HAPPY READING:)"Sudah enam tahun ya?" gumam pemuda jakung itu. Menatap figura yang berada di samping kasur-nya. Menatap sedih figura tersebut. Jemari panjang-nya mengusap foto sahabat-nya.
"Lama sekali, kau tak pernah mengabariku," gumamnya kembali. Tak sadar jika lelehan bening yang sedari tadi ia tahan keluar begitu saja. Tapi makin lama, air matanya menetes dengan deras.
"Apa kau melupakan sahabatmu ini?" tanya-nya pada angin kosong tentu-nya dengan nada bicara yang kentara sekali bergetar.
"Tae, ambil bola-nya!" pemuda mungil itu menujuk arah bola yang hampir saja jatuh ke dalam sungai.
"Gotcha! Aku dapat Jimin-ah!" mereka berdua berpelukan lalu berputar-putar. Mereka berdua senang bola-nya tidak masuk ke sungai.
"Taehyung hebat!" Jimin mengacungkan dua ibu jari-nya kepada Taehyung.
"Jiminie juga hebat!" dan mereka berdua tertawa bersama.
~~~
"Tae, aku daoat nilai yang bagus!" sorak Jimin sambil menunjukkan kertas yang ia bawa pada Taehyung.
"Wah, Taehyung dan Jimin sama-sama memiliki nilai yang bagus!" keduanya kembali berpelukan.
~~~
"Jim, ayo jalan-jalan," pinta Taehyung dan Jimin mengangguk antusias.
"Kita ingin kemana Tae?" tanya Jimin sambil menggandeng tangan Taehyung yang lebih besar daripada tangannya.
"Ke taman yang biasa kita kunjungi ketika bermain sepak bola dulu," jawab Taehyung sambil tersenyum.
"Bagaimana jika disana kita juga bermain?" ide yang Jimin lontarkan membuat Taehyung tersenyum senang.
"Tentu! Ayo kita berlari!" keduanya berlari debgan cepat agar mereka sampai di taman lebuh cepat.
~~~
"Maaf Tae, tapi appa memintaku untuk belajar di luar negeri," Jimin kembali sedih melihat wajah Taehyung yang murung. Tapu sahabatnya langsung mendongak dan memperlihatkan wajah senang.
"Tidak apa-apa kok. Kalau Jimin sudah lulus, aku akan setia menunggu di depan rumahmu!" Taehyung berucap dengan nada riang. Tapi air matanya memaksa untuk keluar, dan Jimin mulai menangis karena sahabatnya menangis.
"Aku janji kok, kalau Jimin sudah lulus. Aku akan bawakan banyak hadiah untuk Taehyung!" Jimin memeluk erat badan sahabat-nya itu.
"Yaksok?" Taehyung mengacungkan jari kelingkingnya pada Jimin. Jimin tersenyum tipis.
"Yaksok," kelingking kecil Jimin ditautkan dengan kelingking panjang Taehyung. Hari itu adalah hari terakhir Jimin bertemu Taehyung maupun sebaliknya.
"Huh," helaan nafas itu terdengar sangat menyakitkan. Ia meletakkan kembali figura-nya ke meja kecil. Lalu mengambil handuk yang berada di pinggir kasur, ia harus cepat-cepat mandi.
Tok tok tok
"Sebentar!" Taehyung berhenti merapikan buku-buku yang berada di dalam tas-nya. Lalu segera membukakan pintu rumah, mungkin itu orang tuanya.
Ceklek
"Ibu kok ce- eh?" Taehyung melihat pemuda mungil yang berdiri di depannya. Memakai masker dan topi putih, dengan pakaian dan celana hitam. Dan juga membawa tas, tapi yang menjadi pusat perhatian Taehyung adalah gelang yang dipakai oleh pemuda di hadapannya.
Gelang itu sama seperti gelang yang ia pakai.
"Sudah lama tidak bertemu," pemuda itu berucap lalu melepas masker dan topi-nya. Taehyung memandang kaget pemuda yanga ada di depannya.
"J-Jimin?" Taehyung mencubit lengannya, berharap jika ini semua mimpi.
Chu~
"Apa menurutmu ini semua mimpi? Ini nyata Tae," pemuda bernama Jimin itu mencium bibir tipis Taehyung. Taehyung menampakkan wajah blank-nya. Lalu tangannya itu menangkup pipi Jimin.
"Kau Jimin? Kau benar-benar Jimin?" manik Taehyung berkaca-kaca dan itu membuat Jimin khawatir. "Tae, kau baik-baik saja?" Jimin mengguncang lengan sahabatnya.
"Kau Jimin, kau Jiminku!" dengan segera, ia membawa Jimin ke dalam pelukannya. Jimin sempat terkejut tapi tak lama membalas pelukan sahabatnya.
Masih hangat, sama seperti dulu.
Jimin merasakan pundak-nya basah, ia terkejut ketika melihat wajah Taehyung memerah.
"Kenapa Kim Taehyung cengeng seperti ini hm? Dulu saja jatuh dari tangga Taehyung tak menangis," goda Jimin. Jika boleh jujur, Taehyunh kesal dengan Jimin. Tapi keadaan tidak menguntungkan jika ia tertawa.
"Hei, jangan menangis. Kau ingin membuatku menjadi cengeng lagi hm?" suara Jimin bergetar. Dengan cepat Taehyung menangkup pipi Jimin.
"Aku sudah tak menangis lagi kok," Taehyung segera menghapus jejak air matanya. Lalu tersenyum, bisa ia lihat mata Jimin berkaca-kaca. Sahabatnya itu langsung menghadap atas, mungkin menahan air matanya untuk tidak keluar.
"Duduklah," Taehyung mempersilahkan Jimin untuk duduk. Tapi sahabatnya itu menunjukkan gestur 'menunggu'.
"Eomma, appa," Taehyung berdiri kaku. Tunggu, ada orang tua Jimin juga? Dengan sikap yang belum sepenuhnya tenang, Taehyung menyuruh orang tua Jimin masuk. Melihat orang tua Jimin sedikit terkekeh membuat Taehyung malu.
Apa mereka mendengar semua perkataan-nya tadi? Itu benar-benar memalukan.
"Kami kesini hanya untuk mengantarkan Jimin saja, kami masih memiliki urusan si luar negeri. Kami tidak bisa meninggalkannya," jelas eomma Jimin. Taehyung masih tak mengerti, bingung dengan perkataan eomma Jimin.
"Maaf ahjumma, aku tidak mengerti," Jimin tertawa, sahabatnya masih sama.
"Jadi, eomma dan appa meninggalkanku lagi. Ada urusan bisnis dan mereka tidak bisa meninggalkannya. Karena itu sangat penting dan apa aku boleh tinggal disini?" jelas Jimin dan tentunya dengan pertanyaannya.
"Tanpa kau tanya pun aku akan membolehkanny- eum maaf, maksudnya boleh saja," Taehyung kembali malu. Seharusnya ia ingat jika ada orang tua Jimin yang berkunjung. Jimin tertawa, Taehyung masih tetap konyol.
"Baiklah jika seperti itu, kami akan berangkat kembali. Taehyung, jaga Jimin ya," eomma Jimin mengusap surai gondrong Taehyung dan tentunya Taehyung membungkuk. Lalu mengantarkan orang tua Jimin sampai halaman depan rumah.
"Tae," panggil Jimin sambil memegang tangan panjang dan besar Taehyung.
"Iya?" jawab Taehyung. Mata elangnya menatap wajah Jimin yang putih. Sahabatnya masih putih, sama seperti dulu. Tapi sahabatnya itu mendekati wajah Taehyung, lalu mencium bibir tipis Taehyung. Yang Taehyung rasakan adalah lembut dan manis. Sedikit terkejut tapi ia memejamkan matanya, melumat bibir berisi sahabatnya. Begitupun sebaliknya, sampai mereka berdua bermain lidah.
Tak lama Taehyung menggendong Jimin, ciuman itu sudah dilepas. Ia mengecup pipi Jimin, sahabatnya melakukan hal yang sama.
"Kita masuk rumah saja," bisik Taehyung dan itu membuat Jimin merinding.
END
Terimakasih yang sudah membaca:")