Happy reading
.
.
.
.
.
."Waktunya 15 menit lagi," ucap pengawas ruangan itu sambil terus berkeliling mengecek tiap jawaban.
Soal-soal itu bisa ku selesaikan dengan mudah. Hanya mungkin harus lebih teliti karena pertanyaannya cukup mengecoh. Aku kembali meneliti soal kimia untuk yang ketiga kalinya. Aku hanya berharap ulangan akhir kenaikan kelas ini membawa hasil yang memuaskan. Peringkat satu yang belum bisa ku duduki menjadi targetku selanjutnya. Selama ini aku hanya masuk di 3 besar. Meskipun, kata Mamah itu sudah cukup bagus.
"Baca soal dengan teliti, jangan mudah terkecoh"
"Dan jangan menyontek..." lanjut bu Tia dengan mimik wajah garangnya. Dia memang dikenal sebagai guru killer, jadi untuk hari ini ulangan akhir kimia menjadi sesuatu yang horror bagi sebagian murid.
"Dino!" kata bu Tia dengan nada keras. Kami serentak menoleh ke arah Dino yang tengah memegang gulungan kertas kecil. Raut wajahnya hanya menyengir takut.
"I-iya Bu," kata Dino gagap sambil terus diperhatikan oleh bu Tia yang berjalan menghampirinya. Dengan cepat bu Tia merebut kertas itu. Suasana kelas yang semula hening berubah menjadi menegangkan.
"Keluar kamu sekarang!" perintah bu Tia
Dino masih diam ditempatnya.
"Keluar," ucap bu Tia lagi.
Dengan langkah ragu Dino pun keluar dari kelas.
"Ini kenapa pada ngeliatin saya, kerjakan!" ujar bu Tia membuat kami serentak kembali fokus pada kertas masing-masing. Bu Tia pun kembali berkeliling untuk memastikan tidak ada satupun yang bisa lepas dari pandangannya.
"Jangan ada yang berbuat curang, kalau sampai ketahuan, nilai kimia kalian tidak saya lulus kan," jelasnya membuat kami bergidik ngeri.
"Baik Bu,"
Merasa sudah yakin dengan jawaban, aku pun mengemasi soal-soal itu untuk selanjutnya di serahkan ke bu Tia. Jawaban yang ku anggap benar semoga saja kali ini tidak mengecewakan, gumamku. Aku memperhatikan sekeliling yang masih fokus dengan soal masing-masing. Sesekali Kia melirikku ada guratan cemas melihatku keluar kelas lebih dulu. Dengan langkah pelan, aku pun menuju ke depan menemui bu Tia yang saat itu tengah duduk sambil matanya tak lepas dari kami semua.
"Sudah?"
"Sudah bu," balasku.
"Oke, kamu boleh keluar ruangan,"
"Iya bu,"
Aku segera keluar dari ruang kelas yang masih dalam suasana tegang itu. Bunyi di perutku sudah sejak tadi terdengar untungnya saat dikelas tidak terlalu keras. Hanya saja rasa lapar sedari tadi sudah tidak bisa lagi ku tahan. Kantin menjadi tempat yang paling tepat untuk mengisi perut saat ini, pikir ku.
Letaknya yang tak cukup jauh membuat ku cepat sampai hanya dalam beberapa langkah saja. Seperti biasa, selalu ramai. Aku pun segera memesan makanan dan segelas minum.
"Bu, siomay sama jus jeruk nya 1 ya," kataku kepada pelayan kantin.
Aku mengamati sekitar kantin yang tempat duduknya telah penuh.
"Duduk dimana," lirihku sambil mataku tak berhenti mencari tempat duduk yang kosong. Perhatianku lantas tertuju pada tempat duduk yang berada di pojok. Tempat duduk yang satu-satunya kosong. Dan tepat berada di samping Nugra.
"Ini Neng..." ujar ibu kantin sambil menyodorkan pesananku. Dengan langkah terpaksa aku menuju tempat duduk yang berada tepat di samping Nugra. Aku masih berdiri mematung memperhatikan Nugra yang masih asyik dengan makanannya. Cukup lama aku berdiri saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA dan HUJAN (ON-GOING)
Ficção AdolescenteTentang kehadiran seorang laki-laki yang mampu memberi ruang aman untuk gadis bernama Lifana. Sejak saat itu ketakutan masa lalu tak lagi menjadi sesuatu hal yang mengerikan. Karena dengan kehadirannya mampu memberikan Lifana sebuah tempat aman untu...