Going Under

2K 264 19
                                    

Chenle terus menggeram, tangannya mengepal kuat menahan rasa sakit dan bibirnya mengatup rapat karena ia gigit kuat-kuat. "Ah- pelan" pintanya pada seseorang di belakang Chenle. Seseorang itu hanya terkekeh sembari terus melakukan kegiatannya.

Ya, itu Renjun sedang mengobati luka di punggung Chenle akibat cakaran siren.

Luka yang tampak terbuka itu sedikit demi sedikit mulai tertutup meskipun meninggalkan bekas. "Chenle-ya ... Jangan gegabah" Haechan ikut mengelus lembut bekas luka Chenle sembari meringis pelan karena ia merasa pasti sakit sekali jika luka itu berada di punggungnya. Chenle hanya terkekeh melihat kedua saudaranya begitu khawatir padanya. "Aku ingin menjadi duyung seutuhnya" ucap pelan si surai ungu.

Hening sejenak.
Haechan mengernyitkan kening dan memasang wajah bingung. Chenle yang mengerti akan gelagat Haechan pun segera menjelaskan sesuatu pada si saudara cerewetnya itu.

"Aku half blood. Duyung dan Siren"

Haechan terbelalak mendengar pengakuan yang lebih muda. Ia memang selalu heran dengan warna ekor yang Chenle miliki, namun ia tak pernah sedikit pun berpikir bahwa Chenle memiliki darah siren yang mengalir dalam tubuhnya.

"Tapi keputusanmu berhasil membuat Ayah menangis dan merengek seperti bayi pada Ibu" Renjun mengingat saat sang Ayah pulang sembari memasang raut kecewa di wajahnya. Rasanya Renjun ingin tertawa lepas saat itu, namun seketika tawanya berganti oleh kecewa ketika mendengar Chenle lebih memilih bangsa Siren dibanding keluarganya.

"Aku memiliki sebuah rencana. Kalian ingat tentang kisah seorang half blood tua di Gua Palung Barat?" Chenle tersenyum miring ketika mengeluarkan isi kepalanya yang telah lama ia rencanakan sendiri.

Renjun mengangguk. Ia ingat cerita tentang halfblood terkenal yang telah berhasil menjadi Duyung seutuhnya. Namun di sisi lain, Haechan memasang raut tak setuju. "T-tunggu ... Apa kau berencana pergi kesana? Gua Palung Barat? Kita harus melewati banyak hal sebelum sampai kesana" Haechan mengingatnya ketika tak sengaja berenang terlalu jauh dan hampir tertangkap mata oleh nelayan di permukaan. Dasar laut menuju Palung Barat itu semakin menanjak dan akan terlihat oleh mata nelayan di atasnya karena air laut begitu jernih.

Renjun tak berpikir ke arah Haechan berpikir rupanya. "Bagaimana jika malam---"

"Banyak Siren" bantah Haechan lagi dan lagi ketakutan.

Chenle hanya tersenyum miring mendengar dua saudaranya kebingungan. Sudah ku bilang, ia telah merencanakan hal ini dengan matang. "Kita bisa menggunakan kaki jelek kita, saudaraku. Kecuali kau, Haechan".

Haechan ikut tersenyum miring dan terkekeh saat dirinya mencerna perkataan si bungsu, "sial, aku mengerti isi kepala ungu mu itu".

.
.
.
.
.
.

Bagai badai yang datang untuk memporak-porandakan kota, seorang pria bermantel hitam datang ke kediaman Kyungsoo dan suaminya, Jong-in atau yang sering dipanggil Kai. Hyun, pria yang telah mengukir kebencian dalam hati Kyungsoo selama kurang lebih 18 tahun ia hidup di daratan yang lebih kejam daripada ganasnya laut dalam.

"Tanpa ku beri tau pun kau sudah mengetahui niatku datang kemari, bukan?" tanya Hyun di ambang pintu kediaman Kyungsoo.

Kyungsoo menatap dalam netra pria di hadapannya dengan penuh murka dan dendam yang ia tahan "Pergilah. Aku sudah tak memiliki berlian dan mutiara di siripku" balasnya ketus.

"Aku tak menginginkanmu, Kyungsoo. Aku menginginkan si surai merah, ia cantik sekali" Mata Kyungsoo terbelalak mendengar ucapan pria yang ia anggap bajingan itu. Tak akan ia biarkan seorang bajingan menyentuh putra yang ia sayangi.

"Ia tak ada di sini. Jangan mencarinya, atau aku akan mencabikmu dengan kutukanku" Saat lelaki berkursi roda itu hendak menutup pintu, seseorang datang menginterupsi mereka berdua. Kai, sang suami yang baru pulang bertugas dengan membawa sebuah bingkisan kecil dan senyum manis untuk istri tercintanya.

"Sayang, aku pulang" Seketika kabut di hati Kyungsoo menghilang begitu saja saat ia mendengar suara lembut sang suami. Senyumnya ikut merekah seiring dengan langkah Kai yang membawanya semakin dekat dengan Kyungsoo. Hyun terkekeh melihat pemandangan manis di depan matanya, namun tiba-tiba terbesit ingatan mengenai lelaki berkursi roda yang dulu ia cintai dengan setulus hati. Ternyata senyumannya masih sama manisnya seperti 19 tahun yang lalu, saat mereka pertama kali bertemu.

Kyungsoo dulunya merupakan bangsa duyung murni dengan ekor berwarna merah kecoklatan dengan pernak-pernik berlian serta mutiara yang jika diperjualbelikan bisa mencapai ratusan juta hanya untuk 1 butirnya. Waktu itu, ia tertangkap mata oleh seorang nelayan dan berhasil membawanya pulang ke rumah sang nelayan dengan sembunyi-sembunyi. Si nelayan tamak itu meminta putranya untuk melucuti semua pernak-pernik yang menempel pada ekor Kyungsoo. Namun tanpa sengaja, pesona Kyungsoo menarik hati anak lelaki tersebut sehingga ia jatuh cinta pada Kyungsoo.

"Jika begitu, aku pergi dulu. Aku akan kembali untuk menemui putramu" senyum sinis ia layangkan pada pasangan suami istri yang sedang membagi rindu. Kai yang tak tau apa yang terjadi di antara si suami dan pria asing yang tak ia kenali pun hanya memberi senyum dan mengira bahwa pria itu adalah teman lama Kyungsoo yang sengaja mampir untuk sedikit berbincang mengenai keluarga masing-masing.

Setelah Hyun pergi, Kai mendorong kursi roda Kyungsoo ke dalam rumah lalu membuka topik pembicaraan mengenai pekerjaannya hari ini.

"Aku membeli ini untukmu dan anak-anak" Kai menaruh bingkisan yang ia bawa di atas meja. Ketika melihat apa yang suaminya bawa, Kyungsoo tersenyum kecut.

"Aku membeli ini karena sedang teringat Haechan. Aku sangat merindukannya" tutur Kai. Ia merasa semenjak Haechan pergi, rumahnya kini menjadi sepi. Perkataa Kai diangguki oleh Kyungsoo, "aku juga merindukan anak tengil itu" balasnya.

"Tolong bawa aku ke pantai"







__________________________

Hiiiiiiiiii!!!!!!!

Huft, setelah seribu purnama kita lewati tanpa update, akhirnya aku update juga

Dan diriku update membawa konflik baru
wkwkwkwkwkwkwkwkw

Semoga terhibur~
:D

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang