What Is Love?

3.1K 530 118
                                    


"Karena kalian telah terikat dengan kami, para duyung"

"Haha, terikat katanya..."

Kriiing!!!

Bel pertanda bahwa sudah saatnya untuk pulang sekolah pun berbunyi dan berhasil membuyarkan lamunan pemuda surai biru yang tadi terkekeh sendiri.

"Ji, hari ini aku dan Jaemin tidak ikut ke pantai ya?" Dari bangkunya yang tak terlalu jauh, Jeno berbisik pada Jisung.

Hari ini sangat melelahkan dan mungkin Jisung juga tidak akan ke pantai. "Kencan? Aku ikut" canda Jisung.

"Haha, kencan sana dengan duyung" Jaemin membalas disertai tawa juga kekehan Jeno.

"Kau pikir aku ini Mark hyung?" Ruangan kelas semakin kosong penghuni dan kini menyisakan mereka bertiga yang sedang tertawa terbahak-bahak. Selang beberapa saat, Jeno mengajak Jaemin dan Jisung untuk pulang karena ia ingin buru-buru menghabiskan hari ini bersama sang kekasih. "Ayo cepat, nanti waktu bermesraannya jadi sedikit" katanya.

"Cih, budak cinta"

.
.
.
.
.

Pukul 8 malam dan Jisung tak mendapatkan satu pun jawaban atas pesan-pesan singkatnya di grup geng mereka.

"Sombong sekali" gumamnya.

Sesekali pemuda itu melirik kalung di lehernya. Sedari tadi terngiang di otaknya tentang bagaimana jika ia menemui Haechan di pantai, daripada kesepian seperti ini.

"Ck, aku akan pergi ke pantai sekalian membeli cemilan. Aku bisa mati kebosanan disini"

Setelah bersiap, Jisung langsung meminta izin pada ibu dan ayahnya. Sempat ada penolakan dari mereka, namun akhirnya mereka luluh dengan rengekan Jisung.

Seperti biasa, pemuda itu meluncur bersama sepeda kesayangannya. Bukannya ia tak bisa mengendarai motor, hanya saja ia lebih menyukai sepeda daripada mesin-mesin itu.
Setelah membeli beberapa bungkus makanan ringan dan botol minuman non-alkohol, kini kakinya telah menapaki pasir pantai dan segera berlari kecil ke arah dermaga. Ditiupnya kerang kecil yang menggantung di leher Jisung, lalu selang beberapa saat, muncullah sosok manusia duyung berekor putih.

"Chenle? Aku kira Haechan atau Renjun yang akan datang"

"He? Kau tidak menginginkan aku? Baiklah, aku per—" belum sempat berbalik, bahunya ditahan oleh tangan besar milik Jisung.

"T-tidak, aku hanya bercanda, Chenle-ya!" jelas Jisung sambil memanyunkan bibirnya seperti anak bebek. Melihat wajah Jisung, Chenle tak tahan untuk tidak tertawa geli.

"Jangan tertawa! Temani aku, aku kesepian"

Kekehan lembut Chenle mengalun ke telinga Jisung dan membuatnya cukup terpana. "Jeno dan Jaemin?" tanya sang duyung.

"Mereka pergi berkencan"

Kini Chenle tau mengapa manusia di hadapannya murung. "kau?" lagi-lagi Chenle bertanya sembari meletakkan dagunya di lutut Jisung dan membuat empunya otomatis memerahkan pipi.

"Pergi menemui duyung cerewet menyebalkan yang ingin sekali aku tenggelamkan"

"Duyung memang hidup di air, bodoh. Bantu aku untuk duduk disini" Chenle mundur sedikit lalu mengulurkan tangannya ke depan wajah Jisung.

Bukannya menarik uluran tangan Chenle, lelaki surai biru itu malah mengais tubuh sang duyung hingga berhasil mendarat di pangkuannya. Reflek, tangan Chenle meraih kedua bahu Jisung dan mencengkramnya.

"Tenagamu boleh juga" puji Chenle lalu turun dari pangkuan Jisung dan duduk di sebelah pemuda itu.

"Aku pernah menggendongmu dari sini hingga rumah paman Kai untuk menyembuhkan Haechan kalau kau lupa" Jemari panjangnya terulur meraih kantong kresek berisi makanan ringan yang tadi dibeli oleh Jisung lalu membuka salah satunya.

"Ah benar juga. Aku jadi rindu dengan bibi Kyungsoo"

"Rindu? Bibi Kyungsoo juga seorang duyung sepertimu?"

"Dulunya begitu. Namun setelah ia mengenal cinta, kasusnya sama seperti Haechan. Bedanya, bibi memilih untuk tinggal di darat dan kehilangan kuasa atas kedua kakinya"
Jisung mendengarkan cerita Chenle —sembari memakan keripik kentang— mengenai Kyungsoo yang merupakan sebangsa Duyung namun harus mengorbankan kedua kakinya demi cinta.

"Chenle-ya.." Jisung merebahkan diri dan menepuk ruang di sebelahnya, mengisyaratkan agar Chenle merebahkan tubuhnya seperti yang ia lakukan. Tanpa pikir panjang, Chenle pun ikut menyamakan posisi dengan Jisung.

"Hm?"

"Apa yang akan kau pilih jika suatu saat kau jatuh cinta pada manusia? Cinta atau lautan?" pertanyaan Jisung berhasil membuat Chenle menghening sesaat. Setelah itu, Chenle memandang lelaki di sebelahnya lalu berkata, "Aku tidak akan pernah jatuh cinta".

Jisung tertawa sesaat setelah mendengar jawaban Chenle. "Tidak mungkin.. Kau, aku dan seluruh makhluk hidup itu butuh cinta"

"Tapi siren tidak mengenal cinta, Jisung-ah"

__________________

Hi! Double update ga tu shshsh

Nungguin JiChen/SungLe nya muncul ya?
Nah ku kasih~
Hshshshs

This is Chenle

This is Chenle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


See u~

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang