Jangan Biarkan Dia Pergi

759 152 18
                                    

Menatap gedung pencakar langit tempatnya bertahun-tahun mengabdi, rasanya sangat berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menatap gedung pencakar langit tempatnya bertahun-tahun mengabdi, rasanya sangat berat. Ganta menghela napas dalam. Dia membulatkan tekad. Amplop putih yang ada pada genggamannya menunjukan bahwa ucapan kemarin tak main-main.

"Ya Allah, jika emang ini jalannya, insyaallah aku ikhlas. Sebenarnya aku sudah nyaman kerja di Putra Jaya."

Meski berat, Ganta melangkah masuk ke kantor itu. Dia berjalan lesu sambil menunduk. Sampai di depan lift, dia menunggu sesaat. Tak berapa lama lift pun terbuka. Ganta menegakkan kepalanya.

Mata Ganta membulat sempurna saat melihat orang berjas hitam, gagah, dan tampan berdiri tegap di hadapannya. Jantungnya seperti ingin lepas. Apa dia sedang berhalusinasi? Ini bukan mimpi, kan? Kaki Ganta tiba-tiba berat saat ingin melangkah. Pintu lift akan tertutup, tetapi tangan orang itu menahannya.

"Jadi naik enggak?" tanya dia dengan suara khasnya yang berat dan maco.

"Ah, iya." Ganta berusaha menetralkan detak jantungnya dan bersikap seolah tak kenal.

Di dalam lift, Alfa dan Ganta saling diam, mereka seperti orang tak saling kenal. Bagi Alfa wajar karena dia tak pernah melihat wajah Ganta selama ini. Namun, bagi Ganta, ini bukan pertama kali dia melihat Alfa. Mereka pernah menjalin hubungan spesial hingga Ganta melahirkan Auriel.

Ya Allah, kenapa dia bisa di sini? bantin Ganta, jantungnya berdegub sangat kencang.

Sampai lift terbuka di lantai lima, mereka keluar bersama. Alfa masih membisu, bersikap cuek, melirik Ganta saja tidak. Ganta berjalan di belakang Alfa yang tidak mengenalinya. Rasanya sangat sakit, tetapi Ganta bertekad tak ingin Alfa mengetahui hubungan mereka di masa lalu. Bahkan tak ada niat sedikit pun dalam hati Ganta untuk mempertemukan Auriel dengan papanya, yaitu Alfa.

Ada urusan apa dia datang ke kantor ini? Apa dia datang untuk mencariku? Mustahil. Aku yakin dia pasti sudah melupakanku. Kejadian itu sudah delapan tahun berlalu, pasti dia juga sudah menikah dengan Putri. Ah, Ganta, lupakan dia, Alfa enggak mungkin ingat kamu. Kuat-kuat Ganta membuang pikirannya tentang Alfa.

Sampai di ruang pemilik perusahaan itu, Alfa berhenti sedangkan Ganta lanjut berjalan ke ruang kerjanya. Di sana ada Anita yang sudah menunggu Ganta dengan tatapan tak suka.

"Ngapain kamu datang lagi ke sini? Bukannya kamu udah mengajukan surat pengunduran diri?" ucap Anita sinis.

Padahal surat pengunduran diri itu belum diserahkan Ganta ke HRD. Namun, kabar Ganta akan berhenti bekerja sudah diketahui seluruh karyawan.

"Aku cuma mau ambil barang-barang terus pergi. Males lihat muka kamu." Tak mau kalah dengan Anita, Ganta membalas dengan tatapan tajam. "Minggir sana!" usir Ganta menyingkirkan Anita yang berdiri di depan meja kerjanya.

Dengan sebal Anita pun pergi, Ganta tersenyum puas. Dia tak pernah takut dengan Anita, si perempuan licik dan berhati iblis itu.

"Ta, kamu serius?" tanya Ratna bersedih menatap Ganta.

PRAETERITA MEMORIAS (Mataku memang buta, tapi hatiku tak buta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang