Coming Home

7.7K 1.2K 229
                                    

Sebelum pandangannya benar-benar menggelap, Jisung sempat melihat samar-samar orang yang berenang menghampirinya.

Sosok itu menarik Jisung dan membawanya berenang ke arah dermaga. Setelah tubuh Jisung dinaikkan ke atas dermaga, sosok itu pun ikut duduk dan mengecek nadi dan napas Jisung.

Dirasa tidak ada hembusan napas dari hidung maupun mulutnya, ia langsung melakukan CPR.
Ditekannya dada Jisung berkali-kali dan ia juga sudah mencoba memberinya napas buatan. Namun nihil, tak ada pergerakan sama sekali dari Jisung.

Tiba-tiba, sosok itu bernyanyi.
Menyanyikan lagu yang tadi membuat Jisung kehilangan kesadarannya.
Tak lama, dua sosok lainnya datang menghampiri mereka.
Satu orang dengan rambut coklat keemasan dan satu lagi dengan rambut ungu, serta pernak-pernik yang mengkilau di tubuh mereka.
Dan ekor putih yang indah.
Iya, sosok itu adalah sosok yang Jisung cari-cari.

"Haechan.. I-itu temanmu yang kemarin kau ceritakan?" tanya si surai coklat.

"Iya Renjun. Adikmu yang mencelakainya. Chenle-ya! Tanggung jawab!" bentak Haechan sembari menunjuk si surai ungu bernama Chenle.

Yang ditunjuk hanya menatapnya dengan rasa bersalah. Perlahan ia menarik lengan Jisung lalu mengusap punggung tangannya pelan. Ia melafalkan sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh manusia.
Cahaya berwarna ungu pias menguar dari telapak tangan Chenle dan mulai menyebar melalui nadi Jisung.

Perlahan, Jisung mulai mengeluarkan air yang telah terminum. Setelah air itu keluar semua, Jisung pun tersadar.

"Hng.. Ibu.. Ayah.."

"Masih manja ternyata." celetuk Renjun.

Terdengar helaan nafas lega dari Haechan yang mengelus dada dan segera memeluk Jisung.

"Untung kau selamat.. Anak bodoh, kenapa kamu bisa sampai seperti ini hm?" ucap Haechan disela-sela kegiatan mengusap punggung Jisung.

"M-molla..  Aku terus berjalan tanpa sadar kalau air sudah sebatas dadaku. A-aku—"

"Sssttttt sudah sudah.. Cepat lah pulang. Hari sudah begitu gelap." titah Renjun.

Jisung yang mendengar suara itu pun langsung melepaskan pelukan Haechan dan segera menatap horror dua makhluk yang kepalanya menyembul di air.

"K-kaliaaan.. Aaaaaa Haechaaaan— hmph!"

"Ssssttttt.. Jangan berteriak, Jisung! Kau tidak mau melihatku diburu manusia jahat kan?" tegas Haechan sembari membekap mulut Jisung agar tidak bersuara.

Jisung mengangguk ragu. Setelah bekapannya dilepas, Jisung membekap mulutnya sendiri dan menunjuk kaki— ekor Haechan.

Ya, Haechan adalah seorang Manusia Duyung. Surainya merah dengan ekor
senada yang menawan.

Jisung masih tidak percaya dengan apa yang Ia lihat. Ditepuknya pipi mochi itu oleh tangan besarnya.

"Sakit" gumamnya pelan.

Itu artinya hal mustahil didepan matanya adalah nyata.
Bukan imajinasi semata.

"Ini bukan mimpi. Pulanglah sebelum ada yang mencarimu." titah si surai ungu. Nadanya dingin disertai tatapan mata yang entah mengapa terasa menghujam hati Jisung bertubi-tubi. Seperti ada amarah di dalam sana.

"Haechan akan ikut kami malam ini. Kau cepatlah pulang dan berganti pakaian, nanti kau sakit. Orangtuamu pasti sedang mengkhawatirkan mu.. " berbeda dengan si surai ungu, si surai cokelat ini lebih lembut dan tak disangka, ia memberikan senyum manis pada Jisung.

"A- hng.. Baiklah.. A-aku pulang dulu"
Dengan kikuk, Jisung berusaha berdiri. Kakinya masih gemetar karena semua keanehan ini, ditambah udara dingin yang menyentuh badannya yang basah.

Ia pun berjalan menuju sepeda miliknya. Sesekali menoleh kebelakang, memastikan Haechan sudah pergi bersama kedua temannya.

Diraihnya kantong belanjaan yang menggantung di sepedanya dan segera merogoh-rogoh isinya. Ia mencari handphonenya.

Tidak ada.

"Dimana ya.."

"Memangnya aku bawa handphone ya?"

Jisung lupa kalau Ia tidak membawa handphone. Ia sudah was-was jikalau handphonenya ikut tenggelam tadi.

Setelah tenang, Ia pun mulai menaiki sepeda dan mengayuhnya dengan kecepatan yang ia bisa.

Ketika sampai, ia mengambil kantong belanjaan dan menyimpan sepedanya asal.
Terburu-buru berlari ke dalam rumahnya yang hangat.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sang ibu yang sedang mondar-mandir sembari menatap handphone di tangannya. Juga sang ayah yang sedang berusaha untuk menenangkan ibunya itu.

"Ayah, Ibu.. " panggilnya.

Sontak kedua orang yang sedang kalut itu menoleh, berlari dan langsung memeluk Jisung.

"Kau kemana saja?! Membuat Ibu khawatir saja!" bentak sang ibu.

"Kenapa bajumu basah, nak?" tanya ayahnya heran.

"Aaa... Um.. J-ji kedinginan.. Tolong biarkan Ji berganti pakaian dulu"

"Huh.. Baiklah. Ibu akan membuatkan susu hangat untukmu" sang ibu melembutkan nada bicaranya dan mengelus lembut pipi putra satu-satunya.

Jisung pun berjalan lunglai ke dalam kamar dan langsung memasuki kamar mandi pribadinya.
Air mengguyur seluruh tubuhnya dan meluruhkan pasir pasir dari rambut serta badannya.

Setelah selesai membersihkan diri dan menggunakan pakaian hangat, Jisung turun ke ruang keluarga dimana kedua orangtuanya sedang menunggu penjelasan darinya.

Ia bingung.

Haruskah Ia menceritakan semuanya?
Apakah orangtuanya akan percaya?

Meskipun Jisung anak yang sombong di sekolah, namun Ia tetap anak yang lugu di hadapan kedua orangtuanya.

Bukan bermuka dua.
Itu hanya sikap yang wajar di hadapan orangtua kan?

_____________________________

TBC UwU

Seperti biasa, aku ngaret hshshs.. Mianhae~

Votement nya dong~
Jangan sider :(

Atau aku unpub aja ya?











/dihajar readers/

Gomawo readers-nim ku~
UwU

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang