Beneath The Night Sky

1.7K 224 67
                                    


Hello~
Are you waiting for this?

.
.
.
.
.

Sore menjelang mentari benar-benar tak nampak, namun suara decitan sepatu yang bergesekan dengan lantai di sebuah ruangan olahraga masih bisa terdengar dengan jelas. Meskipun membolos sekolah, Jisung tetap hadir di ekskul voli yang ia ikuti. Setelah semalaman bersenang-senang dengan kawan duyungnya di pantai, bertemu siren dan hampir mati, lalu dimarahi oleh ibunya sampai titik darah penghabisan, tapi mentalnya belum remuk. Ia masih harus memenangkan pertandingannya melawan Hendery demi mendapatkan gelar "Kapten" warisan dari Mark yang sebentar lagi harus hengkang dari club dan harus fokus pada ujian kelulusan.

"Mark, aku takut hubungan pertemanan mereka hancur karena pertandingan ini" sang pelatih bergidik ngeri ketika kedua muridnya yang sedang beradu taktik itu sangat serius hingga benar-benar seperti sedang melawan musuh dalam film action di TV.

"Kalian berdua benar-benar tidak ingin mengalah? Yang benar saja, sudah hampir satu jam dan skor masih seri!" Teriak Mark dengan lantang. Dalam hatinya merutuk, mengingat satu tahun yang lalu saat ia diangkat menjadi kapten club voli dengan sangat mudah, tanpa pertandingan seperti ini.

Sesaat setelah sang kapten berbicara, tiba-tiba saja satu lemparan bola voli dari Hendery berhasil Jisung blok, namun disertai dengan suara gemerincing yang terdengar jatuh ke lantai.

Jisung pun lengah, berusaha mencari sesuatu yang terjatuh tadi sambil bergumam. Merasa ada kesempatan, Hendery langsung melancarkan serangannya yang terakhir dan memenangkan pertandingan dengan skor 3 : 2.

Sorakan dan tepuk tangan dari puluhan member club voli terdengar meriah merayakan kemenangan Hendery. Jisung baru tersadar, mungkin kali ini mentalnya sudah remuk.

.
.
.
.
.
.
.

"Sial" rutuk Jisung sambil terus meniup sisa-sisa kerang yang sudah tak utuh seperti mentalnya saat ini. Sudah puluhan kali ia meniup kerang itu, namun tak ada satupun teman duyungnya yang naik ke permukaan.
Kerang pemanggil miliknya hancur terhempas ke lantai karena tangannya tak sengaja menarik kalung kerang tersebut saat akan memblok serangan Hendery. "SIAL!" pemuda itu rasa, hari ini begitu berat baginya. Banyak kejadian menyebalkan yang ia alami sampai akhirnya pemuda surai biru itu pun menangis.

"Bagaimana bisa aku gagal menjadi kapten?!" Geramnya. "Kerang buruk ini juga sudah tidak berfungsi!" Dilemparnya sisa kerang yang telah berkali-kali ia tiup tadi ke pasir pantai. "Jikalau kali ini ada siren yang mau memakanku, aku tak akan berusaha untuk lari" pasrahnya, sambil terus menangis.

"Jaga ucapanmu anak kecil! Atau aku akan memakanmu!" Tanpa Jisung sadari, sudah beberapa menit yang lalu ada sesosok duyung yang memperhatikan dan mendengar keluhannya dari bawah dermaga.

"Chenle?!" Sontak, Jisung mengusap air matanya lalu bangkit dan menghampiri ujung dermaga guna menemui sosok yang ia harapkan sedari tadi.

Chenle menunjukkan diri bersama dengan senyum termanisnya. Perlahan berenang mendekat dan jemari berselaput miliknya meraba kayu dermaga. "Ada apa mencariku? Dan kenapa suara kerangnya sangat kecil dan jelek? Aku sampai tidak menyadari panggilanmu tadi" Chenle berbicara pada Jisung dengan raut khawatir terpampang jelas di wajahnya.

Jisung seketika merasakan kehangatan dalam hatinya. Sudah kubilang, pesona duyung memang tak bisa ditolak dengan mudah. "Kerangnya pecah saat aku bermain voli tadi sore. Bolehkah aku meminta kerang baru, Chenle?" Pemuda berambut biru itu tersenyum kecil menatap manik ungu makhluk indah di hadapannya. Yang ditatap pun mengangguki permintaan pemuda tadi.

"Tentu boleh. Telingaku sakit jika mendengar panggilan dari kerang yang sudah jelek" Chenle terkekeh manis sembari mengepalkan kedua tangannya di atas permukaan air, lalu pemuda duyung itu membaca sesuatu yang sama sekali tak Jisung pahami. Perlahan, tangan Chenle terbuka dan menampakkan sebuah kerang kecil yang cantik. Sedetik Jisung terpana, menatap kagum pada sosok di hadapannya yang dulu pernah tak ia suka. "Ah, aku masih menyimpan kalungnya" pemuda yang bersila di atas dermaga merogoh saku celananya, mencari kalung untuk kerang kecil itu menggantung. Diberikanlah kalung tadi kepada Chenle dan meminta sang duyung untuk memasangkan kerang dengan kalungnya.

"Kemari" Chenle mengisyaratkan Jisung untuk lebih mendekat agar ia bisa memasangkan kalung kerang pemanggil di leher Jisung. Chenle tau bahwa Jisung bisa melakukannya sendiri, namun anggap saja perhatian kecil ini sebagai penghibur lara di hati yang lebih muda.

"Tidak. Kau yang kemari, Chenle .. Aku takut tersungkur" sebuah alasan kecil.

Sang duyung sempat memanyunkan bibirnya, tapi tetap menuruti permintaan Jisung. Ia lantas menaruh tangannya hingga siku di atas paha Jisung lalu mengangkat berat badannya sendiri agar bisa menaikkan setengah tubuhnya keluar dari air.

Sempat terkejut tapi kini pemuda surai biru hanya bisa terdiam menilik tiap inci kulit putih penuh pernak pernik yang Chenle miliki. Manik yang saling beradu sudah biasa mereka lakukan, namun kali ini jauh lebih dekat dari sebelumnya. Tanpa memutus kontak, Chenle mulai memasangkan kalung pada leher Jisung yang masih tertegun melihat indahnya pahatan wajah sang duyung.

"Hey, jangan sampai kau terpesona pada duyung seperti kekasihnya Haechan" Chenle menerawang ke dalam mata Jisung.

Ia tau bahwa Jisung terpesona padanya.
Lebih tepatnya, pada daya tarik siren yang ia miliki.

Senyum Jisung merekah, segera menyadarkan diri untuk tidak jatuh terlalu dalam pada pesona makhluk di depan matanya. Namun ada satu hal yang selalu Jisung lihat dari manik Chenle. Satu hal yang tak pernah berubah semenjak pertemuan pertama mereka, yaitu tatapan penuh amarah yang Chenle miliki.

"Jisung"

"Ya, Chenle?"

"Jangan jatuh hati padaku"

"Mengapa?"

"Karena aku tak akan bisa membalasnya"

Jisung tertawa kecil, mengingat bagaimana Haechan sang kawan duyungnya yang tergila-gila pada Mark.  Jika Haechan bisa, lantas mengapa Chenle tak bisa?

"Tapi aku ingin kau dan teman-temanmu membantuku" alis Jisung mengernyit mendengar permintaan Chenle. Lantas ia bertanya,  "membantumu untuk melakukan apa?"


"Tolong bawa aku ke daratan"

________________________________

HALOOOOOOO

KANGEN GA? HEHE

Setelah ribuan tahun berlalu, akhirnya aku update!

Readers-nim yang baik hati dan sabar menunggu, aku mau minta kritik dan saran kalian atas ceritaku ini—SELAIN KUDU CEPET UPDATE— juseyoo~

Jadi... kenapa sih, aku jaraaaaaaaaaang banget update?
Jadi sebenernya hampir tiap hari aku ngetik buat cerita ini, cuma dikit-dikit gituu.. cuma 1 kalimat, save, close, repeat.

:(

Aku kadang bingung dalam hal pemilihan kata, aku juga udah lumayan lupa plotnya T_T karena cerita ini aku bikin dari tahun kapaaaan, kehambat mulu. Aku juga kerja, jadi yaa makin jarang mikirin ini story :(
lieur aku teh geuning...

YAAA SEKIAN SAMBATNYAAA!
Makasih udah mau nunggu dan tetep setia baca ceritaku yg makin ga jelas ini~ kita ketemu lagi tahun depaaann yeaayy!

Ini Chenle pas masangin kalung ke Jisung bikinan aku. Cieee ciee deket banget cie :(

 Cieee ciee deket banget cie :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dadah

My Mythological Love [SungLe] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang