Foto-foto berserakan di meja setelah seseorang membantingnya. Rahangnya mengeras, bahkan kedua tangannya mengepal kuat.
"Jadi, Alfa sudah menemukan wanita itu?" tanya pria berjas hitam kepada salah satu anak buahnya ketika mereka bertemu di kantor cabang Group Pamungkas, Surabaya.
"Sepertinya begitu, Pak," jawabnya sambil sedikit membungkuk, tanda menghormatinya.
"Apa ini alasan dia selalu menghindar jika saya meminta segera menikahi Putri? Terus siapa gadis kecil itu?"
"Saya belum menemukan informasi tentang gadis itu, Pak. Tapi, dia sering dijemput Mas Galang kalau pulang sekolah."
"Anaknya Galang?" tanya Rehan memutar tubuhnya menatap anak buahnya penuh selidik.
"Saya belum bisa memastikan."
"Kamu cari tahu anak itu!" titah Rehan dengan sorotan mata menyalang.
"Baik, Pak!"
"Kamu boleh pergi! Selidiki anak itu!" usir Rehan bersuara tinggi.
Bergegas orang berjaket kulit, tubuh kekar, berkacamata hitam itu keluar dari ruang kerja Rehan.
Galang dan Arista memang meresahkan. Mereka harusnya aku lenyapkan dari muka bumi ini, batin Rehan lantas mendengkus.
***
Wanita paruh baya yang masih tampil cantik serta terawat itu sibuk mengawasi kafe putranya yang selalu ramai. Dia membantu di kasir. Selain mengawasi kafe, dia juga memiliki toko kue. Lonceng di atas pintu kafe bunyi, menandakan pintu terbuka.
Arista yang duduk di belakang meja kasir mendongakkan kepala, melihat Galang datang bersama Auriel. Senyum mengembang di bibirnya. Galang dan Auriel pun menghampiri.
"Halo, Sayang. Baru pulang sekolah, ya? Udah makan belum?" tanya Arista langsung memeluk Auriel dan mencium pipinya.
Sejak Auriel di dalam kandungan, Arista sudah menganggapnya seperti cucu sendiri. Dia merasa iba kepada Ganta yang hamil di usia muda tanpa suami.
"Sudah, Nenek. Tadi makan friend chicken sama Om Ganteng." Auriel melendoti Arista.
"Galang, jangan keseringan diajak makan junk food," omel Arista mencubit pelan lengan Galang.
"Auriel yang minta, Ma."
"Kamu yang udah dewasa harusnya ngerti dong. Dikasih pengertian."
"Maaf, Ma," ucap Galang menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sayang, mau ikut Nenek ke toko atau mau di sini?" tawar Arista mengelus rambut Auriel.
"Ikut ke toko Nenek aja."
"Oke deh." Arista berdiri, mengambil tasnya di laci meja kasir, lalu memakai blazer-nya. "Lang, Ganta pulang kerja jam berapa?" tanya Arista sebelum meninggalkan kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA MEMORIAS (Mataku memang buta, tapi hatiku tak buta)
RomanceApa sih PRAETERITA MEMORIAS itu? Ini adalah bahasa Latin yang artinya KENANGAN MASA LALU. Apa hubungannya dengan cerita ini? Silakan baca deskripsinya. Setelah terjadi kecelakaan itu, keluarga Pamungkas yang diwakili Rehan mengumumkan, bahwa pewari...