Putus Persaudaraan

884 149 10
                                    

"Ta, apa hal yang bikin kamu menerima Alfa sekarang?" tanya Carla ketika mereka berbaring di kamar, beranjak ingin tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta, apa hal yang bikin kamu menerima Alfa sekarang?" tanya Carla ketika mereka berbaring di kamar, beranjak ingin tidur.

Sambil menatap langit-langit, Ganta menjawab, "Banyak hal yang aku pertimbangkan selain aku masih mencintainya, La. Pertama, karena Auriel sudah sangat dekat sama Alfa. Mereka seperti tidak mau dipisahkan. Kedua, janjiku kepada Bu Lisa, dia memintaku untuk membantu Alfa dalam kondisi apa pun. Ketiga, aku melihat kesungguhannya. Bertahun-tahun mencariku, setia sampai rela tidak menikah, bahkan dia berani melakukan sesuatu yang mungkin orang sulit melakukannya."

"Apa itu, Ta?"

"Memilih satu di antara dua pilihan. Itu hal yang terlihat mudah, tapi jika dijalani sangat sulit."

"Iya, aku setuju denganmu. Seperti yang aku alami kemarin, memilih bertahan karena mertuaku yang sangat baik atau melepaskan Roy yang sejujurnya aku masih mencintainya. Sulit, Ta, pengorbanan kami selama bertahun-tahun pupus hanya karena orang lain. Rasanya sakit banget," ucap Carla dengan suara parau, menahan tangis.

"Sabar, La. Aku yakin, suatu saat akan ada pria yang mau berjuang buat kamu. Memang sakit jika kita berjuang sendiri. Keputusanmu tepat, bukan kamu yang ingkar janji, tapi Roy yang sudah berkhianat."

"Aku enggak habis pikir, kenapa dia tega melakukan itu, Ta? Dulu sebelum kami menikah, dia seperti pahlawan di mataku. Berjuang bersama meyakinkan keluarganya kalau aku ini tulus mencintai dia bukan karena harta. Setelah semua dapat terlewati, dia berkhianat begitu saja, apa dia lupa perjuangan kami dulu?"

Air mata Carla pecah, ternyata meskipun dia selama ini terlihat baik-baik saja, tetapi Carla menyembunyikan kesedihannya sendiri. Malam ini dia akan keluarkan semua unek-uneknya yang menyesakkan dada.

"Udah, La. Kamu yang sabar. Semua sudah terjadi, sekarang yang kamu lakukan adalah move on. Jangan menyesali sesuatu yang telah lewat. Itu malah bikin kita terjebak dan enggak bisa melanjutkan hidup. Udah, ya? Sekarang kita fokus sama keadaan saat ini dan untuk masa depan." Ganta mengelus lengan Carla yang menangis terisak-isak.

"Iya, Ta. Maaf kamu malah dengerin keluh kesahku," ucap Carla menghapus air matanya.

"Enggak apa-apa, La. Kapan pun kamu mau cerita, aku siap menjadi pendengar setia. Kalau kamu butuh bantuan, aku akan lakuin semampuku. Sekarang kamu sudah lega, kan?"

Carla mengangguk. "Iya, perasaanku sudah lumayan lega, Ta. Setidaknya aku sudah mengeluarkan unek-unek yang selama ini aku simpan sendiri. Makasih, ya, sudah jadi pendengar setia."

Ganta mengangguk dan tersenyum manis. Terkadang kita hanya butuh seseorang mendengarkan keluh kesah kita, tanpa dia melakukan sesuatu buat kita, itu cukup melegakan hati.

"Tidur yuk! Besok pagi kamu kan, harus siap-siap opening." Ganta menarik selimut, menyelimuti tubuhnya sebatas perut. Auriel tidur di tengahnya dan Carla.

"Besok kamu datang, kan?" tanya Carla menatap Ganta penuh harapan.

"Insyaallah. Eh, kamu enggak telepon Galang?"

PRAETERITA MEMORIAS (Mataku memang buta, tapi hatiku tak buta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang