7. jujur

5.4K 325 4
                                    

Quen sudah pulang kerumahnya, dia langsung melihat kedua orang tua nya yang sedang menunggu nya sambil membawa koper koper mereka.

Quen langsung berlari dari pagar dan memeluk kedua orang tuanya itu. Akhirnya mereka bisa disini walau hanya setahun saja.

"Pa, Ma. Quen rindu," ucap nya sambil memeluk kedua orang tuanya itu.

"Iya, Papa sama Mama juga rindu kok. Buka dulu pintu nya," ucap Papa nya kepada Quen. Quen langsung mengangguk.

Dia langsung merogoh kantong bajunya dan membuka kunci rumah nya. Mereka langsung masuk kedalam rumah.

Quen langsung duduk di sofa sambil begitu juga dengan kedua orang tuanya. Sudah lama Quen tak berkumpul bersama kedua orang tuanya.

Tiba tiba Quen ingat dengan anak yang dikandung nya, apa yang harus ia katakan, dia sangat takut melihat ekspresi mereka.

"Oh, ya. Bi Inah gak kerja disini lagi, kita cari pembantu baru aja gimana?" Tanya Mama nya sambil melihat kearah Papa Quen.

"Itu, terserah Mama aja," jawab papa Quen sambil meregangkan tangan nya di sofa.

"Bilang gak ya, tapi gw takut ngelihat ekspresi mereka nantinya. Mereka pasti kecewa sama gw," batin Quen. Quen sangat ingin mengatakan nya tetapi dia masih takut.

"Mah, pa ... Coba bayangkan, ini cuma bayangan aja ya. Kalo misalnya ada anak yang hamil di luar nikah, terus misalnya itu anak Mama dan papa, apa kalian bakal marah? Misalnya aja ya," ucap Quen. Mama dan papanya langsung mengernyitkan dahinya.

"Kalo Mama sih, tergantung, kalo orang yang menghamilinya itu mau tanggung jawab, Mama ga bakal marah, apalagi kalo itu anak Mama, gak tega Mama marahin nya," ucap Mama nya. Quen langsung terkejut mendengar penuturan Mama nya.

"Kalo Papa, sama seperti yang di bilang Mama. Mungkin ada emosi tapi percayalah itu cuma emosi sesaat, ga akan ada orang tua yang tega menelantarkan anaknya kalo dia benar-benar sayang," ucap Papa. Quen tersenyum, ternyata yang Zoya dan Kak Meira katakan benar.

"Ka - kalau itu Quen?" Ucap Quen dengan suara gemetaran. Kedua orang tuanya langsung mengernyitkan keningnya.

"Maksud kamu apa?" Ucap Mama nya dengan nada heran.

"Qu - Quen hamil ... T - tapi orang nya mau tanggung jawab, itu gak sengaja. Mah ... Pah ... " Ucap Quen dengan suara lirih.

"Astaga Quen?! Kenapa kamu gak bilang?! Udah berapa lama?!" Ucap Papa nya dengan suara tinggi.

"Satu bulan, pah ... Quen minta maaf. dia mau tanggung jawab, Pah," ucap Quen kepada papahnya dengan suara lirih.

"Siapa orang nya?! Suruh dia datang, hari ini juga!" Ucap Papa nya. Quen melihat wajah Papa nya yang penuh kekecewaan begitu juga dengan Mama nya.

Papa nya langsung berjalan menuju kamar nya, kini hanya ada Mama nya dan Quen yang berada di ruang tengah.

"Quen, Mama kecewa sama kamu. Kamu bisa cerita kejadian nya sama mama?" Ucap Mama Quen kepada Quen yang sedang duduk dengan menundukkan kepalanya.

"Hari itu Quen lagi kerja kelompok, yang lain udah pulang jadi tinggal Quen aja di apartemen nya. Terus Taxi online nya ngebatalin, banyak yang ngebatalin karena jalan kesana macet terus ujan deras. Kayaknya, ada yang naruh sesuatu di minuman Vian, terus dia ngelakuin nya secara gak sadar," jelas Quen, Mama nya langsung menghampiri nya dan memeluk putri semata wayangnya itu.

"Papa kamu mungkin marah, dia kecewa sama kamu, padahal dia udah ngeharapin kamu sampe kamu berjaya terus menikah di saat yang tepat. Mama bakal cerita sama Papa kamu, mama minta kamu usahain bawa orang itu hari ini juga," ucap Mama Quen. Dia langsung jalan meninggalkan Quen sendiri di ruang tamu.

Quen langsung menunduk sedih, dia langsung mengambil handphone nya dan menelpon Vian. Ia harap semuanya akan baik baik saja.

Telepon tersambung, terdengar suara Vian yang sepertinya sedang berada di sekolah.

"Halo? Kenapa?" Tanya Vian dari seberang sana.

"Yan, lo pulang sekolah ke rumah gw ya ... Mama sama papa mau bicara sama lo," ucap Quen dengan suara gemetar.

"Lo udah cerita sama mereka? Nanti gw kesana," tanya Vian kepada Quen. Quen hanya membalasnya dengan deheman.

Quen langsung memutuskan sambungan teleponnya. Dia langsung mematikan handphone nya, semoga saja Papa nya tak langsung tersulut emosi.

...

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga, Quen dan kedua orangtuanya sedang menunggu Vian pulang sekolah.

Quen sangat takut untuk melihat Papa nya, dia tak pernah melihat Papa nya seperti ini, apalagi mendiamkan nya.

"Pah, Papa jangan marah, ya," ucap Quen. Tetapi Papa nya hanya diam tak menjawab.

Ting! Tong!

Suara bel rumah Quen berbunyi, Quen langsung berjalan menuju pintu rumahnya dan melihat Meira bersama suaminya mungkin, dan juga Vian di belakangnya.

Quen langsung mempersilahkan mereka untuk masuk, dan Meira langsung meminta maaf kepada ayahnya Quen.

"Om, maafkan adik saya, ya," ucap Meira kepada Papa nya Quen. "Saya tau ini salah, setidaknya Vian mau bertanggung jawab walau ini dilakukan di luar kesadaran nya."

"Saya sudah dengar semuanya. Saya gak menyangka putri semata wayang saya harus menghadapi hal seperti ini, saya sebenarnya marah, tetapi dia adalah putri satu satunya yang kami punya, anak satu satunya, semua harapan kami ada padanya," ucap Papa Quen dengan nada datar.

"Saya mengapresiasi kan rasa tanggung jawab adik mu itu, walau itu di luar kesadarannya. Saya merestui hubungan kalian dengan satu syarat, Quen dilarang pulang kerumah ini sampai anak itu lahir, jika saja dia pulang dengan tangisan, saya tidak akan segan segan membawa ini ke pengadilan," sambung Papa Quen.

"Saya janji akan menjaga Quen dengan baik," ucap Vian kepada Papa Quen.

"Pernikahan kalian diadakan Minggu ini, dan lusa acara lamaran nya," ucap Papa Quen. Quen langsung terkejut, akan keputusan Papa nya itu.

"Pah, apa gak kecepatan?" Tanya Mama Quen kepada suaminya itu.

"Lebih cepat lebih baik. Papa akan urus semuanya, setelah itu papa sudah lepas tangan, sekarang dia tanggung jawab mu," ucap Papa Quen kepada Vian.

Vian mengangguk, dan Quen hanya menunduk sedih, bukan kah ini terlalu cepat? Tetapi kata Papa nya, lebih cepat lebih baik.

"Kalian boleh pulang," ucap Papa Quen. Papa Quen langsung berjalan pergi meninggalkan mereka, Quen melihat Papa nya mengelap air matanya saat berbalik.

Ia sangat menyayangi papa nya, ia tidak tega melihat ekspresi Papa nya itu, ia tau Papa nya sangat sedih sekarang, Quen benar benar merasa bersalah.

Dia ingin memeluk erat Papa nya tetapi ini bukanlah saat yang tepat, Papa nya masih belum bisa untuk di usik, Papa nya perlu waktu sendiri.

YOUNG Z MOM ✓ [END] (GHS GEN 1) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang