"Once upon a time, there was a boy who loved a girl, and her laughter was a question he wanted to spend his whole life answering." - The History of Love, Nicole Krauss -
***
Beberapa bulan kemudian...
Ponsel Rosie berdering, menarik seluruh perhatian rekan-rekannya yang satu ruangan dengannya. Rosie yang tengah berbalas email dengan seseorang menghentikan kegiatannya dan melirik ke arah ponselnya di atas meja. Mengambil ponsel itu dan mengecilkan volumenya, Rosie bergegas keluar sambil meminta maaf atas keributan yang dibuatnya.
Tiba di tempat yang agak sepi, Rosie mengangkat panggilan dari sahabat baiknya. Tumben sekali dia menghubungi Rosie di hari sibuk seperti ini.
"Iya, Ca? Kenapa?" Tanya Rosie tanpa basa-basi.
"Ya ampun lama amat lo angkat telepon gue."
Ica, atau nama aslinya Lisa - tapi Rosie lebih suka memanggilnya Ica, menggerutu di seberang. Rosie hanya memutar bola matanya jengah. Bukannya menjawab Lisa justru marah-marah seperti biasa saat Rosie lama mengangkat teleponnya.
"Ini hari Selasa, jam kerja. Lo pikir gue lagi rebahan di kamar apa?"
Rosie jadi ikut nyolot juga.
"Apaan sih lo telepon? Kalo nggak ada faedahnya gue matiin ya!" Ancamnya.
Terdengar gerutuan dari seberang - lagi. "Eh eh, Ci, lo mau kesana nggak?"
Pertanyaan Lisa membuat Rosie bingung.
"Kesana kemana?"
"Lo belum tau?"
Rosie menggelengkan kepalanya. Sedetik kemudian ia tersadar bahwa Lisa tidak akan melihatnya. "Tau apaan dah? Kalo ngomong yang jelas, nggak usah sok-sokan pake teka-teki."
"Oke oke." Lisa menenangkan Rosie yang sudah tersulut emosi. "Ada baiknya lo buka grup alumni dulu."
Tanpa menimpali ucapan Lisa, Rosie membuka ponselnya menuju aplikasi chatting tanpa memutus panggilan suaranya dengan gadis itu. Sudah ada ratusan pesan di grup alumni yang dimaksud oleh Lisa, membuat Rosie ragu untuk membacanya karena akan membutuhkan waktu lama.
Tapi karena Lisa tidak mau memberitahunya dan ia keburu penasaran karena grup yang mendadak ramai - biasanya grup alumni sangat sepi - Rosie membukanya. Ia menscroll agar bisa membacanya dari atas. Tak sampai lima menit Rosie langsung paham maksud dari ucapan Lisa. Tubuhnya mendadak kaku untuk sepersekian detik.
"C-ca?" Panggil Rosie yang masih mengendalikan dirinya dari keterkejutan.
"Iya, Ci? Lo udah baca belum?" Lisa bertanya dari seberang.
Rosie menyandarkan tubuhnya yang gemetar ke dinding. Mendadak tubuhnya terasa lemas seolah seluruh tulangnya dicabut dengan paksa. "I-ini beneran? Bukan hoax, kan?"
"Ck," Lisa berdecak. "lo pikir siapa yang mau maen-maen sama musibah kayak gitu? Itu asli, istrinya Jeffrey - Cheline - meninggal tadi pagi." Jelasnya menggebu-gebu. "Ngapain gue tanya lo mau ke sana apa nggak kalo berita itu cuma bohongan."
"D-dia meninggal kenapa?" Tanya Rosie, tubuhnya masih gemetar.
"Inilah permasalahan yang dihadapi Indonesia, Bung. Indonesia darurat literasi. Baca aja nggak mau." Ujar Lisa sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jeffrey | Jaerose
Hayran KurguHanya sepenggal kisah Jeffrey dan Rosie yang terjebak dalam takdir yang membingungkan. Di satu sisi ingin mengejar namun tertampar keadaan. Di sisi lain ingin bersama namun takut berakhir sia-sia. Intinya, ribet! a jaerose fanfiction Start : 13/10...