Pretending

4K 607 88
                                    

Hi! Let's go, kajja, ikou!

.
.
.
.
.

"Mark Lee"

Plak!!!

"Bajingan"

Mark terdiam. Seorang Lee Jeno yang selama hidupnya selalu terlihat lembut dan penyayang kini telah menamparnya. Jujur saja, hati Mark sakit melihat itu. Namun ia tak dapat menyangkal bahwa sang adik menjadi seperti ini pun karena ulahnya.

Diusapnya tapak merah bekas tamparan di pipi.

"Mark Lee" Jeno menarik kasar kerah seragam sekolah Mark sehingga kening mereka beradu.

"Iya, akulah sang bajingan" Tak ada penolakan atau perlawanan dari sosok yang lebih tua.

"Kenap—"

"Ternyata tak ada yang senyaman pelukan Haechan. Tak ada yang semanis Haechan. Tak ada yang aku sukai selain Haechan" cairan bening mulai menutupi pandangan yang lebih tua, dan sedikit demi sedikit mengucur melintasi pipi kemerahannya lalu jatuh.

Dilepasnya cengkraman tangan Jeno pada kerah sang kakak. Pandangannya meneduh menatap miris pada Mark seraya bertanya "Lalu mengapa kau tidak menemuinya? Ia merindukanmu dan masih mengharapkanmu"

"Aku takut." jawaban singkat Mark sukses membuat bingung si pemilik eye smile di hadapannya. Mark mengerti kebingungan si adik, lantas melanjutkan kata-katanya. "Aku takut jatuh cinta terlalu dalam. Aku sadar bahwa kami berbeda dan sulit untuk menyatu. Niatku hanya ingin menjauh sebelum rasa cintaku semakin dalam"

Ucapan Mark ada benarnya. Bukankah seorang manusia tidak akan bisa hidup bersama dengan seorang duyung? Meskipun bisa, pasti harus mengorbankan suatu hal yang sangat berarti.

"Tapi ternyata perasaanku pada Haechan memang sudah terlanjur mendalam." Kekehan bercampur isakan sang kakak terdengar sangat menyakitkan dan menyayat hati Jeno. Sekarang ia paham perasaan Mark yang sebenarnya masih sangat mencintai Haechan. Perlahan Jeno membawa Mark kedalam pelukan lalu berusaha menenangkan hati kakaknya itu.

.
.
.
.
.

Di sisi lain, seorang pemuda dengan satu kunciran rambutnya yang biru seperti air mancur sedang mencorat-coret selembar kertas dan mendengarkan berbagai macam notifikasi dari handphone sembari tak henti-hentinya menggumam, entah itu mengenai coretannya, perutnya yang lapar atau umpatan terhadap seseorang.

Dirasa apa yang ia tulis sudah lengkap, ia pun segera memotretnya dan memberi tahu teman-temannya di grup chat salah satu platform.

Kerutan di dahi si pemuda surai biru tercetak jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kerutan di dahi si pemuda surai biru tercetak jelas. "Bisa-bisanya si Jeni ini! Padahal aku sudah menyusun rencana dan memikirkannya matang-matang"

Setelah beberapa menit mengumpati Jeno, Jisung pun merebahkan tubuhnya ke atas kasur lalu memejamkan mata. Dalam pandangannya yang gelap, tiba-tiba terbesit sesosok duyung berekor putih yang ia kenal, yaitu Chenle. Sontak matanya terbuka lebar melebihi biasanya.

"Apa-apaan tadi? Kenapa duyung tengik itu selalu muncul disaat aku terpejam?!" gumamnya pelan namun dengan penekanan. Perkataan Chenle sore tadi ikut terdengar di telinganya seolah-olah mengisi seluruh ruangan yang Jisung singgahi "Aah ada maupun tak ada, dia selalu membuatku kesal!". Pemuda itu bangkit dari tidurnya sambil memasang wajah yang merah padam serta bibir mengerucut lucu menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal.

"Tapi benar juga apa kata Chenle ... Ah, Mark bodoh"

"Besok turnamen, kita lihat saja apakah si kapten akan hadir atau tidak"

"Aku lapar"

Begitu seterusnya, bermonolog ria sesekali membuka handphone lalu tertidur pulas begitu saja.

.
.
.
.
.

"Halo, Jaemin disini~" kata Jaemin pada seseorang di sebrang sana melalui handphone canggihnya.

"Halo, Jaemin! Jeno disini~"

Kekanakan memang, namun itulah cara mereka membuat kebahagiaannya sendiri. Mereka adalah sepasang kekasih yang seperti biasanya. Menjalin kasih, berbagi afeksi, memberi perhatian, tak jarang ada pertikaian, pernah hampir berpisah. Namun satu yang belum pernah menghiasi hubungan mereka, yaitu orang ketiga.

"Ah iya, besok bagaimana? Mark Hyung akan ikut turnamen kan?"

"Sepertinya ikut, tapi kemungkinan besar ia akan menganggur karena tidak fokus"

"Kapten yang malang"

Jaemin yang mudah cemburu namun tidak pemarah dan happy virus, lalu Jeno yang penyayang namun kaku dan sedikit pemalu. Saling melengkapi bukan?

Bercengkrama lewat telepon di malam hari hingga salah satunya tertidur lelap sudah menjadi kebiasaan mereka.
Manis memang. Tetapi ketika pagi datang, pasti ada satu pihak yang merana saat sarapan karena baterai ponselnya habis dan tidak diisi daya semalaman.

Semenjak pertemuan mereka dengan dua saudara duyung Haechan agak membuat Jaemin was-was. Tak dapat ia pungkiri, pesona duyung memang tak dapat ditolak begitu saja.
Berawal dari menguping percakapan antara Jisung dan Haechan di dalam kelas saat pulang sekolah, berlanjut membuntutinya ke pantai dan berujung pertemuan pertama mereka dengan duyung.

"Ku harap besok Renjun akan ikut ke dermaga"

Dan kemudian terpesona hingga tak sadar jika memiliki rasa.

________________________
.
.
.
.
.

Hi, apa kabar?
Gimana nih yg ikut SNM? Semoga hasilnya memuaskan yaa~

Yg ikut SBM, udah siap belum? Semoga nanti pas test hasilnya baik ya~

Kemungkinan chapter selanjutnya aku mulai ngegambar fanart buat book ini
hshshs
T_T

Terima kasih buat vote dan komentarnya!
See u~

Terima kasih buat vote dan komentarnya!See u~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang