🌛4

263 160 21
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.
.

Mata ini sedari tadi tertuju ke langit malam yang cuacanya sedang cerah. Aku memeluk diriku sendiri dengan erat. Karena selain diluar gelap,  dingin pun tidak bisa dihindari. Meskipun begitu, balkon kamar masih menjadi tempat terbaik untukku saat ini.

Buku novel yang belum habis ku baca sekarang bukan menjadi perhatian ku lagi. Bulan di langit masih menarik dari apapun. Rasanya hanya dengan menatapnya aku bisa setenang itu.

Krekk

Pintu yang kamar terbuka membuat ku menoleh.

"Eh, mamah" ucapku.

"Udah malem, tidur" tuturnya lembut.

"Belum ngantuk, Mah" balasku sambil membenarkan posisi disamping mamah yang sudah menempatkan duduk disebelah ku.

Mamah mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Aku tersenyum dan lantas langsung  merebahkan kepalaku di pangkuan mamah. Setiap malam, mamah memang terkadang menyempatkan diri untuk menemuiku di kamar sebelum tidur.

"Gimana sekolahnya?" hal yang pertama dan yang biasa mamah tanyakan.

"Asik..."

"Ada yang menarik?" tanya mamah membuatku bingung.

"Maksudnya?" Aku yang langsung bangkit dan duduk.

Mamah hanya menggeleng membuatku semakin penasaran.

"Ada cowok yang menarik perhatian kamu?"

Aku masih mencerna perkataan mamah

"Eng... nggak kok, Mah" balasku sedikit gugup.
Rasanya mamah ini seperti cenayang jadi aku berbohong pun sebenarnya percuma.

"Mamah kok bisa ngomong gitu?" tanyaku. Mamah menyipitkan matanya dan tampak sedang berfikir.

"Kan cuma nebak," balasnya.

"Nggak ada, Mah"

"Nggak apa-apa," katanya lagi.

Aku sedikit melongo mendengar jawaban mamah. Karena bagiku jarang untuk mamah membahas seputar hal ini. Biasanya, dia akan lebih tertarik untuk memperhatikan nilai-nilai ulangan ketimbang yang lainnya.

"Hah?" Aku tercengang.

"Suka itu wajar, tapi jangan sampai ganggu sekolah kamu" jelasnya.

Aku menghela nafas pelan. Yah, sepertinya mamah memang sudah lebih tau perasaan ku dibandingkan aku sendiri.

"Mah..."

"Bisa nggak sih kalo suka sama cowok cuma dalam waktu satu hari?" sambungku setelahnya.

"Emm... Bisa,"

Mamah sambil menatap langit malam untuk mengingat kembali semua kenangan yang pernah dilaluinya.

"Perasaan nggak kenal waktu, Mamah juga dulu gitu. Suka sama orang cuma dalam waktu singkat. Tau-tau suka," jelasnya tersenyum hangat.

"Gitu ya, Mah..."

"Yang jelas kalo Kamu suka sama cowok ya ungkapkan, jangan jadikan sebagai beban," jelas Mamah membuatku mengangguk.

"Iya deh, Mah..."

"Tuh, kan" Mamah sambil menatapku dengan tatapan curiga.

"Kenapa?" aku mengernyitkan dahiku.

"Kamu lagi jatuh cinta sama siapa?" 

"Nggak ada, Mah" lirihku menanggapi pertanyaan Mamah yang ku rasa menjebak.

BENUA dan HUJAN (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang