Srek
Suara robekan kertas terdengar nyaring di ruangan kelas siang itu. Si pelaku perobekan kertas itu tertawa riang sembari menoyor kepala si mpunya.
“Udah miskin, anak tiri, kerjaan lo ngambar terus. Haha, pantes aja ngga ada yang mau temenan sama lo!”
Begitulah ejekan yang setiap hari Mark dapatkan. Bullyan dari teman sekelasnya sudah sering ia rasakan. Namun pemuda tampan ini hanya bisa diam,
Apa yang bisa ia lakukan? Sementara ia bisa bersekolah di sekolah ini saja dia sudah syukur.
Iya, sekolah yang ditempati Mark saat ini adalah sekolah yang bisa dibilang sekolah paling elit di sekolahnya,
Kalian bisa menebak sendiri ia bisa bersekolah lewat jalur apa. Yap, beasiswa.
Saat masih smp dia sangatlah pandai dalam menggambar sehingga dia bisa bersekolah disini.
Mark menatap nanar gambaran yang sudah menjadi kepingan kertas tersebut. Ia menghela nafasnya, memang sudah menjadi kebiasaan bagi Lucas dan kawannya untuk mem- bully nya.
“Mentang-mentang orang kaya.” gumam Mark.
Pemuda itu membereskan kepingan kertas tadi, “Maafkan aku, wajahmu jadi seperti ini.” ucapnya pada gambaran yang ia buat.
Hari sudah menjelang sore, Mark baru saja keluar dari sebuah toko kelontong. Iya, dia bekerja disana hanya sekedar bantu-bantu si pemilik toko. Kebetulan yang punya adalah sepasang kakek nenek, jadi mereka membutuhkan tenaga Mark hanya sekedar untuk mengangkat box besar, menyapu dan menyusun barang.
Upah yang didapatkan memang tidak seberapa tapi cukup untuk uang jajannya.
Tungkai kaki pemuda itu melangkah menuju sebuah rumah kecil yang berada di sebuah gang.
Ia mengetuk pintu kecil itu, tidak ada suara sambutan atau pun orang yang membukakan pintu.
“Mungkin mama belum pulang.” gumamnya saat memasuki rumah kecil itu.
Saat kakinya melangkah menuju dapur dia tersentak kala rambutnya ditarik.
“Abis dari mana lo?”
Mark mendonggak kala seorang lelaki paruh baya menatapnya nyalang,
“Baru pulang sekolah pa.” sahutnya
Plak
Sebuah tamparan mengenai wajahnya, ia meringis pelan. “Kerjaan lo cuma ngabisin duit aja! Mending lo mati aja sekalian sama kayak mama lo!”
Mark hanya bisa meringis pelan, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sudah biasa ia diperlakukan seperti itu oleh Ayahnya sendiri,
Ayahnya adalah seorang pemabuk, kadangkala otaknya tidak sinkron makannya dia seringkali menyakiti Mark.
Dan Ibunya? Sudah meninggal 20 tahun yang lalu bersamaan dengan hari kelahiran Mark. Dan mulai saat itu dia hidup bersama Ayahnya dan juga ayahnya sudah menikah lagi,
Beginilah hidupnya, kadang ia merasa lelah dan ingin sekali pergi. Namun, ia sadar ia tidak punya siapapun selain dirinya sendiri.
Mau tidak mau harus dijalani, bukan begitu?
Tek
Lampu belajar bersumbu itu menyala menerangi gelapnya kamar pemuda itu. Sayang sekali bulan tidak muncul malam ini, jika saja muncul kamarnya akan terpenuhi oleh sinar rembulan yang sangat indah.
Ia mengambil pensil kemudian mulai menorehkan garis pada kertas gambar usang yang ia beli tadi selepas bekerja.
Sesekali ia membetulkan kacamatanya yang melorot,
Hingga pada akhirnya ia menyapukan sedikit warna pada gambarnya, dan jadi,
(cr. pinterest lite)
Mark tersenyum puas melihat hasil karyanya, “Cantik.” gumamnya saat memandang sosok yang ia gambar,
Sosok manis berambut merah muda yang sangat cantik.
Mark tidak tau pasti tentang siapa yang ia gambar, tapi sosok itu selalu muncul di bayangannya.
“Jaemin.” ucapnya kemudian meletakkan gambaran itu tepat disamping kaca jendela yang berhadapan dengan sinar rembulan,
Rasa kantuk menyerang, sudah beberapa kali pemuda tampan itu menguap, dan ini saatnya ia mengistirahatkan tubuhnya,
Ia berjalan menuju ranjang kecil miliknya. hanya ada sebuah bantal dan selimut tipis yang mampu menghangatkan tubuhnya,
hingga alam mimpi pun telah menjempun pemuda itu.
“selamat tidur, magu.”
ㅡ
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF MARKMIN🔞
Fanfictionone shoot, two shoot or more Bukan salah jodoh - mork lee Emang bukan - na jaemin bxb au! mature content! harap bijak dalam memilih bacaan!