Pemuda Lee itu meringis saat cahaya sang mentari memasuki netranya. Suara dercipan burung mengalun di telinganya.
Cepat-cepat ia bangkit saat ia rasa ada yang aneh. Dahinya merengut saat ia menatap sekelilingnya,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Aku dimana?” ucapnya saat ia melihat pepohonan pinus yang menjulang tinggi di hadapannya, dan juga padang babybreath.
Disini sangatlah asing begitu yang dipikirkan olehnya. Baru tadi dia tertidur di kasur miliknya, tapi kenapa tiba-tiba dia berada disini.
“Hihihi..”
Saat ia baru saja melangkahkan kaki tiba-tiba ia mendengar suara tertawa. Seketika ia menoleh,
Namun ia tidak melihat siapapun. “Mungkin perasaanku aja.” ucapnya, kemudian ia mulai berjalan memasuki hutan aneh itu, berusaha mencari jalan untuk keluar dari sana.
“Hihihi..”
Dan lagi, ia kembali mendengar suara yang sama. Mark menoleh lagi, dan sama dia tidak melihat apapun,
“Apa hutan ini berhantu?” ucapnya,
Oh ayolah, pemuda ini sama sekali tidak percaya dengan takhayul sejenis itu.
Masa bodoh, ia kembali berjalan menyusuri padang tumbuhan babybreath yang sangat indah. Ia sejenak tertegun, “Bagaimana aku bisa kemari?” pikirnya
Langkahnya terhenti saat ia melihat sebuah ayunan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keningnya berkerut, “Ayunan?”
Pemuda itu kemudian mendekat ke arah Ayunan tersebut. “Disini pasti ada orang yang bisa kumintai tolong.” gumamnya.
Hingga,
“Jangan sentuh ayunanku!!”
ㅡ
Suara nyaring dan melengking itu menggema di hutan itu. Mark seketika menoleh kala ia mendengar teriakan itu,
Dan pemuda itu tertegun,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pemuda berambut biru mendekatinya. wajah datarnya menyiratkan ketidaksukaan saat Mark menyentuh hal yang ia teriaki.
Mark masih terdiam, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Jangan menyentuh ayunanku!” peringat pemuda manis itu.
Mark mengerjapkan matanya berkali-kali. “Apa aku sedang bermimpi?” batinnya
“Apa kau tuli hah? singkirkan tanganmu!” sentak si manis,
Mark segera menyingkirkan tangannya dari ayunan itu. “Bagus, hihihi.” si manis tertawa kemudian mendudukan dirinya di ayunan tersebut.
“Dorong!” sentaknya,
Mark masih memproses apa yang baru saja ia dengar. “Kau benar-benar tuli ya?”
“Eh? I-iya.” sahut Mark
Pemuda itu kemudian mendorong ayunan tersebut. Bisa ia dengar gelak tawa senang dari pemuda berambut biru itu,
“Lebih cepat, Magu!” Suruhnya,
Mark berhenti, “Magu?” bingungnya saat mendengar kata yang keluar dari mulut si manis.
“Kenapa berhenti?” protesnya.
“Magu? siapa Magu?” tanya Mark. pemuda berambut biru itu menunjuk padanya, tepat di hidung mancungnya.
“Kau! Hihihi. Kau Magu!” ucapnya sambi tertawa,
Mark masih kurang paham dengan apa yang dimaksud oleh pemuda ini. Apa dia gila? Eh tapi mungkin pemuda aneh ini bisa membantunya keluar dari hutan ini.
“Hey.” panggilnya pada pemuda itu. Yang dipanggil segera menoleh, “Ya Magu??”
“Ng? Sebenarnya ini dimana?” tanyanya retoris. Yang ditanya memiringkan kepalanya tidak paham,
“Ini dimana?” ulang pemuda manis itu. Mark mengangguk kencang, berharap ia dapat sebuah jawaban dari pertanyaannya itu.
“Hihi, ini dirumah Magu-ya!” Sahut si manis dengan senyumannya.
“Hah? maksudnya? Aku kurang paham.”
Si manis bangkit dari ayunannya, kemudian berjalan mendekati Mark yang masih berdiri dengan wajah bingungnya,
“Semua yang ada disini, termasuk akuㅡ” Pemuda manis itu menunjuk dirinya.
Mark masih terdiam, “ㅡ adalah dunia yang selama ini kau impikan.”
