"Tapi aku tidak tahu jika temanmu bukan seorang laki-laki." Seokmin memijit pangkal hidungnya. Berkacak pinggang dengan mata terpejam.
"Apa masalahnya? Aku hanya akan tidur disini, aku membayar dan aku tidak akan mencampuri urusanmu." Jisoo berkata, tangannya terlipat di bawah dada dengan mata menatap Seokmin tajam. Seokmin balas menatap sebelum membuang muka kembali. Nyatanya susah sekali menatap Hong Jisoo, walaupun dia yakin dia belum memiliki rasa apapun pada gadis itu.
"Tetap saja, kau tidak akan mengerti..." Desahnya frustasi.
"Apa yang tidak ku mengerti?" Tentu saja dirimu tidak mengerti, Jisoo-ya... Seokmin hanya sedang bingung karena harus serumah dengan dirimu, kalian akan bertemu setiap hari tanpa Seokmin bisa mengenyahkan fakta dari pikirannya jika kalian adalah sepasang suami istri di masa depan.
"Jisoo noona tidak akan membuatmu merasa tidak nyaman, lagipula kau tidak menuliskan jika roomates yang kau cari harus seorang laki-laki."
'Aaah Seokmin bodoooh...' Seokmin merutuk dalam hati.
"Okay, lupakan itu. Aku lupa menambahkannya." Ujar Seokmin pada keduanya.
"Berarti aku tidak punya alasan untuk angkat kaki dari sini. Ingat, aku sudah membayar."
"Kita bicara lagi besok pagi." Seokmin berjalan meninggalkan Hansol dan Jisoo yang masih berdiri di ruang tengah tanpa menjawab ucapan Jisoo. Seokmin merebahkan tubuhnya di kasur, memandangi langit-langit dengan pikiran berkecamuk.
"Jisoo... Hansol? Hansol... suami Seungkwan di masa depan?" Seokmin seketika bangkit dari ranjangnya.
Pagi datang dengan cepat. Seokmin keluar dari kamarnya dengan seragam yang telah terpasang di tubuhnya, sibuk menalikan dasinya di leher saat ia melihat seseorang berseragam sama dengannya tengah melongok ke dalam lemari es.
"Mencari sesuatu?" Tanya Seokmin yang melihat Jisoo seperti tikus kecil yang mencoba mencuri bahan makanannya.
"Ah Seokmin, kau tidak punya roti atau telur? Aku lapar sekali." Bahkan Jisoo sudah memanggilnya dengan informal. Gadis bersurai sepunggung itu membuat Seokmin sontak gelagapan, tidak menyangka Hong Jisoo memanggilnya tanpa sufix-ssi secepat ini. Sayangnya Seokmin tidak punya satupun roti ataupun telur semenjak Alan dan yang lain tinggal di apartemen Jun, Seokmin lebih sering makan malam disana ataupun makan malam dalam perjalanan pulang. Dan lagi, ia bukan tipe seseorang yang harus sarapan setiap pagi.
"Maaf sekali, sayangnya aku tidak punya satupun roti atau telur. Bagaimana dengan segelas susu?" Tawar Seokmin yang di angguki Jisoo. Seokmin menuangkannya, segelas penuh, berharap itu bisa mengusir lapar Jisoo barang sebentar saja.
"Terima kasih" Jisoo menerimanya saat Seokmin mengulurkan segelas penuh susu rasa coklat sebelum duduk di hadapan Jisoo yang meneguk pelan susunya, setelah terlebih dahulu mengembalikan sekotak susu kedalam lemari es.
"Kau sekelas dengan Seungcheol kan? Choi Seungcheol?" Tanya Seokmin. Ia ingat Seungcheol pernah bercerita tentang Jisoo yang ada di kelasnya.
"Iya, dia cukup pendiam."
"Kau senior Jihoo di Klub memanah kan?" Topik berganti dengan cepat.
"Jihoo? Ada apa memangnya?"
"Dia adikku." Aahh... gadis imut itu, Seokmin ingat. Bahkan mereka pernah pergi makan burger setelah berlatih memanah. Hening beberapa saat, Seokmin sibuk memandangi meja dan Jisoo sibuk meneguk susu coklatnya.
"Rasa laparmu sudah berkurang?"
"Susunya menolong sekali, terima kasih. Aku akan memasakanmu makan malam sebagai ucapan terima kasih." Seokmin tersenyum mendengarnya, sebuah makan malam hanya untuk segelas susu coklat. Tenyata Jisoo lumayan mengasikan untuk di jadikan teman mengobrol. Mereka mengobrol lagi, hingga Seokmin melewatkan kunjungan paginya ke apartemen Jun untuk menemui Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
From 2030
FanfictionSeventeen Genderswitch | School-life Sesuatu terjadi dan membuat Dan dkk terjebak di masa lalu. Bagaimana jadinya jika mereka bertemu dengan orang tua mereka yang masih murid SMA? Pasti seru kan? Ayo kita simak! ••• "Papa Seok memang sudah tidak no...