Pagi pagi buta ini, Quen sudah berada di kamar mandi mengeluarkan semua isi perut nya. Ini sangat menyiksa bagi nya, ternyata sesulit ini rasa mama nya, dan ia tetap menjadi anak yang nakal.
Quen langsung mengelap mulut nya dan mencuci wajahnya. Dia langsung keluar dari kamar mandi, jam menunjukkan pukul setengah enam.
Quen melihat kearah sofa, dia melihat Vian yang masih tertidur pulas disana, dia bahkan tak jatuh dari sofa, jika saja itu Quen, mungkin sudah jatuh ke bawah.
Quen langsung mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Vian, seperti nya dia kedinginan. Quen langsung beranjak dari sana menuju dapur.
Dia langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih. Dia langsung meminum air putih itu. Setelah selesai dia langsung membuka pintu kulkas dan mencari sesuatu di dalam nya.
Quen hanya menemukan roti tawar dan telur disana, dia langsung mengeluarkan roti dan telur ayam itu. Quen langsung menyalakan kompor dan menuangkan sedikit minyak goreng untuk menggoreng telur itu.
Dia juga memanggang roti itu di pemanggangan roti. Quen langsung mengambil piring dan menaruh roti yang sudah di panggang itu, dia menaruh nya di atas piring, telor ceplok yang ia buat juga sudah siap.
Quen sebenarnya tak suka kuning telur apalagi yang setengah matang, tetapi kali ini ia ingin memakan roti bakar dengan telur ceplok setengah matang.
Tak lama setelah selesai membuat teh hangat, Vian bangun dari tidurnya karena terusik dengan suara penggorengan. Dia langsung melihat Quen yang sedang menyeduh teh.
"Oh, dah bangun? Mau?" Tawar Quen kepada Vian. Dia memang memasak untuk dua porsi jaga jaga kalo masih kurang.
"Hah? ... Iya, taro aja situ," ucap Vian setengah sadar. Dia langsung berjalan menuju kamar mandi untuk mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Quen meneguk teh nya, dia hendak memakan roti nya tetapi ia ingin menunggu Vian dulu untuk makan bersama.
Mood Quen juga sedang naik turun, bisa bisa dia marah, lalu ceria, atau mungkin cemberut. Energi nya juga seperti itu, kadang bersemangat kadang kelelahan.
Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Vian yang sudah memakai celana sekolah, dia langsung berjalan menuju lemari untuk mencari atasan baju nya.
"Pagi pagi masak roti dapat roti sobek," batin Quen saat melihat kearah Vian.
"Nyari apa?" Tanya Quen kepada Vian.
"Baju, semalam gw gantung disitu terus ga ada," ucap Vian sambil menelusuri seisi ruangan nya.
Quen langsung membantu Vian mencari kan bajunya, selama lima menit baju itu langsung di temukan oleh Quen terselip diantara baju baju yang digantung.
"Nah, ini dia," ucap Quen. Dia langsung terdiam, padahal dia tak sejago itu mencari barang, malah yang terpampang jelas saja tak terlihat olehnya.
"Makasih," ucap Vian, dia langsung mengambil baju itu dari tangan Quen dan memakai nya.
"Ga pake baju kaos dulu?" Tanya Quen. Vian menggelengkan kepalanya, sekarang Quen tau alasan Kiara sangat suka memeluk Vian dan mengelus elus perutnya.
Quen langsung menghendikkan bahu nya dan berjalan menuju dapur dan duduk di kursi minibar itu, Vian langsung duduk di sebelah Quen dan memakan roti bakar itu.
Cklek!
Pintu terbuka memperlihatkan Meira yang membawa kan lontong untuk mereka. Dia langsung berjalan kearah mereka dan ternyata mereka sudah sarapan.
"Yah, padahal kakak bawa lontong dua bungkus," ucap Meira mengeluh. Dia langsung tertawa kecil. "Ga papa deh."
Vian yang sudah selesai memakan roti itu langsung meminum air putih dan mengambil tasnya yang ia gantung di gantungan.
"Yaudah, Vian pergi dulu," ucap Vian, dia langsung menyalami Meira.
"Jajan lo masih ada kan, dek?" Tanya Meira kepada Vian, Vian mengangguk. "Kalo udah habis, bilang sama kakak."
"Gausah, lagian Vian gak mau nyusahin bang Haru," ucap Vian. Dia hendak pergi tetapi Meira menahan tangan nya.
"Ga pamitan juga sama, Quen?" Tanya Meira, Vian langsung berbalik dan menghampiri Quen.
"Gw pergi dulu," ucap Vian, Quen langsung menyalami tangan Vian, toh Vian lebih tua lima bulan dari nya.
Vian hendak pergi tetapi di cegat lagi oleh Meira. "Ga, pamit juga sama calon anak lo?" Tanya Meira.
Vian langsung menghembuskan nafas panjang, dia langsung berbalik dan berjongkok di depan Quen.
"Gu - "
"Heh! Ga ada lo gw sama anak sendiri, pake Dady atau papa atau ayah atau entah apalah," ucap Meira. Vian langsung memgeluh.
"Dady pergi sekolah dulu, jangan nyusahin Momy ya," ucap Vian sambil mengelus perut Quen. Quen sedang menahan gelak tawanya, ingin rasanya tertawa kencang melihat ekspresi wajah Vian itu.
Vian langsung berjalan keluar meninggalkan mereka. Kini hanya ada Quen dan Meira di apartemen itu.
Meira langsung menaruh lontong yang ia beli itu di dalam lemari, sedangkan Quen sedang berada di sofa sambil memainkan handphone nya.
Meira langsung duduk di sebelah Quen, dan meregangkan tangan nya.
Tring!
Suara handphone Quen berbunyi, ternyata itu dari Mama nya. Quen langsung terkejut, dia sangat takut berbicara dengan Mama nya.
"Siapa?" Tanya Meira kepada Quen.
"Ma - mama," jawab Quen dengan suara gemetaran.
"Jawab aja, kalo belum siap, ngomong yang lain aja," ucap Meira. Quen langsung tersenyum dan mengangkat telepon nya.
"Ha - halo, ma?" Ucap Quen dengan suara terbata bata.
"Halo, sayang. Mama sama Papa cuti setahun, jadi kami pulang ke Indonesia, sekarang udah nyampe di bandara Soetta. Kamu dirumah kan? Oh ya, Mama lupa kamu kan sekolah" Ucap Mama nya dari seberang sana.
Deg!
Jantung Quen langsung berdetak kencang, ia sangat ketakutan sekarang, apa yang harus ia katakan kepada kedua orang tua nya nanti, terutama Papa nya.
"Quen, lagi di rumah teman. Quen ga sekolah, badan Quen gak enak," ucap Quen mengarang cerita walau tak sepenuhnya salah.
"Yaudah, kamu kerumah ya sayang. Kamu sakit apa? Kenapa gak cerita sama Mama?" Tanya Mama Quen dengan nada khawatir.
"Cuma ga enak badan. Yaudah, Quen pulang ya," ucap Quen, dia sangat takut sekarang.
"Yaudah, see you, di rumah," ucap Mama nya.
Quen langsung mematikan telepon sepihak. Dia langsung menghembuskan nafas kasar, setahun katanya? Apa yang harus Quen katakan.
"Jadi orang tua kamu pulang? Kakak saranin kamu jujur aja, ya. Dari pada nunggu nunggu, takut nya banyak masalah lain," ucap Meira sambil mengelus rambut Quen.
"Kak, Quen harus bilang apa? Quen takut," ucap Quen dengan suara lirih.
"Quen harus berani ngomong, Kakak yakin mereka pasti nerima kamu, orang kamu anak nya. Ga akan ada orang tua yang tega marahin anak nya kalo dia benar benar sayang," ucap Meira sambil mengelus rambut Quen.
"Quen bakal coba," jawab Quen.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG Z MOM ✓ [END] (GHS GEN 1) SUDAH TERBIT
Teen FictionSEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT! Menerima kenyataan dan bertanggung jawab adalah jalan keluar nya. ..................... Queensy Arbelette, dia tak pernah menyangka kerja kelompok nya hari itu berakh...