"Hasya, apa aku boleh minta tolong?." lemah sekali suara itu.
"boleh saf, apa yang bisa aku bantu?" Hasya tersenyum sambil berjalan mendekatinya, lantas menggenggam tangannya.
Terdengar helaan nafas yang cukup berat, nafasnya sedikit tersenggal, namun safira tetap berusaha untuk menyampaikan apa yang seharusnya ia sampaikan sebelum terlambat.
"Sya, aku percaya kamu orang baik. Aku yakin kamu bisa membantu aku, karena aku merasa hanya kamu lah orang yang tepat."Safira berusaha mengatur nafasnya yang semakin berat, dan Hasya masih setia menunggu kelanjutan kalimat Safira. Tangan Safira menggenggam tangan Hasya dengan erat, matanya berkaca-kaca. Sekuat tenaga Hasya menahannya, ia tak ingin membuat sahabatnya semakin sedih.
"Ra, kamu tau disini aku tidak punya siapa-siapa lagi, Ayah Ibuku sudah lama tiada, suamiku pun sudah tiada sejak sebulan yang lalu, dan Ra... " nafasnya tercekat, dada safira semakin sesak, sekuat tenaga ia mengatur nafasnya.
"Sya, aku sudah tidak kuat lagi. Aku merasa sudah tiba saat nya aku menyusul mereka, dan anakku.. Anakku akan sendirian..." Air mata mulai mengalir deras dipipinya.
Hasya sesak, ia tak sanggup lagi mendengarnya. Dengan erat ia penjamkan matanya, namun ia tetap tidak bisa mencegah air mata yang mulai berlomba-lomba keluar dari matanya.
"Aku titip anaku ya Sya, aku percaya kamu bisa jadi ibu angkat yang baik untuknya. Kamu begitu mencintai dunia anak, kamu sangat keibuan sayang.... Dan aku percaya kamu bisa menjaga anakku seperti kamu menjaga anakmu sendiri, " genggamannya mengendur, nafasnya semakin tak peraturan. Dan air mataku semakin deras.
" saff, aku mohon bertahanlah, demi anak kamu. Aku akan bantu kamu menjaganya, tapi berjanjilah untuk bertahan... " Suaraku bergetar, dadaku naik turun.
'Ya Rabb kuatkan sahabatku, biarkan ia bahagia dengan anaknya'. batinku
Safira menggeleng lemah, ia tersenyum. "Aaa... aku percaya kamu Hasya, maaf membuatmu repot. Tapi cuma kamu orang yang aku percaya.. "
Safira membenarkan letak kerudungnya dengan lemah, tangannya mengelus pipiku lembut.
" bisa tolong bawakan bayiku kemari? Aku ingin mengecupnya."Hasya mengangguk, lantas berjalan mendekati box bayi, dan menggendong bayi cantik itu kemudian menyerahkan pada Safira.
Dikecupnya dengan perasaan cinta yang mendalam, dengan kasih sayang yang tak terbatas." Bunda mencintaimu anakku sayang, baik-baik bersama ibu baru mu ya, jadilah anak sholihah, jadilah anak penurut sayang, I love you... " bisiknya.
Safira menyerahkan kembali bayinya padaku. Aku meraihnya, lalu memeluk bayi itu.
" terima kasih Hasya sayang, sahabat terbaikku dunia akhirat, aku mencintaimu karena Allah.. " nafasnya semakin tersenggal,
Ia tersenyum menatapku, lalu kudengar Safira mengucap syahadat, dan nafasnya berhenti, namun senyum diwajahnya tetap terlihat."innalillahi wainnailaihi roji'un" aku lemas, dan terduduk dilantai.
Allah...
Sahabatku, sahabatku meninggalkanku dengan bayi cantiknya.Aku memencet bel memanggil perawat. Lalu perawat datang dan memeriksanya, kemudian menutup tubuh sahabatku dengan kain hingga menutup seluruh tubuhnya.
'selamat jalan sahabatku, semoga Allah menempatkan mu bersama orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin.' batinku.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Mother? Can I?
Kısa HikayeMenjadi Ibu di usia muda? Bahkan tanpa menikah dan tanpa pernah hamil. Tentu bukan suatu hal yang mudah. Harus menerima pandangan aneh dari masyarakat, cibiran yang silih berganti, dan harus menerima kenyataan bahwa akan banyak waktu di masa mu...