11. Happen

635 142 44
                                    

"Their love was strong, but timing was wrong, and love decided that they didn't belong..." – s.t.



***



Sepuluh menit menunggu, Tian tersenyum lega saat melihat Jeffrey yang dari jauh berlari ke arahnya. Ia melambaikan tangan, menyuruh Jeffrey agar mempercepat larinya. Beberapa saat kemudian Jeffrey sudah ada di hadapannya, sibuk mengatur nafas yang tak beraturan akibat berlari dari parkiran menuju ke area tengah taman.

"Apaan sih, Bang? Maksa banget lo nyuruh gue dateng ke sini." Sungut Jeffrey yang terlihat kesal.

Tian tak langsung menjawab, ia hanya menunjuk Rosie yang duduk di bangku taman tak jauh dari mereka. Melihat hal itu, Jeffrey mengerutkan keningnya.

"Lho? Ngapain Rosie di sini? Dia nangis?" Tanya Jeffrey kebingungan.

"Ada sesuatu pokoknya, gue minta tolong hibur dia, sekalian anterin pulang." Ujar Tian yang menatap Jeffrey serius.

"Kok gue?" Jeffrey masih bingung, namun pandangannya tertuju pada Rosie.

"Tolong, Jeff. Sana samperin."

Tanpa aba-aba, Tian mendorong Jeffrey agar mendekati Rosie. Meskipun bingung, lelaki itu tetap meneruskan langkahnya dan menghapus jarak antara dirinya dengan Rosie sedikit demi sedikit. Di tempat persembunyiaannya, Tian hanya bisa menatap dengan was-was. Ia takut jika Rosie akan mengusir Jeffrey.

Untungnya perkiraan itu salah saat Jeffrey dengan mudahnya memeluk Rosie. Dapat Tian lihat dengan jelas jika Jeffrey mencoba menghibur Rosie yang menangis karena dirinya. Hal itu membuat Tian tersenyum lebar. Hatinya begitu lega mengetahui bahwa Jeffrey bisa melakukan tugasnya dengan baik.

Sungguh, Tian benar-benar merasa bersalah sudah menipu Rosie selama ini. Semua ini ia lakukan karena ia ingin mengetahui semua hal tentang Rosie dan ingin membuat Rosie bahagia. Tian berkeyakinan jika ia tahu semuanya, ia pasti bisa memikirkan cara untuk membuat Rosie bahagia.

Ia belajar hal itu setelah kematian adiknya, yang sampai sekarang masih ia sesali. Jika saja ia tahu mengenai kondisi adiknya yang sakit keras saat itu, Tian pasti akan melakukan segala cara untuk membuatnya bahagia di saat-saat terakhir. Namun sayangnya Tian masih terlalu kecil saat itu, ia belum begitu dewasa untuk memahami semua itu. Hingga akhirnya adiknya pergi untuk selama-lamanya, tanpa sempat Tian buat bahagia.

Ia benar-benar menyesal. Adik satu-satunya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tian merasa gagal menjadi seorang kakak. Dan saat itulah Tian tak sengaja bertemu dengan Rosie di rumah sakit. Ia terpana melihat seseorang yang begitu mirip dengan adiknya. Dan seolah takdir memang berniat mempertemukan mereka, beberapa bulan kemudian Tian kembali melihat Rosie yang sudah menjadi adik kelasnya. Tian bahagia bukan main, sayangnya ia tak tahu bagaimana caranya mendekati gadis itu.

"Maaf kalo cara Kakak salah, Ros. Tunggu aja, Kakak pasti akan bikin kamu bahagia lagi..."

Tian bergumam sembari menatap dua orang tak jauh darinya. Ia tersenyum miris melihat kenyataan yang ada, dan memilih untuk pergi. Kesalahannya memang tidak kecil, dan Tian ragu jika Rosie akan memaafkannya semudah itu. Meskipun begitu, Tian yakin dan akan membuktikan bahwa usahanya selama ini tidak sia-sia. Ia akan segera membuat Rosie bahagia. Tentunya dengan caranya sendiri.




***

Dear, Jeffrey | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang