Enam

76 4 0
                                    

Ihza, Samudra, dan Aludra yang kini tengah melewati lorong kelas Eliza.  Ihza sangat-sangat menghindari jalan itu pasalnya dia tidak mau melihat Eliza sekalipun dia terlalu merasa bersalah pada Eliza karena telah mempermainkan perasaan tulusnya hanya untuk seorang Ihza Altair. Meski begitu Eliza memang orang yang bertahan paling lama dibanding semua Mantan Ihza sehingga kenangan yang mereka miliki pun cukup untuk membuat mereka masing-masing sulit move on.  Tapi meski mereka memiliki hubungan yang lama tapi itu dulu sewaktu mereka ada di bangku SMP jadi teman-teman SMA Ihza tidak mengetahui hubungannya dengan Eliza kecuali kedua sahabatnya. 

Mungkin hari itu Ihza sedang sial, dan akhirnya berpapasan dengan Eliza. Keduanya kikuk karena mereka tidak pernah saling sapa sejak mereka putus,  tapi masih tampak jelas di wajah Eliza bahwa dia masih menyimpan rasa yang mendalam Pada Ihza. Ihza memang ingin berbicara dengan Eliza terlebih untuk mengatakan rasa maafnya, Samudra dan Aludra yang memahami situasi Ihza mereka  memilih untuk meninggalkan Ihza agar ia bisa berbicara dengan Eliza.

"hai el"

"hai Ihza"

"kamu mau masuk kelas sekarang el?"

"em iya, kenapa?"

"aku boleh bicara dulu sama kamu ga?"

"iya,  boleh"

Mereka berdua pun berjalan menuju taman  belakang sekolah
"za, kamu mau ngomong apa?"

"aku mau minta maaf banget sama kamu soalnya aku udah jahat banget sama kamu,  setelah kita putus aku bener-bener ngejauhin kamu padahal ini semua salah aku tapi aku malah makin memperparah rasa sakit hati kamu el"

"ah soal itu it's okay za aku udah maafin kamu ko gausah terus-terusan ngerasa bersalah aku tau ko kamu juga dulu udah berusaha membuka hati kamu buat aku tapi kamu ga mampu kan karena sepertinya ada orang lain disana"

"hmm, mungkin perkataan kamu benar tapi aku makasih banget sama kamu karena kamu udah maafin aku, kita sekarang bisa berteman aja kan el?"

"okay kita temenan" Ihza dan Eliza bersalaman

Tak jauh dari keberadaan Ihza dan Eliza berdiri seorang wanita yang sangat familiar dengan Ihza orang itu memotret kebersamaan Ihza dan Eliza.

Ihza pun berjalan menuju kelasnya dengan perasaan lega. Dia merasa beban kebersalahannya sedikit berkurang. Dan kebahagiaannya bertambah berkali lipat saat ia melihat wanita yang tengah ia kagumi sudah duduk manis di bangku mereka berdua.

"pagi senna" Ihza menyapa senna dengan senyuman mautnya

"hmm iya pagi" Senna hanya menjawab singkat

"pagi-pagi jangan ketus gitu dong, kan kemaren udah aku sukai sama dikasih komentar foto cantik kamu"
Senna yang mendengar ucapan Ihza itu memberikan tatapan tajam padanya karena ia tak suka jika Ihza terus membahas sesuatu yang membuat orang lain mencurigai dirinya.

"diem lo ya, mulut loh perlu dicabein ya biar ga banyak ngumbar gosip?"

"gosip apaan deh ? Gue gasuka gosip sukanya lipgos" Ihza hanya menjawab dengan candaannya

"au ah ngomong sama lo mah gabakal nyelesain masalah" senna kesal lalu beranjak meninggalkan Ihza sendirian ditempat duduk mereka

Saat Senna pergi meninggalkan kelas dia melihat Raga sedang berbicara dengan seorang perempuan yang tidak familiar baginya. Dan jujur Senna sedang tidak tetarik dengan pemandangan itu toh itu bukan urusan dia jika Raga dekat dengan wanita lain karena Raga tidak lebih dari seorang teman baginya.

Senna hanya berjalan-jalan menyusuri lorong yang sudah mulai kosong karena jam masuk kelas akan segera dimulai tapi moodnya belum juga membaik. Saat dia sedang tertunduk tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya

"heh kalo jalan jangan sambil nunduk tar nabrak baru tau rasa lo"

"ngapain lagi lo ngikutin gue?"

"lah gue mah peduli takutnya lo kesiangan terus dihukum kan kalo sendirian kasian kaya jones mending ditemenin sama gue, kalo engga kita bolos bareng-bareng aja gimana?" lagi-lagi Ihza yang selalu merusak suasana hatinya

"gue tuh sengaja keluar kelas buat jauh-jauh dari lo, lo malah muncul kaya setan di depan gue, kebangetan lo ya"

"gatau kenapa ya kalo gue dijelek-jelekin sama orang lain suka kesel gue tapi kalo sama lo mau dibilang kaya setanlah,  iblislah, ko gue malah seneng ya?" Ihza menampakkan wajah polosnya

"gue saranin sih lo ke dokter saraf deh ya sapa tau di otak lo ada saraf-saraf kejepit yang buat lo banyak ga warasnya, udahlah plis jauh-jauh dari gue takutnya gue kena alergi kalo deket sama lo terus"

"kalo alerginya namanya cinta gimana?" Ihza membisikan kata-kata itu dengan sangat intens di telinga Senna. Senna yang mendapatkan perlakuan itu seketika mematung dan terhanyut dengan suasana keduanya saat itu. Namun, senna cepat-cepat mendorong bahu Ihza dan dia berlari meninggalkan lelaki itu.
.
.
Keadaan kelas saat itu sangat ricuh, berbeda halnya dengan Samudra dia selalu serius, dingin, dan cuek dengan semua situasi kelasnya yang ia tahu hanya belajar-belajar dan belajar. Tapi dia bisa terbuka dan humble hanya kepada dua sahabatnya Ihza dan Aludra, sejujurnya persahabatan mereka pun tidak masuk akal karena dulu mereka atau lebih tepatnya Samudra bermusuhan dengan Ihza. Dan suatu saat mereka dihadapkan dengan satu kondisi yang mengharuskan mereka bekerjasama dan akhirnya bisa berteman hingga saat ini.

Samudra yang mudah bosan ketika jam Kosong dan kelasnya yang gaduh akhirnya memutuskan untuk keluar dari kelas. Ia berjalan menuju perpustakaan, tak sengaja ia menyenggol kepala seorang wanita yang sedang membetulkan tali sepatunya.
"aw, aduh sakit" wanita itu mengaduh kesakitan

"eh sorry ya gue gasengaja tadi gue lagi nyari-nyari lagu jadi ga fokus liat jalan" Samudra berusaha memberikan alasan

"iya, gapapa ko lain kali lebih hati-ti lagi ya"
Wanita itu tidak terlalu banyak komentar dan itu membuat Samudra senang

"tapi lo beneran gapapa? Kalo masih sakit gue anter ke UKS aja mau?"

"gaperlu gapapa ko, udah ga terlalu sakit juga"

"yakin?"

"Iya, kalo kamu mau pergi silahkan duluan aja"

"yaudah, gue duluan ya gue mau ke perpus" Samudra pamit pada wanita itu

"iya" wanita itu tersenyum padanya
Dan sekali lagi Samudra menoleh padanya dan ia lihat name tag yang wanita itu kenakan Ayana Estelle  dan tanpa ia sadari ia bergumam dan mengatakan "Cantik".

Untuk SennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang