Hari lamaran sudah tiba, acara ini hanya di hadiri orang orang kepercayaan Papa Quen dan juga beberapa keluarga dekat Vian.
Quen memakai dres yang sedikit longgar agar tak terlalu memperlihatkan bentuk perutnya, dia masih belum mau menunjukkan perutnya ini kepada orang orang.
Acara lamaran dilaksanakan pada malam hari, orang orang menikmati acara lamaran. Sedangkan Quen sedang duduk bersama dengan Vian di bangku yang di khususkan untuk mereka.
Rasanya canggung, Quen tak pernah Secanggung ini sebelum nya. Ingin rasanya Quen menghampiri Zoya yang sedang berjaga-jaga di tempat makanan, bukan untuk melayani tamu, melainkan ingin menambah makanan sesuka hatinya.
Acara memang sudah dimulai dari tadi, kini hanya perlu untuk melayani tamu, ada yang sudah pulang ada yang masih disana.
"Lo gak mau masuk aja, udah malam," ucap Vian kepada Quen sedang menguap di sebelahnya.
"Hah? Iya ini mau ke dalam," ucap Quen. Dia langsung berjalan menuju ke dalam rumah nya, dia sangat lelah karena sudah duduk berjam-jam.
Quen berjalan masuk menuju rumah nya dan menaiki tangga menuju kamarnya, dia langsung membuka pintu kamar nya dan merebahkan tubuhnya disana.
Capek adalah ekspresi yang tepat untuk menggambarkan Quen sekarang. Dia sangat kelelahan apalagi dia sedang mengandung.
...
Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Quen terbangun karena hendak ingin mengganti bajunya dan juga mencuci wajahnya.Dia langsung berjalan memasuki kamar mandi dan membasuh wajah nya. Setelah selesai dia langsung keluar untuk mengganti bajunya.
Dia langsung berjalan menuju dapur. Saat melewati ruang keluarga terlihat kedua orang tuanya, Vian, dan Meira bersama suaminya.
Quen langsung berjalan mundur dan bersembunyi di balik tembok sembari mendengarkan percakapan mereka.
"Sejujurnya, saya hendak menjodohkan kamu dan putri saya sejak kalian masih kelas satu. Mendiang ayahmu adalah sahabat terbaik yang pernah saya miliki, di saat saat terakhirnya, dia dan juga saya sudah merencanakan nya, lalu beberapa hari setelah itu kedua orang tua mu sudah tiada karena kecelakaan itu. Kejadian lima tahun yang lalu itu membuat kalian terpuruk, jadi saya belum bisa mengatakan ini. Lalu kamu datang dan bertanggung jawab atas kesalahan mu, disitu saya terkejut ketika menyadari orang itu adalah kamu, dan permintaan terakhir ayahmu itu bisa terwujud dengan sendirinya. Hari itu saat kamu datang saya tak semarah itu, itu hanya emosi sesaat saja. Saya benar-benar mengikhlaskan kamu dan putri saya untuk menikah," jelas ayah Quen dengan suara yang terdengar jelas di telinga nya.
Jadi, kalaupun ini tak terjadi padanya, ia akan tetap bersama Vian akhirnya, dia memang belum mencintai Vian tetapi ia harus belajar mencintai orang itu, toh jika ini tak terjadi ia juga harus belajar mencintai Vian.
Tuhan seakan memang merencanakan mereka untuk bersatu, maju dapat dan mundur pun dapat, itulah yang ia pikirkan sekarang. Ia kemudian berpikir, apakah ia pernah bertemu dengan lelaki itu saat kecil?
Mungkin tidak, dan mungkin iya. Dia sudah banyak melupakan masa kecilnya terkecuali itu adalah hal hal yang berpengaruh terhadap dirinya.
Quen mengelus perutnya, dia kemudian berbicara sendiri disana. "Kalaupun itu gak terjadi, kamu tetap akan ada suatu saat."
Quen langsung melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya, besok saja dia mengambil minum nya, biarkan saja mereka berbicara dulu.
Quen langsung memasuki kamarnya dan kembali tidur, saat dia baru memejamkan matanya, ada seseorang yang membuka kamarnya.
Ternyata itu adalah Mama nya. Mama nya langsung masuk dan menutup pelan pintu kamar Quen. Mama nya langsung duduk di pinggir ranjang Quen.
Dia mengelus rambut Quen lalu menyelimuti tubuh Quen itu. Dia langsung mencium kening Quen.
"Queensy Arbelette, putri semata wayang Mama dan papa, jagoan Mama dan papa. Mama gak yangka kamu udah besar aja, dan mau kasih cucu sama Mama dan papa. Mama yakin Vian itu memang jodoh yang ditentukan tuhan untuk kamu, kalaupun hal itu gak terjadi kalian tetap akan bersama, bukan? Kapan kapan USG ya, Mama mau liat anak kamu itu udah seberapa besar," ucap Mama Quen sambil mengelus rambut putri nya itu. Dia kemudian mencium kening Quen lagi dan berjalan pergi meninggalkan Quen.
Mama nya langsung membuka pintu dan menutup pintu kamar Quen dengan pelan agar Quen tidak terganggu. Setelah Mama Quen pergi, Quen langsung bangkit dan memegang kening nya, dia langsung tersenyum manis.
Cklek!
Pintu terbuka memperlihatkan Vian dari balik pintu itu, dia kemudian menutup pintu itu dan berbalik. Dia melihat Quen yang belum tertidur.
Dia langsung berjalan menghampiri Quen, dan duduk di sudut ranjang Quen.
"Kenapa kesini? Memang di bolehin?" Tanya Quen kepada Vian.
"Tadi mau ke toilet," ucap Vian menjawab pertanyaan Quen itu. "Lo, belum tidur?"
Quen menggeleng. "Belum, tadi mau ngambil minum tapi ga jadi."
"Kenapa?"
"Males."
"Oh."
Quen menghela nafas nya, Vian sangat susah diajak bicara, dia hanya mengomong panjang lebar jika itu penting saja.
"Tidur, ini udah malem, jangan begadang," ucap nya kepada Quen. Quen hanya mengangguk.
"Ayo, bobok bareng," goda Quen kepada Vian. Vian hanya menggeleng heran menatap Quen.
"Gw mau pulang," jawab Vian ketus. "Emang lo mau di ngap?"
"Emang mulut lo segede apa, jangan bilang lo kanibal. Ihhh ... Serem," canda Quen dengan memasang tampang ketakutan.
Vian hanya mendecih menatap tingkah manusia di depannya ini, dia hanya menggeleng menatap tingkah Quen.
"Eh, gw takut deh sifat lo nurun sama anak gw, irit ngomong, judes, kulkas, apalagi ya, oh iya, penyendiri, susah bergaul, kan berabe, kek makhluk baru keluar dari Goa aja," ucap Quen bercanda.
"Kalo lo gak suka, yaudah buat lagi," ucap Vian membalas menggoda Quen.
"Lo pikir beli permen, buat lagi ... buat lagi," ujar Quen kepada Vian.
"Lah, memang kenapa? Susah nya apa?" Ucap Vian mendekat kan wajahnya kepada Quen.
"Susah nya apa? ... Lo nya yang keenakan!" Cibir Quen. Ternyata ada sifat tersembunyi juga dari orang di depannya ini.
"Lo juga puas kok," goda Vian lagi. Ingin rasanya memukul pria yang ada di depannya ini.
"Puas puas! Sakit, iya!" Ujar Quen sambil menoyor kepala pria yang ada di depan nya itu.
"Kalo udah pernah sekali, ga sakit lagi," ucap Vian lagi. Kemana sifat nya yang dulu? Masa hilang begitu saja.
"Tau ah! Gw mau tidur!" Ucap Quen merebahkan dirinya kemudian menarik selimut nya.
"Ga jadi bobo bareng?"
"Gak!"
Vian terkekeh kecil, siapa suruh menggodanya duluan, lihat kan, sekarang Quen yang skakmat dibuatnya. Dia kemudian berjalan keluar meninggalkan Quen yang sedang tertidur itu tak lupa menutup kembali pintu kamar Quen.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG Z MOM ✓ [END] (GHS GEN 1) SUDAH TERBIT
Novela JuvenilSEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT! Menerima kenyataan dan bertanggung jawab adalah jalan keluar nya. ..................... Queensy Arbelette, dia tak pernah menyangka kerja kelompok nya hari itu berakh...