Un-Lucky

6K 922 112
                                    

Hello-!

.
.
.
.
.

"Maukah kalian berteman dengan para manusia?"

Butuh beberapa menit bagi dua makhluk air itu untuk berdiskusi.
Hingga akhirnya....

"Tidak! Kami tidak mau berteman dengan manusia!" teriak Chenle.

Semuanya terdiam.

"A-apa? Bukannya—" ucap Haechan,terpotong.

Chenle kembali menyanggah dengan nada yang tidak kalah tingginya.  "—Ancaman jika kami menolak ajakan pertemananmu, kau tidak akan menemui kami lagi? Itu semua terserah padamu, tapi kami yakin kau tidak akan bisa melakukan hal itu"

Tiga manusia yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menyimak perdebatan tiga orang lainnya. Tapi mereka yakin keputusan yang diambil oleh dua duyung itu tidak baik untuk Haechan, terlebih lagi setelah mendengar ancamannya.

"Baiklah jika itu yang kalian mau" final Haechan. Tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras sembari menatap nyalang dua saudaranya. Ia pun segera berbalik dan berlari meninggalkan yang lain.

"Kalian, cepatlah pulang sebelum ada yang datang mencari"  titah Renjun, pelan.

Tiga manusia itu pun menganggukkan kepalanya. Ketika dua lainnya mulai melangkah, Jeno bersuara.
"Baiklah, kami akan segera pulang. Tapi sebelum itu, berjanjilah pada kami bahwa Haechan akan baik-baik saja setelah kejadian ini"

Mendengar itu, Chenle dan Renjun terdiam.
"Kami tidak bisa berjanji akan hal itu, tapi ... Jika terjadi sesuatu kepada Haechan, tolong segera panggil kami" pinta Renjun dengan tatapan lembut dan senyum yang mengarah pada Jeno.

Setelah saling tatap beberapa saat, sang duyung pun berenang kembali ke 'rumah' mereka.
Berbeda dengan Jeno yang masih mematung di tempatnya, dengan pipi yang memerah. Lama tak bergerak, Jaemin pun menghampiri Jeno dan menepuk pelan pundaknya.

"Ayo pulang, katanya kau mau pingsan di rumahku" Selanjutnya mereka berdua tertawa disela perjalanan pulang.

Menyisakan Jisung dengan sepedanya. Ia melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Jam setengah 10 ... Ibu dan ayah sudah pulang belum ya?"

Pemuda itu mengayuh sepedanya pelan. Dalam pikirannya, ia mengkhawatirkan sahabat duyungnya itu.
Juga salah satu saudara sahabatnya.

"Namanya Chenle ya.. Ekornya putih sedangkan rambutnya ungu, tapi kenapa Haechan memiliki warna ekor dan rambut yang senada? Apa perbedaan warna ekor dan—"

Tiiin tiiin!!!
Srett!

Sontak Jisung mengerem kuat sepedanya hingga terhentak kuat kedepan. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada tertabrak oleh mobil—

"PARK JISUNG!"

"Eh? Ibu? Ayah?"

—orangtua sendiri.

.
.
.

"Aaaa!!! Renjun Chenle! Aku membenci kaliaaan!!!"

Brak!!!

"Astaga, Haechan! Apa yang kau lakukan, nak?!" Pria dengan kursi roda itu menghampiri Haechan yang sedang mengamuk.

"Hiks... Ibu, aku membenci dua saudaraku.. Hiks.. A-aku sangat membenci mereka!!!"

"Kenapa bisa seperti itu? Apa yang mereka lakukan padamu hm?" tanya pria tadi sembari berusaha memungut Handphone milik Haechan yang tadi dibanting dengan keras ke atas lantai.

Haechan segera memungut Handphonenya sendiri, dan menahan pria yang ia panggil Ibu agar tidak jatuh dari kursi rodanya.

"Mereka menolak permintaan pertemananku. Mereka menolak sahabat manusiaku, Ibu... Aku membenci mereka!" Air matanya kembali mengalir melalui pipi gembil yang memerah karena emosi yang meluap.

"Haechan, kau tidak akan pernah bisa membenci saudaramu sendiri, nak. Tanpa kau sadari, mereka telah banyak berjasa untukmu ... Kau akan menyadari hal itu nanti" Tangannya mengelus lembut surai merah Haechan. Pemuda itu pun beringsut sembunyi dalam pelukan sang Ibu.

"Aku akan tinggal bersama Ibu Kyungsoo di sini"

"Aniya, kau harus kembali ke laut"

"Hngg, baiklah..."
"Tapi nanti ketika aku sudah tidak membenci mereka"

.
.
.

Kini, ada dua pemuda sedang berdiri depan sebuah rumah besar bercat pastel. Siapa lagi kalau bukan pasangan Jeno Jaemin.

"Mau mampir dulu untuk pingsan di kamarku?" tanya Jaemin, bercanda.

Kekehan lembut lepas dari kedua belah bibir tipis sang dominan.
"Tidak, Na. Ini sudah larut ... Aku akan langsung pulang" Tangannya mengelus pipi putih Jaemin hingga sang empunya terkekeh geli.

"Ah iya, besok kita harus mengajak Haechan bermain! Ia harus benar-benar mendapatkan hiburan"

"Kau benar. Besok kita pergi berlima dengan Mark hyung ke taman hiburan"

Anggukan dari Jaemin yang dibalas kecupan di pipi putihnya oleh sang dominan mengakhiri perbincangan mereka pada malam hari itu.

.
.
.

Suasana di dalam rumah keluarga Park kini sangat jauh berbeda dengan keromantisan dua pasangan Romeo dan Juliet tadi. Jisung sedang duduk di ranjang menghadap kedua orangtuanya yang sedang bergantian mengomeli dirinya.

"I-iya Ayah, Ibu... Aku salah, aku minta maaf"

"Yaampun, hampir saja tadi kami menabrakmu, anak kami sendiri" dipeluknya sang anak semata wayang dengan erat setelah Baekhyun membayangkan betapa terpukulnya ia dan sang suami bila terjadi apa-apa pada Jisung.

"Tidak apa jika kau ingin pergi untuk sekedar berbelanja makanan ringan ke minimarket, tapi lain kali kau harus memperhatikan jalan, nak"

"Iya, Ayah ... Aku sedang memikirkan temanku, Haechan. Ia sedang bersedih" alibi lagi lagi keluar dari bibir Jisung, setelah sebelumnya ia beralibi pergi untuk membeli makanan ringan ke minimarket.

"Aigoo, manisnya anak Ibu~" sang ibu yang terlanjur cinta mati pada anak satu-satunya itu pun langsung percaya pada mulut manis Jisung.

"Baiklah, sekarang kau istirahat. Besok ajaklah temanmu itu bermain agar kesedihannya berkurang" Setelah itu, Chanyeol dan Baekhyun mengecup pipi Jisung dan pergi ke kamar pribadi mereka berdua.

"Huft, Ya Tuhan... Harus berapa kali lagi aku berbohong pada orangtuaku? Semoga saja besok aku tidak berubah menjadi batu"

__________________

Hello, i'm back!
Makasih vote dan commentnya ya~

~mERaSa SeNAnG~


Ayo tebak, mana Jisung, mana Jaemin, mana Jeno, mana Haechan, mana Chenle, mana Renjun dan mana aku?

Hshshs

See u-!

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang