Vian menghembuskan nafas nya, dia kemudian menatap Quen yang sedang menatapnya dengan wajah memelas.
"Terserah," ucap Vian. Quen langsung berlari menuju kamar nya dan mengambil baju baju nya.
Dia langsung memasukkan baju baju nya kedalam Tas nya, setelah selesai dia langsung menghampiri Vian yang sudah menunggu di dalam.
Quen langsung mengunci rumah nya dan membawanya. Dia langsung berlari menuju mobil Vian yang terparkir di depan rumah nya, kemudian naik kedalam mobil nya.
Dia langsung masuk kedalam mobil vian dan duduk di samping kursi kemudi. Vian langsung menjalankan mobilnya menuju apartemen nya.
Mobil melaju menuju apartemen nya. Hanya suara musik yang terdengar, tak ada yang membuka suara, Quen menatap jalan raya dan Vian fokus mengemudi.
Mobil langsung memasuki gedung parkir di apartemen Vian. Vian langsung memarkirkan mobilnya dan turun dari sana.
Quen juga turun sambil membawa ransel nya, Vian langsung mengambil alih ransel Quen dan berjalan di depannya.
"Gausa sok jual mahal," ucap Quen sambil bersedekap dada menatap Vian.
"Siapa yang jual mahal," jawab Vian dengan nada datar.
"Elo, lah," jawab Quen.
Mereka langsung memasuki lift menuju lantai tiga yang merupakan apartemen Vian. Setelah menaiki lift, mereka langsung berjalan menuju apartemen nya.
Vian langsung menekan tombol apartemen nya dan masuk ke dalam apartemen Vian. Vian langsung membuka pintu nya dan masuk.
Mereka terkejut ketika melihat Meira sedang berada di sana sambil mengemil makanan.
"Lho? Kakak, ngapain?" Tanya Vian saat melihat kakaknya sedang berada di apartemen nya.
"Ga boleh?" Ucap Meira sambil menatap remeh Vian.
"Memang nya suami kakak dimana?" Ucap Vian bertanya.
"Lembur dia, nanti pas dia pulang gw di jemput kok, ga bakal tidur sini. Santuy aja," jawab Meira. Dia langsung melihat kesebelah Vian, disana terlihat Quen. "Eh, Quen? Ngapain?"
"Mau nginap disini," jawab Quen kepada Meira.
"Eh, ga boleh, belum sah," ucap Meira sambil mengayunkan ayunkan jari telunjuk nya.
"Di rumah ga ada orang, Quen takut. Kalo Quen pingsan gimana?" Jelas nya kepada Meira.
Meira langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu lebih takut di ngap lagi sama Vian atau di ngap hantu?"
"Mana boleh di ngap," ucap Quen menatap Vian sinis.
"Ya, bisa aja. Oh ya, udah sebulan, kamu gak ada tanda-tanda?" Tanya Meira kepada Quen.
"U - udah ngi - ngisi," ucap Quen dengan suara gemetar.
"Hah? Yang bener? Kamu udah bilang orang tua kamu?" Ucap Meira terkejut. Quen menggelengkan kepalanya. "Lebih baik di bilang, Quen, biar urusannya cepat selesai."
"Ta - takut," jawab Quen.
"Ga boleh takut, lebih baik kita jujur. Vian, kamu jangan lepas tanggung jawab ya," ucap Meira dengan suara prihatin.
Quen langsung mendudukkan dirinya di sebelah Meira, Meira langsung mengelus rambut Quen, dia merasa kasihan kepada Quen.
"Udah berapa bulan?" Tanya Meira kepada Quen.
"Satu," jawab Quen. Meira langsung tersenyum.
"Kamu yang kuat ya, apalagi umur kamu masih tujuh belas tahun. Quen, anak yang baik, beda dari yang lain, kalo biasanya remaja remaja seumuran kamu itu pasti lebih memilih aborsi karena takut di permalukan. Quen beda," ucap Meira tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG Z MOM ✓ [END] (GHS GEN 1) SUDAH TERBIT
أدب المراهقينSEBAGIAN PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT! Menerima kenyataan dan bertanggung jawab adalah jalan keluar nya. ..................... Queensy Arbelette, dia tak pernah menyangka kerja kelompok nya hari itu berakh...