kehidupan ini dimulai dan berjalan seperti saat itu, Rosie sangat menyukainya.
Dulu di mata Rosie, menjadi dewasa adalah suatu hal yang menakjubkan. Ia tidak sabar menantikan dirinya tumbuh dan menjadi dewasa sehingga ia bisa melakukan banyak hal yang ia sukai. Sejak kecil Rosie selalu dilarang ini dan itu, ia hanya diperbolehkan melakukan hal-hal yang sudah diatur oleh mamanya, yang terkadang membuatnya marah dan kesal namun ia tak bisa melakukan apapun.
Itulah mengapa menjadi dewasa adalah sesuatu yang selalu ia idam-idamkan. Sampai dalam mimpipun ia membayangkan bagaimana jika dirinya bertumbuh dewasa. Ia pasti bisa memakai gaun indah seperti yang Princess Disney kenakan saat ke pesta, makan apapun tanpa larangan, tak perlu belajar untuk ujian esok harinya, dan hal yang paling Rosie inginkan adalah ia bisa bermain sepuas hatinya – tanpa perlu mempedulikan omelan mamanya.
Ya, sesimpel itu. Khas pikiran anak-anak. Namun satu hal yang tak Rosie perhatikan dari cerita mamanya. Ia mengabaikan kalimat itu karena terbuai akan kenikmatan hidup menjadi dewasa. Dan barulah saat ia menginjak usia dewasa – saat semuanya sudah legal untuknya, saat ia sudah merasakan bagaimana menjadi dewasa, Rosie baru mengingatnya.
"Menjadi dewasa nggak menyenangkan, Ci. Kamu akan tau nanti. Saat semuanya nggak berjalan sesuai dengan apa yang kamu mau, kamu pasti ingin kembali jadi anak kecil lagi."
" – menjadi dewasa berarti kamu siap untuk menghadapi dunia, siap untuk berjuang, dan siap untuk kehilangan..."
Ya, mamanya ada benarnya. Ia mengabaikan kalimat sederhana yang sarat akan makna itu. Ungkapan bahwa kau tak akan mempercayainya sebelum merasakannya sendiri itu benar adanya. Dan Rosie memang sudah merasakannya berkali-kali.
Terbang lalu jatuh. Bangkit, berusaha untuk terbang lagi. Lalu jatuh lagi.
Rasanya sudah seperti hal yang wajar. Seperti teman yang selalu kau temui setiap saat, seperti udara yang selalu kau hirup. Kalian akan hidup berdampingan, awalnya memang terasa berat dan menguras emosi. Namun lama-kelamaan kau akan terbiasa, dan belajar banyak darinya.
Sekali lagi Rosie salah. Tak ada yang namanya berhenti belajar selama kita masih hidup. Semua hal di dunia ini bisa dijadikan pembelajaran jika kita ingin membuka mata sedikit saja. Sayangnya beberapa orang terlalu lelah dengan keadaan, hingga tak ingin mengerti dan bahkan tak mau mengerti.
Lalu apa yang bisa Rosie pelajari dari kejadian ini?
Matanya berkedip-kedip di ruangan yang remang-remang ini. Hanya semburat dari sinar lampu di kejauhan yang mengintip masuk melalui tirai jendela yang tak tertutup rapat. Rosie menghela nafas, perlahan melepaskan genggaman tangannya dari tangan Jeffrey. Lelaki itu sudah terlelap bersama dengannya tadi, sebelum Rosie akhirnya terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jeffrey | Jaerose
FanfictionHanya sepenggal kisah Jeffrey dan Rosie yang terjebak dalam takdir yang membingungkan. Di satu sisi ingin mengejar namun tertampar keadaan. Di sisi lain ingin bersama namun takut berakhir sia-sia. Intinya, ribet! a jaerose fanfiction Start : 13/10...