"Papa aku lapar..." Shen yang duduk tak jauh dari papanya mengoyangkan tangan pemuda berusia 17 tahun yang tengah berbaring di sofa panjang Seokmin. Mencoba membangunkan papanya yang sedang menutup mata. Jun tidak bangun dan Shen tidak lagi mencoba membangunkannya. Bocah yang serupa dengan Jun itu memperhatikan papanya, tidak ada yang berubah dari papanya. Hanya saja papanya yang berusia 35 tahun terlihat lebih dewasa dengan garis-garis wajah yang lebih tegas. Yang berbeda adalah papanya tidak hangat seperti di masa depan, papanya yang berusia 17 tahun ini terasa begitu dingin.
"Aku bukan papamu." Jun bergumam kecil, tapi sayangnya telinga tajam Shen dapat mendengarnya dengan baik hingga membuat tubuhnya tersentak kecil. Shen tidak cengeng, tapi saat mendengar papanya berkata begitu ia tiba-tiba ingin menangis dengan keras.
"Kau lapar? Siapa namamu?"
"Shen. Wen Shen." Sejenak Shen melupakan apa yang baru saja terjadi. Seungkwan menyodorkan sepotong roti isi yang langsung disambut oleh Shen. Jika diingat-ingat para bocah ini memang belum makan siang setelah memanen begitu banyak buah stroberi segar di Desa Damyang.
"Wen Shen. Siapa pun akan tahu bahwa kau adalah anaknya hanya dengan melihat wajahmu." Ujar Seungkwan sembari melirik lelaki yang berbaring di sofa, ia mencoba menghibur Shen, gadis berambut panjang dengan poni tipis yang menutupi dahi itu tampaknya mendengar 'penolakan' yang Jun lakukan pada Shen.
"Omong-omong Shen, anak perempuan itu," Seungkwan menunjuk Jasmine yang sibuk dengan es krimnya. "Apakah dia putriku?" Lanjutnya.
"Hm, dia putrimu mama Kwan. Namanya Jasmine. Choi Jasmine."
"Ahh..." Seungkwan mangut-mangut sembari memandang anak perempuan berwajah blasteran yang tampak menikmati es krimnya.
"Jadi bagaimana kalian bisa sampai disini bocah?" Soonyoung bertanya.
"Al menemukan kotak aneh dan itu yang membawa kami ke sini Papa Soon." Jae menjawab, anak lelaki itu tampak tak peduli dengan papanya, lagipula papanya juga sibuk dengan ponselnya. Tampak tidak penasaran dengan Jae.
"Kotak?"
"Hm, kami sedang berenang di sungai dan aku melihat sebuah kotak aneh. Lalu aku mengambilnya."
"Lalu bagaimana cara kalian kembali?" Semuanya hanya mengangkat bahu, tanda tak mengerti.
"Hyun-ah." Panggil Soonyoung pada anaknya yang duduk di sebelahnya. Hyun menengok dengan alis terangkat, seolah mengatakan 'Ada apa, pa?'
"Siapa ibumu?"
"Lee Jihoon." Hyun menunjuk Jihoon yang tampak tak ingin diusik, gadis berambut sebahu itu sedang sibuk membaca sebuah buku, tampaknya ia tak terganggu dengan keributan disekitarnya. Soonyoung membelalakan matanya sebelum senyum kecil terbit di bibir tipisnya.
Tapi tampaknya Jihoon mendengar Hyun mengucakan namanya, hingga gadis itu menatap Hyun dengan tajam.
"Kau dengar Ji... Kita akan menikah di masa depan, punya anak yang lucu dan hidup bahagia." Kata Soonyoung dengan cengiran khasnya. Eh, kemana perginya Soonyoung yang badmood tadi? Mungkin suasana buruk di hati Soonyoung sudah pergi terbawa angin...
" Kwon Soonyoung, Jug-eullae??!! Kau mau mati??!!"
Soonyoung hanya meringis ngeri saat Jihoon mengancamnya. Ia lalu menoleh pada Hyun yang terlihat kaget dengan apa yang mamanya katakan.
"Kenapa hmm? Apakah mamamu di masa depan tidak seperti itu?" Ya mamanya tidak seperti itu, mama walau galak adalah orang paling perhatian di dunia. Dan mamanya sangat mencintai papanya, jadi mendengar mama mengancam mati papa membuatnya kaget bukan main.

KAMU SEDANG MEMBACA
From 2030
FanfikceSeventeen Genderswitch | School-life Sesuatu terjadi dan membuat Dan dkk terjebak di masa lalu. Bagaimana jadinya jika mereka bertemu dengan orang tua mereka yang masih murid SMA? Pasti seru kan? Ayo kita simak! ••• "Papa Seok memang sudah tidak no...