Sleeping With The Sirens

2.4K 342 23
                                    

Kalian bertanya-tanya bagaimana keadaan Jisung dan kawan-kawan?

Disinilah mereka. Sebagiannya basah kuyup dan penuh pasir. Saling menghirup napas dengan cepat, dan sedang berusaha mengeluarkan air dari telinga.

"syukurlah, untung saja kalian semua selamat.. Huft" rasa syukur menyelimuti mereka semua dari rasa dingin yang menusuk kulit. Jisung masih tertegun melihat luka gigit yang mengerikan di sekitar lengannya. Jika para duyung terlambat, mungkin tangannya akan hilang. Namun tiba-tiba saja sekelebat ingatan saat ia bangun datang dan menggantikan rasa sakitnya.
Pipinya memerah semu ditambah detakan jantungnya yang tidak teratur menandakan ia diam-diam sedang salah tingkah.

"Jisung-ah, coba aku lihat tanganmu" Chenle datang dan duduk di samping Jisung yang tadinya sedang memikirkan banyak hal. Lelaki bersurai ungu itu segera memeriksa luka pada lengan kanan pemuda Park ini. Ia melihat luka bekas gigitan yang besar dan lubang bekas gigi taring menganga di sana. Chenle meringis pelan dalam pejaman matanya dan mulai mengusap pelan luka-luka di lengan Jisung. Seperti biasanya, cahaya berwarna ungu pias menguar dari balik tangan putih Chenle. Sedikit demi sedikit menutupi luka besar yang menyakitkan bagi Jisung.
Tapi nyatanya, Jisung hanya bisa terdiam menatap indahnya pahatan wajah sang duyung di depan mata, serta cahaya ungu yang membuat sosok itu semakin cantik.

Jisung tak menyadari apa pun. Yang ia tahu, kini lengannya sudah tidak sakit dan sudah tidak ada luka menganga di sana.

"Jisung-ah.. Tolong cepat panggil aku jika ada Siren yang mengganggu dirimu. Aku tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi" usapan pada lengan kini berganti genggaman jari-jari Chenle yang menelusup pada setiap jari Jisung. Fokus lelaki bermarga Park itu kini teralih ke kaki-kaki putih Chenle yang terpampang jelas di depannya.

"Pasti dingin. Iya kan?" tangan besar yang digenggam Chenle bergerak memaksa untuk dilepas dan beralih memeluk tubuh mungil Chenle. Mengusap permukaan kulit putih tanpa hiasan kerang dan berlian seperti biasanya. Bibir Jisung berbisik di dekat telinga Chenle.

"Terimakasih telah menyelamatkanku lagi" suara pelan namun berat milik Jisung dapat membuat Chenle sedikit merinding. Chenle hanya bisa mengangguk lemah dibalik dekapan hangat Jisung.

"Heol, lihatlah siapa yang sudah mendapatkan ciuman pertamanya~ Jisungie, chukkae~" olok Jaemin yang sedang merapatkan diri pada Jeno, Renjun dan Mark. Namun tiba-tiba Haechan memprotes dari balik dermaga. Ia tak bisa bergabung dengan teman-temannya di darat, karena kaki manusia miliknya sudah lumpuh. "Hey hey! Akulah yang mengambil ciuman pertama milik Jisung!" protes Haechan.

"APA?!" Serempak, kaget Jaemin, Jeno, Mark dan tentu saja Jisung.

"Jisungie, kau tidak ingat saat malam dimana kau pertama kali melihatku sebagai duyung? Kau pingsan karena tenggelam dan aku yang memberimu napas buatan. Persis seperti Chenle memberikannya padamu beberapa puluh menit yang lalu". Jelas Haechan yang menumpu dagu di ujung dermaga. Mark membelalakkan matanya ketika mendengar fakta bahwa sang kekasih pernah terpaksa mencium Jisung.

"Tenanglah, hyung. Wajah kagetmu terlihat sangat mengganggu" Jeno tak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi sang kakak yang sedang terkaget ria mendengar penuturan Haechan.

Malam ini adalah malam yang takkan pernah mereka lupakan. Melihat sang sahabat hampir mati disantap Siren dan menyaksikan sahabatnya bercium-- diberi napas buatan oleh duyung. Saat Jisung tengah tenggelam, ia berhasil memanggil teman-teman duyungnya dengan meniup kerang kecil di lehernya. Melihat sahabatnya di genggaman siren, Jeno langsung terjun ke air tanpa berpikir panjang. Itu membuatnya harus diselamatkan oleh Renjun. Jaemin dan Mark selamat, tanpa harus basah seperti Jeno dan Jisung.

"Sial, ponselku mati" rutuk Jeno saat menyadari bahwa ia terjun ke air laut bersama dengan ponsel di saku nya.
"Lain kali tolong jangan gegabah. Aku tidak ingin kalian terluka oleh lautan" Renjun menatap manik Jeno dengan lekat. Ada sisa rasa khawatir dalam tatapan Renjun.

"Renjun.. Terimakasih telah menyelamatkan kekasihku" Jaemin beringsut ke dekapan Renjun. Memeluk erat sosok penyelamat yang kerap ia cemburui. Namun kini, pantaskah ia untuk terus cemburu pada si manis bersurai coklat ini? Ia rasa tidak.

Dan mereka pun menghabiskan malam di atas pasir pantai, di bawah bulan bintang dan dalam kekhawatiran kedua orangtua mereka masing-masing.

_________________________

.
.
.
.
.

Cie, double ga tuh?

Tbh, aku sempet bingung sendiri-- ini pas para duyung berubah jadi manusia, BAJUNYA GIMANA?!Jadi aku memutuskan bahwa setiap duyung berubah jadi manusia, mereka langsung dilingkarin sama kain putih kayak gitu huhuhu╯﹏╰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbh, aku sempet bingung sendiri-- ini pas para duyung berubah jadi manusia, BAJUNYA GIMANA?!
Jadi aku memutuskan bahwa setiap duyung berubah jadi manusia, mereka langsung dilingkarin sama kain putih kayak gitu huhuhu
╯﹏╰

OK DEH, SEKIAN DAN BYE-BYE

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang