Pengacara Muda

897 161 37
                                    

Ganta tak main-main dengan kata-katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganta tak main-main dengan kata-katanya. Dia melaporkan Putri ke polisi agar kasus beberapa tahun lalu dibuka kembali. Dia dibantu Fikri, teman SMA Ganta yang sekarang sudah menjadi pengacara.

"Makasih, ya, Fik," ucap Ganta sebelum turun dari mobil Fikri.

"Sama-sama. Kalau ada apa-apa telepon aja. Jangan sungkan."

"Iya. Beneran nih enggak mau mampir dulu?"

"Makasih, Ta. Aku langsung pulang aja, sudah ditunggu klien."

"Oke deh."

Bergegas Ganta keluar dari mobil Fikri. Sejak terlibat kerja sama, Ganta dan Fikri sering bertemu. Ganta menunggu mobil Fikri jalan, setelah tak terlihat, dia masuk ke rumah. Disambut senyum ceria Auriel.

"Mama, kok Om Alfa enggak pernah ke sini lagi sih? Padahal aku pengin loh ngajakin dia main," tanya Auriel membuntuti Ganta sampai kamar.

"Dia sedang sibuk, Sayang. Kan bisa main sama Mama," ujar Ganta mengambil pakaian santai di lemari, lalu pergi ke kamar mandi untuk ganti.

Wajah Auriel tertekuk, dia duduk di ranjang, menunggu Ganta kembali ke kamar. Setelah beberapa menit, akhirnya Ganta masuk kamar.

"Aku bosen, Ma, selalu di rumah. Kenapa sih aku enggak boleh keluar-keluar?"

"Sabar, ya, Sayang. Kondisinya belum aman," jelas Ganta mendekati Auriel dan duduk di sebelahnya.

"Mami Carla sekarang sibuk, Om Ganteng juga udah enggak pernah ke sini, Bunda Ratna ke sini kalau Minggu doang. Kenapa sih orang dewasa selalu sibuk, Ma?"

Ganta tersenyum mendengar pertanyaan polos putrinya. Dia mengelus rambut Auriel sambil menjelaskan, "Karena orang dewasa harus bekerja buat kebutuhan sehari-hari. Buat beli makan, biaya sekolah dan lain-lain."

"Oh, gitu, ya, Ma?"

"Iya, Sayang. Tadi di sekolah kamu belajar apa saja?"

Obrolan ibu dan anak siang itu mengalir begitu saja sampai tak terasa keduanya tertidur.

Di sisi lain, Putri sedang menangis sesenggukan di pelukan Alfa. Dia takut masuk penjara. Posisi Alfa tersudut, di satu sisi, dia harus melindungi Putri sebagai adik sepupunya, sisi lain, Putri memang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Alfa menghela napas dalam, dia memijat keningnya yang pening.

"Kak Alfa, tolong bilang sama Ganta untuk cabut laporannya," ujar Putri sambil sesenggukan memeluk erat perut Alfa.

Alfa tak bisa menjawab, dia juga bingung. Doni yang mengetahui masalah itu hanya bisa pasrah karena Ganta memang berhak menuntut.

"Pak Sugeng," panggil Doni.

"Iya, Pak." Sugeng mendekati Doni yang duduk di depan Alfa dan Putri.

"Tolong siapkan mobil. Saya mau pergi."

"Papa mau ke mana?" tanya Alfa cepat, sebelum Doni beranjak dari tempat duduknya.

PRAETERITA MEMORIAS (Mataku memang buta, tapi hatiku tak buta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang