Bagian 33

26.4K 2.2K 94
                                    

Apa yang dikatakannya? Lebih baik menjadi istri kedua dibandingkan wanita simpanannya?

Satu hal yang Araya sadari. Dia seperti tidak sepenuhnya mengenal Dewa. Bahkan pria yang dihadapannya ini seolah-olah terlihat asing, seperti bukan Dewa yang dia kenali sejak dulu. Teganya Dewa mengatakan itu dihadapannya. Dihadapan Regina dan Hera. Bahkan Disa dan Ayasha yang juga baru masuk rumah pun ikut tercengang mendengar perkataan pria itu.

Itu kah posisinya yang sudah Dewa rencanakan untuknya? Menjadikannya wanita simpanan jika memang dia tidak ingin menjadi istri kedua pria itu? Betapa jahatnya Dewa. Kalimat kejam yang dikatakannya ini tidak masuk akal sama sekali. Jelas lebih baik mengakhiri hubungan jika dia akan berada di posisi itu.

“Dewa! Apa kamu sadar dengan yang kamu katakan sekarang?” teriak Hera tidak terima. Hera yang pertama kali mampu keluar dari kekagetan yang melanda para perempuan ini akibat dari perkataan Dewa.

Hera memandangi wajah adiknya murka. Kata-kata yang dilontarkan itu sama sekali tidak tepat meskipun sengaja diucapkan Dewa untuk membalas Araya. Tidak sepantasnya Dewa mengatakan itu kepada Araya yang bahkan tidak mengetahui kebenaran apapun. Salahkan Dewa yang meminta semuanya diam. Salahkan pria itu yang meminta waktu agar dia sendiri yang menjelaskan semuanya kepada Araya.

“Aku jelas sadar, Kak. Kenapa? Aku hanya bertanya kepadanya. Apa yang salah?” tanya Dewa tanpa merasa bersalah atas apa yang ditanyakannya. Dia tetap menatap Araya tajam meskipun itu mampu membuat Araya menunduk takut. Dewa tidak perduli. Perkataan Araya yang didengarnya tadi membuatnya marah.

Regina mendekati Araya. Meletakkan tangannya di kedua bahu wanita itu, mencoba memberi kekuatan. Siapa yang tidak akan terguncang jika mendengar kalimat yang sangat merendahkan itu?

“Salah karena tidak seharusnya kamu mempertanyakan itu kepada Araya.”

“Bukankah seperti itu yang ada didalam pikirannya kini, Ma? Dia tidak ingin menjadi penyebab perceraian ku. Tidak ingin melukai istriku. Tidak ingin aku mendua?”

Regina menggeleng dengan wajah miris. “Araya belum mengetahui apapun. Kamu sendiri yang bilang akan menjelaskannya. Dan seperti ini bukan cara yang tepat, Dewa. Hanya akan mengundang pertengkaran lain sehingga masalah nggak akan pernah selesai.”

“Aku hanya mengikuti apa yang sedang dia pikirkan,” jawab Dewa. “Aku memang sudah menikah, Araya. Dan aku nggak akan pernah meninggalkan istriku. Tapi aku juga nggak akan pernah melepaskan kamu. Aku memberikanmu pilihan. Mau menjadi istriku yang kedua atau cukup menjadi simpanan ku? Tidak ada pilihan yang aku berikan agar kamu bisa meninggalkanku. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

“ADITYA DEWANGGA!” teriak Hera kesal. “Berhenti bermain-main,” tegasnya. “Kamu pikir ini lucu?”

Dewa sama sekali tidak memperdulikan kemarahan kakaknya yang mungkin akan mengundang orang satu kampung akibat suaranya yang sangat keras itu. Karena memang sudah sifat Hera yang seperti ini. Lagi pula bukan hanya dirinya saja yang akan menanggung malu.

“Kalau menjadi istri keduaku, statusmu dalam kehidupan dan keluargaku akan jelas. Tapi jika hanya menjadi wanita simpananku, aku tidak perlu menikahimu. Aku akan mendatangimu ketika aku tidak mendapatkan apapun dari istriku,” lanjut Dewa yang membuat Araya semakin terluka. Kata pria itu benar-benar tidak mencerminkan bagaimana dia menghormati seorang wanita.

“Aku bilang berhenti!”

Hera tidak tahan lagi sehingga menjitak kepala adiknya yang sudah bertindak keterlaluan itu. Ini dia lakukan untuk menyadarkan Dewa, dia sudah sangat muak melihat adiknya ini. Menjitak kepala Dewa seperti ini sering dia lakukan sejak mereka akan beranjak remaja dulu. Mungkin ini lah salah satu penyebab yang membuat adiknya semakin bodoh. Tapi Hera tidak perduli. Adiknya yang bodoh ini harus disadarkan sebelum menjadi-jadi.

Tied in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang