Sebulan sudah terlewati semenjak hari itu, Tiap hari dipagi hari ia selalu muntah muntah, ia takut menyadari bahwa ia hamil, sehingga ia belum memberanikan diri untuk mencoba Test pack. Perut nya memang membuncit tetapi ia pikir itu karena dia gemukan tanpa banyak makan.
Seperti pagi ini, Quen berlari menuju kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perut nya di wastafel. Dia kemudian membersihkan mulutnya, dan kembali ke tempat tidur.
Jam menunjukkan pukul lima pagi, Quen merasa ia tak sanggup untuk bergerak, badannya sangat lemas hari ini, nafsu makannya menurun.
Quen mengambil air putih di meja dekat tempat tidur nya, dia langsung meneguk air putih itu. Dia langsung mengambil test pack yang ia beli seminggu lalu, tetapi ia belum pernah mencoba nya.
"Gw takut," ucap Quen sambil melihat testpack yang di pegang nya. "Semoga aja enggak ya."
Dia langsung mengambil testpack itu kemudian berjalan menuju kamar mandi. Dia langsung membaca cara pemakaiannya dan mencobanya.
Setelah mencoba nya, Quen langsung mencabut nya dan hampir terjatuh saat melihat hasil nya. Quen merasa badan nya terhuyung ke belakang saat melihat hasilnya.
Quen tak langsung percaya, dia langsung mencoba semua nya, dan hasilnya nya sama saja, testpack itu menunjukkan dua garis yang artinya positif.
"Hah ... Gak mungkin, gw takut," ucap nya dengan suara gemetaran. Ia langsung teringat kata kata Meira sebulan yang lalu.
"gak ada manusia yang diberikan cobaan melewati kemampuan nya, kalo kamu merasa berat karena cobaan itu, berarti kamu adalah orang yang terkuat."
Quen langsung menyentuh perutnya dan mengelus nya. "Maafin Mama ya, kamu harus ada tanpa ada ikatan suci."
Dia langsung melihat jam di handphone nya, jam menunjukkan pukul setengah enam, Quen harus segera bersiap siap untuk sekolah.
Hari ini ada pelajaran olahraga, ia harus membuat alasan agar tak ikut olahraga, semoga guru itu memahami nya.
Quen langsung menyalakan shower dan segera mandi. Tak lama setelah selesai mandi, Quen langsung melihat kearah kaca, ia melihat perutnya yang sedikit gemuk.
"Cepat banget, kek nya baru satu bulan, tapi kek udah dua bulan," ucap Quen sambil melihat perutnya dari arah samping.
Quen langsung keluar dari kamar mandi dan memakai bajunya, dia juga memakai Hoodie akhir akhir ini, ia takut teman temannya berpikiran aneh kepada nya.
Quen langsung menyisir rambutnya dan memakai lipbalm agar tak terlalu pucat. Setelah selesai, dia kemudian turun dari lantai dua menuju dapur.
Pembantu rumah tangga mereka sudah menyiapkan sarapan untuk Quen, namanya adalah Bi Inah, dia bekerja pagi sampai sore di rumah Quen.
"Non, Roti bakar nya udah siap. Pake selai strawberry kesukaan non, nih," ucap Bi Inah.
Quen langsung duduk di meja makan, dia tak begitu selera saat melihat selai strawberry itu, padahal itu adalah kesukaan nya.
"Bi, pake mentega aja deh, Bi," ucap Quen kepada Bi inah. Bi inah heran saat mendengar nya, karena selama ini Quen tidak terlalu suka dengan mentega terutama krim.
"Non, tumben?" Ucap Bi Inah yang merasa keheranan.
"Quen, mau ... Mau diet," ucap Quen kepada Bi Inah. Bi Inah langsung mengangguk paham.
"Non, pucat banget lho. Gausah diet diet," ucap Bi Inah kepada Quen.
"Iya, Bi, nanti Quen pikir pikir lagi."
Tak lama setelah itu, Quen sudah menyelesaikan sarapannya, dia hanya meminum air putih dan memakan Roti. Padahal Bi Inah sudah menyiapkan nasi goreng, tetapi dia memilih memakan Roti.
...
Quen berjalan memasuki kelas nya, jam masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit, teman teman sekelas nya sudah banyak yang berdatangan.
Quen langsung berjalan menuju bangku nya dan duduk disana, dia satu meja dengan Zoya.
Dia merasa sangat lemah pagi ini, Zoya yang ada di sebelahnya langsung heran saat melihat wajah Quen yang sangat pucat walau ia sudah memakai lipbalm.
"Sakit?" Tanya Zoya kepada Quen.
Quen langsung menoleh kearah Zoya dan menggelengkan kepalanya. "Gak, gw cuma gak enak badan."
"Kalo sakit gausah ikut olahraga, ya," ucap Zoya khawatir dengan Quen.
Quen tersenyum kearah Zoya, dan mengangguk. Zoya memang sangat perhatian kepada nya, dia beruntung memiliki teman seperti Zoya.
"Kalo ada masalah cerita aja, ya Quen. Jangan di pendam sendiri," ucap Zoya lagi. Quen sangat ingin menceritakan nya tetapi ia takut.
"Kalo gw cerita, lo pasti jijik sama gw," ucap Quen dengan suara pelan.
"Buat apa gw ninggalin lo, semua manusia pasti punya kesalahan," ucap Zoya tersenyum manis.
"Gak deh, ga jadi," ucap Quen sambil tertawa kecil.
...
Pelajaran olahraga sudah dimulai, Quen tak ikut olahraga dikarenakan energi nya melemah. Quen duduk di pinggir lapangan sambil menyaksikan teman teman sekelasnya yang sedang bermain bola Volley untuk putri dan basket untuk Putra."Pak, kurang satu orang nih. Masa Quen gak ikut sih, padahal cuma gaenak badan, aku aja kalo gaenak badan tetap ikut," ucap Kiara yang merupakan orang yang paling ditakuti di kelas mereka. Quen sering menyebut nya nenek peot.
"Yaudah. Quen, kamu kuat gak?" Tanya pak Setyo kepada Quen, Quen yang merasa risih di tatap sesinis itu oleh Kiara and the gengs langsung mengangguk.
Quen langsung berjalan menuju lapangan dan mengambil posisi nya. Zoya terlihat khawatir dengan Quen, wajah nya sangat pucat.
"Lo, yakin?" Tanya Zoya kepada Quen.
Quen langsung mengangguk. Dia langsung mengambil ancang-ancang ketika Kiara hendak melempar bola kearah nya.
Huntung nya Zoya dengan sigap menangkap bola itu, tiba tiba Quen merasa tak sanggup untuk berdiri lagi sehingga pandangan nya memburam dan ia pingsan.
Semua orang langsung histeris, mereka langsung membantu Quen. Di sisi lain, Vian sedang menonton pertandingan basket teman temannya karena ia malas untuk bergabung bersama mereka.
Dia langsung melihat kearah lapangan Volley, dan ia melihat Quen yang di gendong oleh Zoya dan dua orang lainnya memegangi Quen dari belakang.
Vian langsung berlari kearah lapangan Voli dan mengambil alih Quen dari Zoya. "Gw aja."
Kiara yang melihat itu langsung menatap sinis Quen. Orang orang tau bahwa Kiara sangat menyukai Vian, tetapi Vian tak menyukai Kiara.
"Bawa kerumah sakit aja, muka nya pucat banget, itu," ucap pak Setyo. Vian langsung mengangguk dan membawa Quen menuju mobil nya diikuti oleh Zoya.
Vian langsung melajukan mobil nya menuju rumah sakit. Sedangkan Zoya, ia di belakang menjaga Quen. Dia mengelus kepala Quen khawatir.
"Akhir akhir ini dia sering muntah muntah, terus pucat. Gw jadi kasian, orang tuanya di L.A lagi," ucap Zoya sambil mengelus rambut Quen.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG Z MOM ✓ [END] (GHS GEN 1) SUDAH TERBIT
Teen FictionSEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT! Menerima kenyataan dan bertanggung jawab adalah jalan keluar nya. ..................... Queensy Arbelette, dia tak pernah menyangka kerja kelompok nya hari itu berakh...